1. Garjita Lesmana

12.1K 1.1K 75
                                    

Dari tadi aku menoleh dan berjalan ke sana kemari, udah kayak orang hilang cuma nyari Romi--si editor galak--enggak ketemu. Dia yang ngusulin ke aku buat terjun langsung ke pesta topeng buat riset bikin cerita roman menye-menye, au ah apa itu. Laknat emang! Aku yang author thriller biasa nulis narasi mencekam, malah disuruh bikin yang manis-manis kayak gula. Ini gara-gara "Sempak Berdarah" enggak laku di pasaran. Demi apa pun, itu kan di luar ekspektasi kalau penjualan di bawah 1000 ekslempar, padahal udah di sale.

"Rose," panggil seseorang sambil menepuk bahuku. Sontak mataku mengerjap. Karena, namaku bukan Rose, kedua suaranya familier banget. Kayak suara mantan. Serak-serak basahnya khas banget. Kalau nyanyi, aje gile. Buat jantung enggak keruan.

Aku menoleh ke belakang dan mendapati sosok jangkung berkulit agak kecokelatan yang kuyakini didapatkan dari berjemur di pantai. Benar-benar maskulin, Man. Lihat aja bulu-bulu halus di rahangnya yang pengen kuelus. Pipinya boleh juga dipegang, apalagi kalau lesung pipinya timbul tambah ganteng.

"Kamu Rose, kan?"

"Ha," ceplosku. Rose? Enggak mungkin kan Rose yang dimaksud Roselina, motor kesayanganku. Namaku Citra Megananda. Yang berarti kecerian yang menggelegar. Citra kan artinya ceria, Megananda itu guntur. Oke, jangan heran kalau aku selalu kelihatan bahagia dan suaraku kayak toa.

"Kamu kan si fansku yang suka ngirim bunga mawar. Karena aku enggak tahu namamu, makanya kupanggil Rose."

"Bukan," elakku cepat, sejak kapan aku jadi bucin, sok romantis pakai kirim bunga. Sayang uanglah, namanya juga pengangguran yang mengharapkan dapat royalti sekarung. "Mas, ini siapa ya?" tanyaku balik penasaran.

"Garjita. Ini aku Garjita Lesmana," jawabnya berbisik di telingaku, lalu membuka topengnya sebentar.

Mataku melotot seketika. Garjita yang kulitnya putih ngalahin cewek kalau panas nunduk, sekarang kulitnya kecokelatan seksi gimana gitu. A en j ay! Benar, Girl. Cowok emang lebih cakep kalau udah diputusin. Dulu cakepnya udah gila-gilaan, sekarang badas gila.

"Oh ... Mas ini Garjita yang penyanyi itu. Yang lagunya serem-serem itu?" Aku memastikan saja walau sebenarnya aku sudah yakin ini Garjita, sang penyanyi aliran gothic, sekaligus mantanku dari suaranya yang khas dan manik matanya yang meneduhkan.

"Shuutt!" Garjita meletakkan telunjuknya di bibirku membuat jantungku ingin copot seketika. "Jangan keras-keras. Nanti orang pada tahu."

Aku nyengir. Baru ingat kalau selama ini tidak ada yang tahu wajah Garjita seperti apa setelah lulus SMA. Dia kan melanjutkan pendidikan di luar negeri dan balik-balik menjadi penyanyi solo dengan aliran gothic. Penampilannya selalu tertutup menggunakan pakaian serba hitam, sarung tangan hitam, dan topeng hitam yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Hanya area bibir ke bawah yang tak tertutupi. Kalau tampil langsung selalu membelakangi panggung.

Ajaibnya penggemar Garjita begitu banyak, apalagi perempuan. Wanita di luar sana yakin kalau mantan personil Galaksi ini masih tampan seperti dulu, bahkan jauh lebih tampan. Jadi, banyak penggemar halu yang suka mengaku-ngaku menjadi istri Garjita.

"Maaf," kataku sok manis, sok imut sambil menyelipkan anak rambut di telinga. Padahal, aku ingin sekali menampar, memukul, dan menendang pria yang pernah melukai hatiku. Persetan wajahnya tampan, kalau kelakuannya bikin geregetan.

Garjita tersenyum, "Seperti janjiku ke kamu kemarin. Aku bakal ngenalin kamu ke orang tuaku."

"Eh ... aku bukan penggemarmu. Aku--" Kuteguk air liurku, tak mungkin aku jujur kalau diriku adalah mantan kekasihnya.

"Semua tamu di pesta ini aku yang mengundang langsung. Cuma kamu yang ke sini sendirian membawa undangan spesial yang kubuat khusus untukmu."

What? Aku kan dapat undangan ini dari Romi, dia menyuruhku berangkat duluan. Ia akan menyusul ke sini bersama temannya. Astaga, otakku tidak bisa menerima. Jadi, Romi gay. Pantas saja dia selalu bilang aku jelek. So, aku dimanfaatkan Romi untuk menutupi kebenaran ini.

"Kamu lupa? Aku kan sudah bilang kalau undangan marun yang kutinggalkan di bangku taman itu khusus dibuat untukmu."

Ya Tuhan? Aku harus berbuat apa? Bilang kalau Romi adalah orang yang dicari Garjita atau mengaku menjadi penggemar misteriusnya.

"Jita, kamu di sini, Nak?" Suara mantan calon mama mertuaku menginstrupsi.

"Iya, Ma." Garjita memegang tangan mamanya seraya tersenyum.

"Kamu sama pacar kamu, ya?"

Mantan, bukan pacar, rutukku dalam hati.

Garjita tersenyum. "Iya, Ma. Sayang, kenalin ini Mamaku."

"Rita, Mamanya Garjita." Tangan mamanya Garjita sudah terulur saja ke arahku.

"Nanda, Tante," balasku lembut, "tapi saya bukan pacarnya Garjita."

"Tunangan, calon istri," sahut Garjita, "iya kan, Sayang."

Mampus, satu kata itu yang harusnya keluar dari bibirku, tapi bodohnya aku hanya tersenyum malu-malu. Demi Tuhan, ini bukan bagian dari risetku. Apa aku harus memanfaatkan momen saja untuk bahan bikin cerita. Nanti judulnya, "Ketemu Mantan Akhirnya Balikan". Sumpah itu cuma wacana buat nulis cerita, bukan berharap balikan sama Garjita.

"Kalau gitu kapan tante sekeluarga bisa main ke rumahmu? Biar bisa ngomong langsung ke orang tua kamu buat nentuin tanggal yang bagus."

"Buat apa tante?"

"Sayang, aku kan udah bilang tentang lamaran. Keluargaku udah siap buat dateng ke rumah orang tuamu."

Demi apa pun, ini kayak lagi di-prank. Biasanya aku yang suka ngibulin pembaca di wattpad sama prank ending sedih atau gantung. Eh kampret, sekarang kena karma. Terkutuklah engkau Lanavay yang ngajarin suka nge-prank, dan sungguh laknat kau Romi yang membuatku terjebak seperti ini.

Bersambung....

Ada yang kangen kagak?
Kangen update maksudnya.
Yo, vote, komentar kek. Semangatin, dong. Biar aku nggak nghilang lagi lho 😂😂

From Tomboy To Cinderella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang