Zaky masuk ke ruangannya dengan perasaan lelah yang bukan main. Meskipun Julian berkata akan mengurus semuanya, namun tetap saja Zaky sebagai kepala pelaksana tetap akan ikut dalam proses interogasi.
Ia memijat kepalanya yang mulai pening. Kemarin ia pulang sangat larut akibat proses panjang pemeriksaan. Dan pagi ini ia tetap harus berangkat kerja karena ada banyak sekali hal yang harus dirinya urus.
Salah satunya Rena.
Rasa-rasanya Zaky ingin kembali melabrak Rena. Mungkin pilihannya yang salah saat menawarkan Rena bergabung dalam proyek The Gradient. Seharusnya Zaky mengingat sejarah panjang permusuhan antara Leander dan Evander. Hal itu sudah cukup untuk menghentikan keputusannya membawa Rena ke perusahaan ini.
Tapi lagi-lagi Zaky tidak tahu dengan apa yang terjadi pada hatinya. Zaky tahu sejak pertama Julian menatap Rena, pamannya itu seolah terobsesi. Mungkin tingkah Julian yang tiba-tiba membawa Rena ke rumahnya membuat Rena dan keluarganya melakukan semua ini. Sebuah peringatan bagi Julian untuk tidak main-main dengan Rena lagi.
Saat pikirannya mulai mengeruh, ketukan pada pintu membuat Zaky terjaga.
"Ya..." jawab Zaky dengan enggan. Ia membenarkan posisi duduknya sambil menunggu orang tersebut masuk.
"Bu Rena sudah datang, pak."
Zaky mengangguk. Pagi tadi ia berpesan pada Pak Ferry untuk mengabarinya jika Rena sudah datang. Rencananya ia ingin mengonfrontasi perempuan itu, melampiaskan rasa lelah dan emosinya setelah berjam-jam menjalani proses pemeriksaan.
"Oke. Thank you, pak. Pintunya nggak usah ditutup. Silakan lanjut bekerja."
Pak Ferry mengangguk dan langsung beranjak pergi tanpa menutup pintu. Zaky menghela nafas sejenak berpikir kembali apa yang akan ia lakukan saat bertemu Rena pagi ini. Karena dirinya kesal semalaman, mungkin Zaky bisa mengacak-acak desain Rena. Bagaimana pun juga proyek tetap berjalan dan ada tenggat waktu yang harus ditepati.
Setelah mengukuhkan niatnya dan merencanakan akan melakukan apa, Zaky langsung berdiri. Sebenarnya, akibat dari kecelakaan yang dialami saat SMA dulu, dirinya tidak bisa mengingat dengan jelas siapa Rena dan apa hubungan mereka. Terkadang Zaky berpikir apakah ia dan Rena dulu pernah menjalin hubungan.
Jika memang Zaky bersahabat dengan Rena, lalu kenapa perempuan itu pergi begitu jauh dan tidak pernah menghubungi Zaky sama sekali. Mungkin salah satu alasan Zaky sangat bersemangat saat memberikan tawaran pada Rena untuk bergabung dalam proyek The Gradient, salah satunya karena Zaky mengenali Rena sebagai sahabatnya.
Terlepas dari semua itu, saat ini Zaky sedang ingin marah-marah. Tanpa mengetuk pintu ruangan Rena, serta mengabaikan tatapan banyak karyawan yang melihatnya, Zaky masuk ke ruangan Rena begitu saja. Menemukan Rena yang duduk di sofa dengan satu set kotak bekal yang berjajar di atas meja.
Mata Zaky memicing, "Sedang apa kamu?"
Rena membeku di tempat, kaget akan kehadiran Zaky yang tiba-tiba. Ia meletakkan sendok dan garpunya di meja kemudian berdiri. Tanpa sadar mengusapkan tangan ke pakaiannya dengan sedikit gugup.
"Ada apa pak?" jawab Rena berusaha seformal mungkin. Ia kira Zaky dan Julian masih menjalani pemeriksaan, ternyata temannya ini sudah ada di kantor pagi-pagi sekali.
Zaky memasukkan tangan ke saku celananya, mendadak ia tidak tahu harus berbuat apa. Padahal tadi ia sudah menggebu-gebu ingin melabrak Rena.
"Desain baru, sudah ada?" tanya Zaky pada akhirnya.
Rena mengangkat sebelah alis dan tersenyum kecil. "Bukannya proyek ditunda? Semua draft masih di kantor pemeriksaan, belum dikembalikan."
"Oke," jawab Zaky. Ia menggaruk hidungnya dengan jari telunjuk. "Perubahan-perubahan yang sebelumnya saya minta sudah selesai?"

KAMU SEDANG MEMBACA
A Gentle Touch
RomanceSebuah kisah klise dari masa lalu. Jatuh cinta, terluka, kemudian jatuh cinta kembali. Julian tahu ia seorang pendosa. Setelah bertahun-tahun mencari, Julian merasa dirinya begitu lelah dan yakin bahwa sampai kapanpun, wanita itu tidak akan pernah m...