Hidup itu adalah tentang memilih dan di pilih, jika kamu tak di pilih maka jangan berkecil hati karna mungkin tuhan takdirkan kamu yang memilih.
Dua minggu setelah kejadian hari itu Yohan dan Ara masih tak bertegur sapa, Ara yang biasa nya di antar oleh Yohan atau Yohan yang biasanya menjemput Ara mulai berubah menjadi rutinitas nya menjemput Minju, selama dua minggu ini juga Ara selalu menemani Yunseong bermain atau latihan Futsal.
Mengingat bahwa pemuda itu memiliki jadwal yang sama dengan Yohan, terkadang Ara tanpa sengaja mencari keberadaan nya. Namun, makin kesini Yohan makin jarang terlihat. Kalau kata kak Sinb sih Yohan banyak ijin karna mau nemenin pacar nya.
Ara cukup tahu saja kalau Yohan dan Minju sudah jadian, toh perasaan nya juga akan memudar seiring dengan berjalan nya waktu. Ara menidurkan kepalanya di atas meja kelas, menatap ke arah Jendela tanpa gorden dengan terpaan sinar matahari dari luar.
"Kenapa Ra? Ngantuk?" Tanya Letta yang kini berdiri di hadapan nya.
Ara menggeleng, mengangkat kepala nya untuk mendongak menatap Letta.
"Ta, menurut lo gue harus move on ga ya?"
"Terserah lo sih, kalau lo udah gamau berjuanh dan gamau nunggu silahkan move on."
Eum... Ara rasa ia salah orang untuk meminta pendapat, karena setahunya Letta adalah salah satu manusia dan gadis cuek di sekolah nya. Tak pernah perduli dengan penampilan dan lingkungan sekitar nya, asalkan dia bahagia ya akan ia lanjutkan.
"Ra, lo ga ke kantin? Nih makan nanti sakit." Ujar Yunseong yang baru memasuki kelas dengan membawa se kotak nasi di tangan nya menaruh nya tepat di atas meja milik Ara.
"Lauk nya apa?" Tanya Ara
"Telur—"
"Ara alergi telur,"
pemuda dengan tangan kekar yang hampir selama dua minggu itu tak menampakan sinar nya, kini berdiri di hadapan Ara membarikan kotak bekal yang ia tahu bahwa itu memang milik nya. Mata nya melirik ke dalam kotak bekal.
Makanan favorit nya memang berada di sana, sambal teri dengan kentang dan juga ikan goreng. Kampungan? Memang, tapi Ara suka ia tak suka spagethi atau semacam nya. Namun, selagi itu gratis Ara akan berusaha melahap nya dengan cepat.
"Maaf ya, Yunseong gue ga bisa makan telur." Ara tersenyum tak enak hati pada Yunseong.
Yohan tersenyum penuh kemenangan jarena bekal nya lah yang di makan oleh Ara, tangan Yunseong beralih mengusap kepala Ara dengan lembut dan langsung di tepis oleh Yohan, tak mau memperkeruh keadaan Ara menatap Yohan penuh tanda tanya.
"Han, lo udah punya pacar. Bisa ga gausah perhatian sama gue lagi?"
Gadis itu menghentak hentakan kaki nya pada jalanan aspal, sedangkan pemuda dengan kulit putih bak vampire itu terus mengikuti nya dari samping. Pipi gadis nya mengembung berisi angin, kesal? Mungkin bisa di bilang begitu.
Semenjak kejadian Yohan memberi nya bekal mendadak Ara menjadi bimbang tentang perasaan nya, antara melajutkan nya atau tidak. Ara tak mau egois, tak dapat di pungkiri jika Yunseong adalah orang yang selalu mendengarkan keluh kesah nya akhir akhir ini.
Tapi, tak dapat di pungkiri bahwa Yohan adalah orang yang selalu bersama nya sejak kecil. Ara menendang baru kerikil di hadapan nya.
"Kenapa sih, Lo?" Tanya Yunseong
"Gatau, kesel aja." Balas Ara
"Jangan kesel,"
Ara menatap Yunseong yang kini berjalan tepat di samping nya. "Kenapa memangnya?"
"Nanti makin lucu, tapi cantik nya hilang." Ujar Yunseong
DEG!
Ara memalingkan wajah nya tak mau menatap ke arah Yunseong, rambut panjang nya berhasil menutupi setengah dari wajah nya. Tangan Yunseong beralih merapikan rambut Ara lalu mengucir nya dengan karet gelang dari membeli ketoprak di sekolah.
"Kalau gini kan cantik, muka nya keliatan jelas," Tangan Yunseong beralih meletakan poni Ara di belakang daun telinga nya.
"Eum... m-makasih," nada bicara Ara mendadak gugup karena perlakuan Yunseong.
Yunseong adalah sosok boyfriend material seperti yang ia bayangkan dalam setiap novel yang ia tulis, dan sekarang? Pemuda seperti itu tepat berada di hadapan nya, sungguh nafas Ara tercekat ketika Yunseong mengusap pelan kepala nya.
Dada nya bergemuruh, berada di dekat Yunseong memang tak baik untuk kesehatan jantung nya. Dalam hati nya terus terusan mengucap asmaul husna takut akan kejadian jika ia akan terkena serangan jantung mendadak karna terus bersama Yunseong.
Kaki nya kembali melangkah mendahului Yunseong, jangan tanya di mana kuda besi pemuda itu. Karna jelas kuda besi nya berada di bengkel, hari ini bahkan Yunseong menaiki angkot menuju sekolah.
Langkah kaki Ara terhenti saat tangan nya di tarik oleh sang empu, yang jelas pelakunya adalah Yunseong.
"Kenapa Cong?" Tanya Ara
Yunseong memegang kedua pundak nya.
"Gue tau lo bingung sama perasaan lo sendiri Ra, gue tau kalau lo masih suka sama Yohan semuanya kelihatan dari gelagat lo, tapi kalau boleh minta gue pengen lo lihat gue lebih dari sekedar teman curhat lo bisa, Ra?"
Ara diam, tak dapat berkutik mengenai perkataan Yunseong.
"Lo boleh merasa sakit hati, lo boleh merasa kehilangan Yohan, tapi lo gabisa terbelenggu dengan sebuah keadaan Ra,"
Pikiran nya berkelana, Ara bingung ia tak mengerti harus bagaimana saat ini. Mata pemuda itu sekilas menatap Ara lalu menundukan kepala nya, rasa penasaran, suka, dan cemburu bersatu menjadi satu. Helaan nafas itu terdengar jelas di telinga Ara.
"Gue cuma pengen lo tahu, kalau gue juga lagi suka sama lo, gue pengen lo tahu pemuda pengecut yang rapuh ini sedang memperjuangkan perasaan nya buat lo, gue pengen lo tahu kalau gue gamau lo nangis dan tersakiti karna apapun."
Siapa pun, tolong bantu Ara!
Hayoo semuanyaaa!! Gimana part kali ini?? Akhirnya yang di tunggu akan segera datang yaa, eheq!
Ucong Yohan baku hantam nya di tunggu ya, VOTE DAN COMENT NYA JANGAN LUPAAAAA
YOU ARE READING
Friendzone Area! - Kim Yohan
FanfictionMungkin benar yang orang orang katakan tentang tak akan pernah ada kata persahabatan di antara laki-laki dan perempuan. Sama hal nya seperti Ara dan Yohan kedua remaja yang menjadi sahabat dejak kecil ini masih saling memendam rasa, tak ada yang ber...