Memaafkan tapi jangan melupakan, atau kau akan tersakiti lagi. Memaafkan mengubah pandangan, melupakan menghapus pelajaran
-Paulo Coelho
“Tidak, jangan penjarakan dia. Aku tidak ingin mendendam dengan mengurungnya dipenjara. Aku ikhlas atas semua yang telah terjadi.
Dirinya bisa saja berkata seperti itu untuk menyakinkan diri kalau dia akan baik-baik saja dan tidak ingin membenci diatas kematian buah hatinya. Shin hye hanya ingin hidup tenang tanpa memikirkan apapun dan mencoba untuk memaafkan, mengikhlaskan dan menegarkan hatinya.
Shin hye beruntung karena dia memiliki seorang pria yang mendukungnya. Pria yang sudah beberapa bulan ini selalu hadir disetiap waktu yang menurutnya sangat mencekam. Kenapa? Karena baginya setiap hari yang dia lalui mengingatkannya akan kejadian pahit yang masih sulit untuk dilupakan.
Lihat saja dirinya yang semakin hari semakin kurus walaupun dia terbilang wanita yang rajin menyantap makanan. Setiap makanan yang dia telan, tanpa diketahui orang lain selalu berakhir didalam closet. Dengan kata lain, Shin hye telah menyiksa dirinya sendiri. Dia tersenyum didepan orang, tapi menangis dibelakang seorang diri.
Tidak… tidak benar-benar seorang diri. Yong hwa tahu apa yang dirasakan Shin hye, tapi dia tidak ingin membuat Shin hye semakin terluka dengan terus memintanya untuk melupakan saja dan hiduplah bahagia bersamanya. Bagi Shin hye itu mungkin saja memintanya untuk melupakan bayi mereka yang belum sempat lahir.
***
6 bulan kemudian
“Aku sudah siapakan bekal siangmu yaa, ada jus pisang juga. Brokolinya kali ini aku rebus dengan garam.”Shin hye meneriaki Yong hwa dari dapur, memberitahukan pada suaminya kalau dia sudah selesai membuat makan siang.
“Kau tidak bawakan ke kantor saja?
Shin hye tersenyum sembari menggelengkan kepala.”Tidak. Aku ingin bersantai dirumah bersama Soo jung.
“Soo jung? Kapan dia pulang?
“Kemarin malam, tengah malam. Kau sudah tidur saat dia datang, aku yang membukakan pintu.
“Lalu dimana dia?
“Diatas, masih tidur.”Tunjuk Shin hye dengan wajahnya keatas kamar Soo jung.
Yong hwa menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan kelakukan adiknya yang tidak pernah mengatakan apapun padanya.
“Aku akan temui dia sebentar.”Ujar Yong hwa sembari beranjak ingin keatas. Dan membangunkan si tuan putri pemalas.
“Yong… Sudahlah. Dia pasti Lelah, biarkan dia tidur sebentar.
“Sebantar? Dia itu kalau tidak dibangunkan akan seharian meringkung diatas kasur.
“Ya… ya… aku akan bangunkan dia nanti sebelum kau pulang, ok?
Yong hwa mengalah sembari menarik napas.”Baiklah. Kapan kau menemui dr. Cho? Vitaminmu kan Sudah habis, mau aku saja yang ambilkan?
“Tidak usah, aku akan temui dia siang nanti.”Tolak Shin hye.
Yong hwa mendekati Shin hye yang telah duduk dimeja pantry, mengusap halus rambutnya sembari tersenyum seperti biasanya.
“Kata-kata ajaib lagi?”Tanya Shin hye dengan senyuman.
“Tentu.
“Ok.
“Sederhana saja, jika airmatamu masih menetes setelah mengingatnya. Berarti dia masih segalanya.
Shin hye tersenyum dan lagi-lagi mata itu bergetar setiap kali Yong hwa mengatakannya. Bukan bermaksud untuk mengingatkan kepedihan itu. Hanya untuk mengingatkan, tidak perlu menangis setiap hari sembari tersedu-sedu. Karena nyatanya, hanya dengan mengingatnya saja itu sudah membuktikan kalau dia masih segalanya bagimu. Tidak perlu menyiksa diri sendiri.