"Ayah ada-ada aja sih, masa Syila sama Ge," kata Syila seraya bergerak mengemaskan piring-piring kotor di atas meja dan membawanya ke dapur.
"Loh, memangnya kenapa sama Ge, Syil? Kalian kan sudah sahabatan lama, pasti sudah saling memahami kan?"
"Ya karena Syila udah sahabatan lama itu, Yah, masa jadi cinta-cintaan." Syila tertawa. "Lagipula Ge kan udah punya pacar," sambungnya lagi. Ingatannya melayang kembali ke masa lalu, saat pertama kali ia berjumpa dengan Ge.
Saat itu Syila sedang mengikuti masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau yang biasa disebut OSPEK. Dilihatnya seorang cowok kurus berkacamata, lengkap dengan atribut ospek yang aneh-aneh itu sedang berdiri tertunduk di depan mahasiswa baru yang sudah berbaris rapi di lapangan. Kepalanya plontos meski tidak licin, hanya menyisakan sedikit rambut saja mengikuti ketentuan kegiatan yang disampaikan para senior di hari pertama ospek. Di hadapannya, seorang senior perempuan dengan almamater hijau, tengah berdiri sambil berkecak pinggang.
"Kenapa telat, hah?" suara cempreng si senior membentak si cowok plontos terdengar memekakkan telinga. Tubuhnya yang kecil itu tidak membuat nyalinya ciut untuk memarahi si cowok plontos. Wajahnya mendongak menatap lurus cowok yang tingginya nyaris 180 sentimeter itu.
"Maaf Kak, saya kesiangan."
Sang kakak senior terbelalak mendengar jawaban lugas juniornya. "Eh, kodok pitak! Bisa-bisanya ya lo bilang kesiangan!" Si senior kembali menyergah si cowok plontos setelah sebelumnya membaca sekilas papan nama yang tergantung di leher si junior yang bertuliskan GERALDI SI KODOK PITAK.
Pada saat itu semua mahasiswa baru memang diwajibkan mengenakan papan nama bertuliskan nama masing-masing dengan ditambah embel-embel sebutan yang dibuat oleh para senior. Kebanyakan memang nama-nama hewan yang dipadupadankan menjadi sebutan yang terdengar lucu. Syila sendiri waktu itu mengenakan papan nama bertuliskan ARSYILA SI BEBEK DOWER.
"Yaa.. kan memang kesiangan Kak, masa saya harus bohong bilang motor saya nyeruduk kambing." Geraldi, si cowok plontos itu kembali berujar seperti tanpa dosa. Syila berusaha keras menahan tawanya mendengar jawaban Geraldi, begitu juga dengan para mahasiswa baru lainnya. Jangan sampai ikut cari masalah dengan senior, pikir mereka.
"Waduuhh.. mulai berani nih. Gimana cuy kita apain ni bocah?" Si senior bertanya kepada rekan-rekannya yang lain.
"Nyanyi aja nyanyi, masih pagi nih, jangan yang ekstrim dulu lah." sahut salah satu cowok gempal berambut keriting di antara mereka.
Dan akhirnya terdengarlah suara bariton Geraldi menyanyikan lagu Separuh Aku milik Noah yang sedang populer saat itu. Jangan bayangkan suara bariton itu terdengar merdu seperti suara Ariel Noah atau bahkan seperti suara beratnya Afgan. Suara Ge saat itu benar-benar sumbang tak beraturan, membuat para mahasiswa baru tak dapat lagi menahan tawa mereka.
"Allahuakbar! Udah stop! Suara lo dah kayak kaleng rombeng bikin sakit telinga gue tau! Udah baris lo sana! Awas ya! Besok telat lagi gue suruh lari jongkok keliling lapangan!"
Ge pun berlalu membaur memasuki barisan tepat di samping Syila. Pandangan mereka beradu sesaat. Syila hampir saja tak dapat menahan tawanya kala itu saat menatap wajah Ge yang telah berdiri dekat di sampingnya, membuat Ge mengulas senyum tipis kepadanya.
Ketika waktu istirahat tiba, seluruh mahasiswa baru diwajibkan untuk makan bersama di aula pertemuan. Masing-masing sudah membawa bekal dari rumah. Syila yang pagi-pagi sudah memasak nasi goreng dan telur ceplok buru-buru mengeluarkan kotak makannya dari dalam tas. Tanpa sengaja matanya tertuju ke arah Ge yang sedang duduk bersandar di dinding sambil memejamkan mata. Syila yang penasaran malah mengemaskan kotak makannya dan berpindah duduk di samping Ge.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Coffee Cake [COMPLETED]
Любовные романыArsyila Mayza Harun, si pecinta cake manis ini selalu dirundung kegalauan setiap kali sang ayah bertanya 'kapan nikah?'. Alih-alih segera mencari pasangan ia malah makin sibuk berkutat mencari cara membesarkan nama EXQUISITO, sebuah coffee shop and...