DELAPAN BELAS

4.8K 537 4
                                    

"Bikin apa, Syil? Mau gue bantuin?"

Syila menoleh ke arah suara itu berasal. Tentu saja bukan karena ingin mencari tahu siapa orang yang sedang berbicara kepadanya. Ia sudah sangat hafal dengan suara bariton milik Geraldi Dimitri yang hampir setiap hari terdengar di telinganya. Namun, kalimat terakhir Ge yang berupa pertanyaan itu sedikit menggelitik hatinya.

"Lo inget nggak terakhir kali lo bantuin gue bikin cake?" tanya Syila seraya menuangkan air es ke dalam adonan terigu.

Ge terkekeh saat mengingat kembali momen yang dimaksud Syila itu.

"Yang gue inget omelan lo doank sih," sahutnya dengan wajah sok innocent.

"Ya gue ngomel lah," ucap Syila sambil menegakkan badan dan menatap Ge. "Cokelat panas gue lo tuangin ke adonan telur. Lo bukannya bikin brownies malah bikin telur orak arik!" cetusnya kemudian.

Wiwin yang saat itu sedang mengiris red velvet cake menjadi beberapa slice tak dapat lagi menahan tawanya saat mendengar perkataan Syila hingga sukses membuat Ge menggerutu.

"Namanya juga first trial, Syil. Lo juga komandonya nggak jelas."

"First trial apaan. Seinget gue lo udah berapa kali ngerusakin mood gue pas bikin kue."

"Ya udah deh, gue nanya aja. Masa nanya juga nggak boleh?"

"Nanya apaan?" tanya Syila dengan mata menyipit dan alis terangkat.

"Itu bikin apa?" tunjuk Ge dengan dagunya.

"Eccles Cake." jawab Syila datar.

Eccles cake adalah pastry khas dari kota Eccles di Inggris yang berbentuk bulatan dengan kismis di dalamnya.

"Lo kenapa sih, Ge? Aneh banget?" tanya Syila setelah meletakkan adonan kuenya ke dalam lemari pendingin. Adonan itu akan didiamkan selama beberapa jam agar dapat mengembang sempurna.

"Aneh gimana sih?"

"Ya nggak tau gue, aneh aja. Lagi ada masalah sama Manda?" tanya Syila sambil bergerak menuju wastafel untuk mencuci tangan. Ia lalu menggantung apron dan melangkah keluar pantry.

Ge menggeleng tepat di saat Syila melirik ke wajah lelaki itu sesaat.

"Win, cheesesticknya aku cobain ya," kata Syila sesaat sebelum menutup pintu dapur. Ge yang membuntutinya buru-buru menangkap gagang pintu dan ikut keluar.

"Siap, Mba Syila," sahut Wiwin sumringah. Berharap tester cheesestick yang dibuatnya akan mendapat persetujuan dari Syila untuk segera dipasarkan.

"Postingan di instagram gimana, Syil?" kata Ge mencoba mengubah topik pembicaraan. Syila duduk mengambil tempat di salah satu meja kosong di dekat kasir. Ge lalu duduk di hadapannya.

"So far so good sih. Feedbacknya oke juga. Ternyata di dunia maya gaungnya mantep. Netizennya pada gercep. Nih udah banyak yang repost." Syila mengarahkan layar ponselnya pada Ge, memperlihatkan akun instagram Exquisito yang kini sudah memposting banyak foto-foto baru. Langkah promosinya lewat sebuah giveaway berhadiah voucher juga terbilang cukup bagus karena terbukti mulai mendapat banyak perhatian warganet.

"Bagus deh, semoga aja bisa berjalan sesuai dengan planning kita."

Syila mengangguk pasti sambil meraih beberapa cheesestick yang diletakkan Wiwin dalam sebuah toples. Netranya mengawasi sekeliling kafe yang sore itu terlihat cukup ramai. Beberapa pelanggan yang membeli secara take-away tampak mengantri di meja kasir. Syila merasakan kelegaan sekaligus kebahagiaan. Berharap situasi ini akan terus membaik di kemudian hari. Dilihatnya Ge bergerak menuju meja bar setelah sebelumnya berpamitan untuk membuatkan iced lemon tea untuknya.

