Pemandangan sore itu membuat Syila yang baru saja melangkah keluar dari pantry mengulas senyum lebar di wajahnya. Bukan hanya karena menyaksikan sibuknya aktivitas di Exqusito karena ramainya pengunjung yang datang. Tapi lebih karena ia melihat seorang gadis berambut panjang bertubuh semampai sedang duduk di depan meja bar menikmati suap demi suap molten lava cake dalam sebuah piring. Hanya sesaat sebelum gadis itu menyadari kehadiran Syila lalu seperti biasa berceloteh heboh dengan suaranya yang keras. Untung saja alunan lagu dari speaker terdengar lebih keras hingga mampu sedikit menenggelamkan suaranya.
"Ya ampun Ibu Syila, sibuk amat bikin kuenya. Ditungguin dari tadi juga," seru Amanda—gadis itu, lalu menyuapkan satu sendok terakhir kuenya. Sejenak, Syila hanya bisa tertegun bahagia menatap Amanda. Sudah hampir dua bulan lamanya ia tak melihat gadis itu dengan segala tingkah hebohnya di Exquisito. Meskipun pada akhirnya hubungan pertemanan antara kedua gadis itu tetap terjalin dengan baik, tapi karena kesibukan keduanya mereka tidak pernah lagi bertemu setelah obrolan mereka di sebuah kafe waktu itu. Selain itu, tentu saja tak lepas karena hubungan cinta antara Ge dan Amanda yang tiba-tiba saja kandas membuat Amanda tak pernah lagi menampakkan dirinya di sana.
"Mandaaa! Kangeenn!" seru Syila seraya menghambur memeluk Amanda. Tubuh gadis itu sedikit terdorong karena hempasan tubuh Syila. Untung saja keseimbangannya saat itu cukup baik sehingga tak sampai membuatnya terjatuh.
"Bisa guling-guling kita berdua kalau lo nubruk gue begitu, Syil," ucap Amanda sambil membalas pelukan erat Syila.
"Udah lama banget nggak denger cerocosan lo," kata Syila ringan membuat Amanda tergelak.
"Jadi yang lo kangenin cuma cerocosan gue?" ucap Amanda seraya memegang kedua bahu Syila dan mendorongnya demi melihat wajah gadis itu.
"Hahaha. Justru sebenarnya itu yang pengen gue hindarin," seloroh Syila. "But anyway, seneng banget liat lo ada di sini lagi," ucap Syila tulus dengan mata yang berbinar. Lagi-lagi ia memeluk tubuh Amanda.
"Ehm," tiba-tiba sebuah suara menyela. Syila melepaskan pelukannya lalu menoleh ke arah sumber suara tersebut. Geraldi Dimitri sedang berpura-pura sibuk mengelap cangkir-cangkir kopi di atas mejanya. Matanya melirik ke arah dua gadis tersebut. Syila memandangi Amanda dan Ge secara bergantian dengan wajah penuh curiga.
"Hey, kalian?" katanya sambil menggerakkan telunjuknya naik turun.
"Please, tell me the good news!" seru Syila penasaran. "Kalian balikan?" teriaknya dengan suara tertahan mengingat beberapa pasang mata pengunjung mulai mengarah kepada mereka.
"Menurut lo?" Amanda balik bertanya dengan senyum misterius.
"Feeling gue kayaknya nggak pernah salah," kata Syila sambil melipat tangannya ke depan dada.
Amanda tersenyum seraya menunjuk Ge dengan dagunya. Yang ditunjuk hanya bisa terkekeh.
"Akhirnya gue berhasil ngeyakinin perempuan hebat yang ada di samping lo itu, Syil. Yang dengan lapang dada mau maafin dan nerima gue lagi. Gue janji gue nggak akan pernah nyia-nyiain dia lagi," ucap Ge seraya berjalan mendekat ke arah kedua gadis itu.
Syila tersenyum lega. Harapannya untuk bisa melihat Amanda dan Ge bisa bersama lagi akhirnya terwujud. Yang lebih membuat hatinya bahagia adalah hubungan persahabatan antara mereka bertiga benar-benar bisa kembali utuh. Meskipun kini, hubungan tersebut ibarat kaca pecah yang disatukan kembali, tetap menyisakan luka di permukaannya. Namun berkat kelembutan hati Amanda, luka-luka tersebut tak menjadi penghalang dirinya untuk menjadi seorang pemaaf. Gadis itu memilih untuk mengubur peristiwa yang lalu hingga lukanya nyaris tak tampak lagi. Ia percaya Tuhan menyayangi umatnya dengan cara yang berbeda-beda. Membuatnya yakin dengan keputusan hatinya saat ini.
***
Kini sudah tiga bulan berlalu. Setelah perjalanan cinta yang cukup berliku, Amanda dan Ge akhirnya akan melangsungkan acara pertunangan. Kabar yang sungguh membuat Syila merasa bahagia. Ia terlihat bersemangat sekali saat pasangan itu membicarakan tentang acara penting itu kepadanya. Sementara itu hubungan antara Syila dan Rinan pun semakin dekat meski belum ada ikatan apapun di antara mereka. Namun masing-masing dari keduanya saling menyadari bahasa kasih sayang yang terselip di tiap momen kebersamaan yang mereka lalui.
"Kamu yakin?" tanya Syila sekali lagi. Ada keraguan dalam hatinya saat melihat wajah Rinan yang mengatakan akan menemaninya di acara pertunangan Ge dan Amanda yang sudah pasti akan dihadiri pula oleh Sherin.
Rinan mengangguk pasti lalu tersenyum. "Kenapa harus nggak yakin? Kan ada kamu di samping aku," kata Rinan sambil mengusap pipi kanan Syila. Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum. Lelaki itu selalu berhasil membawa perasaan bahagia untuk Syila.
Tanpa Syila sadari, ia telah menaruh kepercayaan besar dalam diri Rinan. Membuatnya berani memupuk sebuah harapan. Meski ingin mengelak, tapi nyatanya gadis itu tak mampu menahan gejolak yang hadir dalam hatinya. Syila tahu betul, mungkin saja saat ini Rinan masih mencoba menutup kembali luka di hatinya. Kali ini sepertinya ia hanya perlu berdamai dengan waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Coffee Cake [COMPLETED]
RomanceArsyila Mayza Harun, si pecinta cake manis ini selalu dirundung kegalauan setiap kali sang ayah bertanya 'kapan nikah?'. Alih-alih segera mencari pasangan ia malah makin sibuk berkutat mencari cara membesarkan nama EXQUISITO, sebuah coffee shop and...