Chapter 04 : Makan Malam

432 39 10
                                    

Kalau masalah datang bertubi-tubi tugas kita ya bertahan.

Hari rabu adalah hari yang paling Ara benci, pasalnya di hari itu makan malam keluarga Razade akan di gelar, hanya di datangi oleh keluarga inti dari Yesung Razade saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari rabu adalah hari yang paling Ara benci, pasalnya di hari itu makan malam keluarga Razade akan di gelar, hanya di datangi oleh keluarga inti dari Yesung Razade saja. Lelaki yang merangkap menjadi ayah sekaligus sosok figur heroik di mata nya itu adalah seorang yng keras dalam mendidik anak nya.

Ara adalah anak pertama dari empat bersaudara sekaligus anak tunggal perempuan satu satu nya dalam keluarga Razade. Kembaran Ara bernama Ares telah meninggal dunia tepat pada ulangtahun ke-14 nya karna sebuah kecelakaan saat pertandingan pencak silat.

Kematian sang putra lah yang membuat Yesung mendidik Ara dengan cara yang keras. Tak ada eskul bela diri yang Ara ikuti kecuali pramuka dan PMR yang menurut sang ayah adalah pilihan terbaik nya menuju universitas kedokteran.

"Ara, gimana sama sekolah kamu?" Tanya Yesung memulai percakapan yang benar benar membuat Ara malas duduk di antara keluarga nya.

Perlu di ketahui bahwa ayah dan ibu nya sudah bercerai sejak Ara menginjak usia ke-14 tahun nya, tepat sebelum meninggalnya Ares. Saat kedua adik nya lebih memilih ikut dengan ayah mereka karena paksaan sang nenek, Ara justru dengan sukarela ikut bersama ayah nya karna tak mau adik nya menjadi bahan ke kesalan sang ayah.

"Sejauh ini masih baik Yah, Ara juga sudah rutin ikut les dan belajar kelompok seperti yang Ayah bilang."

Yesung mengangguk samar. "Untuk persiapan masuk universitas bagaimana? Sudah sampai tingkat mana kematangan nya?"

"Sekitar 90% Yah."

"Bagus, pokoknya kamu harus masuk UI ya Ra jangan buat Ayah malu karna kamu ga lulus UI nanti,"

"Iya Yah," gadis dengan rambut di ikat rapi itu hanya dapat mengangguk an kepala nya patuh pada sang Ayah.

"Kamu masih ikut eskul band yang gajelas itu?" Tanya Ayah nya

"m-Masih y-Yah," jawab nya gugup

"Lebih baik kamu segera tinggalkan eskul yang tidak berguna itu, seharusnya kamu lebih banyak berkumpul dengan para perkumpulan remaja belajar bukan bernyanyi tidak jelas begitu!"

Adik laki-laki nya itu meletakan secara kasar sendok yang berada di tangan nya membuat dentingan yang cukup keras antara piring dan sendok yang beradu. Mata Ara tertuju pada Rafa, sosok adik yang selalu membela nya di setiap makan malam keluarga ini.

"Raf udah," cegah Ara

"Gabisa kak, Rafa itu laki-laki seharus nya Rafa lindungin kakak. Ayah juga kenapa ga bersyukur aja sih?! Masih di kasih anak yang penurut kayak kak Ara, ga banyak tingkah tapi kenapa hobby nya selalu dilarang?!"

Rafa Altemir Razade seorang adik sekaligus perisai Ara, tempat nya bersandar dan berkeluh kesah setelah ke pergian Ares. Terkadang Ara merasa iri dengan Rafa yang dapat menentang Ayah nya dengan lantang, menyampaikan ketidak setujuan atas tindakan ayah nya.

"Rafa!" Teriakan sang Bunda mampu mengintrupsi pergerakan nya.

"Kenapa Bun?! Mau bilang Rafa masih kecil lagi? Bunda, 14 tahun Rafa hidup di dunia dan sekarang Rafa udah ngerti dan paham semakin kesini Ayah semakin gila prestasi," ujar nya

"Diam kamu! Kamu masih kecil ga ngerti apa apa!" Ujar Yesung dengan nada suara tegas nya.

"Rafa ngerti Yah! Makanya Rafa bantah Ayah! Makin kesini Ayah makin buat kita bertiga semakin tersiksa tau ga?!"