Fokus gadis itu kembali pada instagram di ponselnya. Iseng ia pun menswitch akun Exquisito ke akun pribadinya yang sudah bisa ia akses kembali. Setelah beberapa kali sebelumnya ia harus memenuhi syarat verifikasi lewat email. Foto-foto dari akun teman-temannya bermunculan memenuhi beranda Syila. Sebenarnya tidak banyak akun yang diikutinya, hanya beberapa teman dekat dan beberapa akun food enthusiast yang seringkali memamerkan beraneka ragam jenis makanan dan kue dengan tampilan yang ciamik. Beberapa notifikasi yang menyala merah mencuri perhatian Syila. Membuatnya teringat dengan perkataan Rinan beberapa waktu lalu. Ia kemudian mengecek satu persatu akun yang mengiriminya permintaan pertemanan. Ada beberapa nama yang sepertinya ia kenal namun ada juga yang tidak ia kenali sama sekali. Bahkan banyak sekali akun-akun olshop yang menunggu untuk dikonfirmasi. Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada sebuah akun dengan nama yang tidak asing.

radhyaksa_

Foto profil yang digunakan sama dengan foto profil yang ada di whatsapp Rinan. Syila lalu membuka profil si pemilik akun. Ternyata lelaki itu benar mengiriminya permintaan pertemanan di instagram. Dengan sedikit ragu Syila menekan tombol confirm dan follow. Tanpa butuh konfirmasi, Syila sudah dapat melihat-lihat isinya karena Rinan sama sekali tidak memprivasi akun tersebut. Jari gadis itu kini asyik berselancar di akun yang nyaris tidak menampilkan foto diri lelaki itu. Rinan lebih banyak memamerkan foto-foto mikro, langit senja dan keindahan alam. Syila cukup terkesima dengan deretan foto tersebut. Beberapa lokasi yang di tag Rinan menunjukkan lelaki itu sepertinya juga memiliki hobi travelling.

Dari sekian banyak foto, ada satu yang kemudian menarik perhatian Syila. Foto dengan latar Tebing Breksi Yogyakarta yang memperlihatkan sepasang lelaki dan perempuan sedang menghadap langit merah di sisi tebing. Tak tampak wajah keduanya karena mereka difoto dari arah belakang. Sesaat Syila mengira itu mungkin saja hasil bidikan Rinan seperti foto-foto lainnya. Tapi setelah lama ia memperhatikan foto tersebut, Syila yakin Rinan lah lelaki yang ada di foto tersebut. Tapi siapa wanita di sampingnya? Wanita bersweater abu-abu dengan rambut panjang tergerai. Keduanya berdiri bersisian dengan jarak yang sangat dekat, dengan kepala wanita itu bersandar pada bahu Rinan. Tinggi mereka nyaris sama. Sepertinya wanita itu adalah orang yang dekat dengannya, pikir Syila. Mungkin pacarnya? Ah, gadis itu tak ingin menerka-nerka.

"Nih, Syil. Yang seger-seger dulu."

Lamunan Syila buyar saat sosok Ge datang membawakan segelas iced lemon tea.

"Asyik banget, liat apaan?" tanya Ge.

"Ng, ini masih liatin repost-an orang-orang," jawab Syila sekenanya.

"Ohh."

"Gimana Mba Syila, cheesestick-nya enak?" Wiwin yang tahu-tahu sudah berada di dekat Syila menyela.

"Enak kok, Win. Bisa lah dikeluarin," jawab Syila membuat seulas senyum lebar terbit di wajah Wiwin.

"Eh, ntar dulu donk, saya kan belom nyobain, Win," sela Ge tiba-tiba membuat ekspresi wajah Wiwin mendadak manyun.

"Wah, Mas Ge ngebales nih," sahut Wiwin protes. Ge terkekeh geli. 

"Udah.. kamu tenang aja, Win. Biar saya cobain dulu ya. Terus bakal saya timbang-timbang bisa lolos gak tuh cheesestick buatan kamu. Oke?!"

"Huu.. Iya iya terserah Mas Ge aja, bos mah bebas." Wiwin mencibir malas lalu beranjak pergi kembali ke dapur. Sementara Ge bergerak menjauh ketika sebuah telpon masuk ke ponselnya.

Syila hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kedua rekan kerjanya itu. Baru saja ia hendak meraih gelas iced lemon tea-nya saat ponselnya bergetar. Sudut matanya menangkap sebuah notifikasi pesan whatsapp dari layar benda pipih tersebut.

Akhirnya.. diconfirm juga :)

Sebuah pesan singkat dari Rinan membentuk senyum simpul di wajah Syila. Ia lalu membuka pesan tersebut lalu mengetik balasan.

Sorry, baru sempet. Hehe.

Yaelah, sok sibuk banget gue, bisik Syila dalam hati lantas tertawa sendiri. Ia lalu mengirim pesan tersebut dan menutup ponselnya. Syila melirik ke arah jam besar yang menempel di dinding belakang meja bar. Sudah pukul 4 dan ia belum shalat Ashar. Ia juga teringat dengan beberapa laporannya yang belum dicek. Syila lalu bergerak menuju lantai dua sambil membawa gelas minumannya yang masih tersisa. 

Bittersweet Coffee Cake [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang