7 Tahun Lalu
****
Saat pintu kediaman Leander ditutup rapat. Debaran jantung yang Aya rasakan belum menghilang. Rasanya ia sedang berselingkuh dari Cave dan mencoba untuk meninggalkan pria itu. Tapi tidak, Aya sedang berusaha untuk menemukan jalan keluar dari perselisihan ini. Agar keduanya bisa memiliki jalan yang sama.
"Aya," Igor berbisik menarik Aya agar bergerak cepat menuju kamar ibunda mereka.
"Bun, Igor bawa Rena!"
Silvia Arcadhia yang mendengar nama anaknya disebut segera bangkit dengan susah payah. Igor harus menahan tubuh itu agar tidak jatuh dan mampu berjalan tergesa-gesa menuju Aya.
"Kamu nggak papa? Kamu diapain sama Cave?" Silvia terus bertanya sambil meraba wajah dan tubuh Aya. Memastikan putrinya masih utuh.
"Aku baik-baik saja," jawab Aya canggung. Ia menangkup tangan ibunya, menghentikan Silvia yang masih terlalu khawatir.
"Anak tidak tahu diri itu!"
Aya mengernyitkan dahi saat mendengar umpatan yang diucapkan oleh ibunya. Ia melirik Igor yang tampak terdiam.
Tidak ingin membuang waktu, Aya menarik Ibunya untuk kembali duduk di tepi tempat tidur. Ia harus menanyakan dan mencari tahu dari sudut pandang lain.
"Bunda," Aya memulai pelan. Berharap ia mendapatkan jawaban yang ia inginkan. "Cave bilang ibunya meninggal karena bunda, aku tidak ingin percaya tapi aku harus dengar cerita bunda."
Silvia mendengus marah, "Bisa-bisanya anak haram itu!"
Hati Aya tercekik saat lagi-lagi bundanya menyumpahi Cave dengan kalimat yang kurang baik. Harapan Aya perlahan mulai memudar dan pikiran bahwa benar Bundanyalah yang menyebabkan kematian dari ibu Cave semakin kental.
"Bun, Rena tanya, jawab dulu."
Igor juga ikut waswas. Ia tahu jika benar bunda penyebab kematian dari ibunya Cave, maka Aya tidak akan pernah mau masuk dalam keluarga ini.
"Dia bunuh diri, Rena! Bagaimana mungkin itu bisa jadi salahku?!" Silvia membentak. Ia menyentak tangan Aya dan merajuk kesal.
"Dia ingin dapat pria kaya! Aku hanya membantunya!"
Hati Aya tercubit, "Dengan mengenalkan laki-laki yang lebih cocok jadi ayahnya?"
Silvia tertawa, "Anna tidak menyebutkan usia! Aku hanya membantunya, ingat?! Kalau Anna bunuh diri, salahkan si tua bangka Evander itu! Oh dia sudah mati juga sepertinya!"
"Bunda!" Igor meninggikan suaranya tanpa sadar. Kaget dengan kalimat ibunya yang aneh. Selama ini setiap kali ibunya menceritakan tentang Brianna atau Anna—ibunda Cave—ia tidak pernah berkata sesuatu yang buruk.
"Biar bunda ceritakan Igor, biar bunda ceritakan."
Igor melirik Aya yang tampak menahan tangis. Adiknya itu ingin segera pergi dari sini tapi ia tidak mendapatkan apa-apa. Jika ia kembali seperti ini pada Cave maka ia akan kehilangan pria itu.
"Cave..." Silvia bergumam kemudian tertawa. "Dulu panggilannya bukan Cave, dulu aku dan Anna memanggilnya Julian. Tapi sejak istrinya Allard melahirkan dan menggunakan nama tengah yang sama, Anna memaksa semua orang untuk memanggil bocah itu Cave."
"Kenapa Cave membencimu?" Aya bertanya dengan rahang terkatup. Ia merasa cukup dengan jawaban tidak jelas yang diberikan oleh ibunya.
"Entahlah, yang jelas Anna bunuh diri dan itu bukan salah Bunda!"
Akhirnya Aya meneteskan air mata. Membuat Igor ingin meraihnya tetapi ponselnya bergetar menerima telepon. Ia menepuk kepala Aya sekilas kemudian berlalu keluar kamar.
Dengan isak tangis dan tubuh yang mulai meluruh bertumpu pada lantai, Aya menggenggam tangan bundanya seolah memohon.
"Aku mencintai Cave, Bunda. Kumohon, katakan apa yang sebenarnya terjadi. Aku ingin hidup bersama Cave tanpa harus mengkhianati siapa pun."
Silvia menggeleng dan tersenyum. Ia mengusap sayang kepala Aya.
"Tidak ada, Anna tidak membenci bunda dan bunda tidak membenci Anna. Kami sahabat, ingat? Kamu dan Julian juga dulu pernah bermain bersama. Orang lain yang jahat, Aya. Orang lain."
Aya semakin bingung dengan kalimat Silvia. "Siapa, bunda? Siapa orang jahatnya?"
"Nggak ada orang jahat yang akan mengaku Aya!"
Suara familier yang seharusnya tidak berada di ruangan ini dan tiba-tiba hadir membuat Aya berdiri kaget. Lengannya secara refleks melindungi Silvia yang tampak kebingungan.
"Cave," Aya berucap lirih.
"Mm, tidak perlu merasa bersalah sayang. Berkatmu aku bisa bertemu the great Silvia Arcadhia!"
Aya menggeleng ia mencoba mendekati Cave namun pria itu bergerak menjauh dengan satu tangan terangkat. Senyumnya aneh dan Aya tidak bisa memikirkan apa yang dirasakan Cave saat ini.
"Saatnya kita pulang!"
Saat Aya sadar apa yang terjadi, Silvia Arcadhia sudah dibawa paksa oleh Arash. Wanita itu meronta tanpa hasil. Suaranya menjerit memanggil nama Aya.
"Cave gila! Bajingan gila!" jerit Silvia.
Cave tertawa melihatnya. Ia mencekal lengan Aya dan membawa gadis itu pergi tanpa sikap lembut. Yang membuat Cave sedikit terkejut, Aya sama sekali tidak memberontak. Gadis itu hanya diam membiarkan Cave menyeretnya pergi.
Saat Aya duduk di samping Cave dalam mobil, gadis itu bisa melihat ibunya yang dipaksa masuk ke mobil lainnya. Aya tidak tahu bagaimana nasib Igor, semoga saja saudaranya itu baik-baik saja. Karena Aya enggan untuk bertanya dan malah menempatkan Igor dalam masalah.
****
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa berikan vote dan tinggalkan komentar ya. Cerita ini hanya menunggu beberapa chapter lagi untuk tamat, versi lengkap ada di Karyakarsa.com/Amubamini. Untuk kalian yang mau baca keseluruhan cerita dengan lebih murah, bisa langsung kunjungi profil Amuba di situs itu dan pilih bagian paket. Kamu akan dapat diskon lebih dari 25% + 50 kakoin untuk pembelian paket bacaan A Gentle Touch. Jangan lupa mampir ya!
Sampai jumpa di chapter selanjutnya!
Salam sayang,
Amubamini.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gentle Touch
RomanceSebuah kisah klise dari masa lalu. Jatuh cinta, terluka, kemudian jatuh cinta kembali. Julian tahu ia seorang pendosa. Setelah bertahun-tahun mencari, Julian merasa dirinya begitu lelah dan yakin bahwa sampai kapanpun, wanita itu tidak akan pernah m...