"Ayah lebih dulu hidup dari kalian jadi ayah tau bagaimana sulit nya berjuang di atas kebodohan!"

"Kalau ayah tau bagaimana sulit nya berjuang seharusnya Ayah ajari kami! Bukan paksa kami!" Kali ini gadis dengan rambut panjang sepinggang yang di ikat rapi itu ikut bersuara.

"Semakin lama gue hidup semakin gajelas nih keluarga." Ujar Rafa lalu melonggarkan dasi yang mencekik leher nya, mendorong kursi yang menjadi tempat nya duduk lalu berjalan menuju arah pintu keluar dari rumah yang terlihat bak istana namun nyatanya bagai penjara.

"Rafa!" Teriak Yoona

"Sudah ga usah di kejar! Anak ga tahu diri itu memang ga tahu terimakasih!" Ujar Yesung

Ara mengkerut kan kening nya tanda tak setiju dengan ucapan Yesung. "Anak tak tahu terimakasih kata Ayah?" Seringaian keluar begitu saja dari bibir nya

"Ayah dengar dan renungkan, era Ayah dan kita itu berbeda beberapa belas tahun dan jelas di era mana Ara di lahirkan semua sudah jauh berbeda dengan era Ayah yang serba kuno, jadi jangan pernah jadikan masa dimana Ayah muda menjadi patokan Ayah mendidik kami dengan keras, jika Ayah bilang saat Ayah muda kakek melakukan hal yang sama," Gadis itu menarik nafas nya menahan airmata di pelupuk nya.

"Seharusnya Ayah, ga memberlakukan kami dengan cara yang sama dengan yang kakek lakukan pada Ayah, bukan nya mengulang setiap hal yang kakek tanamkan pada Ayah."

"Kamu lihat om Vio sekarang bagaimana keadaan nya saat melawan kakek dan tetap bermusik? Sangat menyedihkan!" Ujar Yesung dengan nada nya meremehkan

"Ara rasa yang di bilang sama Rafa benar, semakin kesini yang Ara rasa Ayah hanya bisa meremehkan dan memaksa bukan mengajari apalagi membimbing!"

Gadis dengan surai coklat itu menarik pelan tangan sang adik yang tak mengerti setiap perkataan orang dewasa yang menyesak an, dada nya merasa sesak tak kuat menahan tangis. Saat kaki nya melangkah meninggalkan rumah dengan harta itu air mata nya mulai jatuh bersamaan dengan itu adik kecil nya menarik tangan nya.

Ara rasa anak laki-laki tampan di hadapan nya ini adalah salah satu hal yang membuat Ara bahagia. "Kakak janan angis, anti buyan juga angis." Vino menghapus air mata yang jatuh mengenai pipi nya.

Ara mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Vino yang tergolong masih terlalu kecil untuk mengerti setiap hal yang orang dewasa lakukan.

"Kakak ga nangis, cuma kakak kesel aja Vino," ujar nya berusaha memberi pengertian

"Ino nda mau jadi olang becal, anti kayak kak Ala tama abang lapa malah malah teyus," ujar nya

Senyuman hangat itu keluar begitu saja, tanpa sadar diri nya juga kini ikut jatuh dalam pelukan adik kecil nya.

Kakak juga ga pernah mau jadi orang dewasa, Vino.

"Ra, ayo gue antar pulang." Suara yang kini meng intrupsi pergerakan nya

Bukan lelaki ini yang ia harapkan tapi orang lain yang memahami diri nya, namun mengapa di hadapan nya kini sedang berdiri Mark Lee dengan senyuman hangat serta sapu tangan putih di hadapan nya.

Bukan lelaki ini yang ia harapkan tapi orang lain yang memahami diri nya, namun mengapa di hadapan nya kini sedang berdiri Mark Lee dengan senyuman hangat serta sapu tangan putih di hadapan nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai guys! Maav yak di chapter 04 ini Yohan ga ku keluarin dari persenbunyian nya di karena kan dia lagi asik molor dan ber angan angan.

Hayooo di tebak kenapa yang dateng malah Mark Lee?? Siapakah abang abang ganteng ini?? Mari di tebak yang bener tak kasih tepuk tangan wuakakakak:)

Friendzone Area! - Kim YohanWhere stories live. Discover now