TIGA BELAS

5.8K 616 11
                                    

Entah sudah berapa lama Rinan terduduk menatap layar laptop di ruang kerjanya. Kopi hitam di cangkirnya sudah tinggal ampas dingin. Sesekali bibirnya mengulum senyum saat memperhatikan deretan foto yang baru ia pindahkan dari kamera ke laptop tersebut.

"Cantik," desisnya pelan saat memandang seraut wajah yang sedang menunduk dan difoto dari arah samping. Candid. Tentu saja. Puluhan foto candid Arsyila memenuhi folder khusus yang sudah terpisah dari folder asalnya. Ada gelenyar aneh yang merambat dari perut hingga ke dada lelaki itu setiap kali memandang foto-foto Arsyila.

Sebuah tepukan mendarat di bahu Rinan membuatnya sedikit terperanjat. 

"Perasaan lo udah dua jam mindahin foto doank, kok nggak kelar-kelar, sih!"

Dimas yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya mengeluarkan ekspresi lucu saat menyadari layar laptop Rinan dipenuhi dengan wajah Syila dalam berbagai pose. Kali ini Rinan tak bisa mengelak dan menyembunyikan aktivitasnya dari Dimas. Ia tertangkap basah.

"Kalo itu foto cuma lo pandangin doank, nggak dipindahin ke flashdisk, kapan gue bisa mulai ngeditnya, Bambank!"

Rinan tertawa, "Iya.. iya.. sabar! Lo bacot aja sih! Ini juga lagi gue pindahin," ucapnya sambil mencolokkan flashdisk ke laptop.

"Lagi apaan! Itu flashdisk aja baru dicolok! Hedeh.. Gini nih, orang kalo udah lama nggak jatuh cinta, mendadak lelet bin lemot," sahut Dimas sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Jatuh cinta pala lo! Gue profesional woy!" balas Rinan.

"Alaahh.. basi lo, Nan!" sahut Dimas terkekeh. "Untung aja si Syila bukan model beneran," sambungnya lagi.

"Emang kalo model beneran kenapa?" tanya Rinan dengan tatapan malas.

Dimas mengangkat bahunya perlahan lalu bergerak merebahkan tubuhnya di sofa bed. "Yaa.. nggak apa-apa juga, sih," sahutnya singkat. Ada rasa tidak enak yang ia rasakan karena celetukannya tadi.

"Nih, beres!" kata Rinan sambil menyerahkan flashdisk kepada Dimas yang sudah hampir tertidur. "Jangan lupa layout instagramnya sekalian, Dim."

"Sip! Gue kerjain!" Dimas pun mulai berkutat dengan laptopnya yang sudah menyala sedari tadi.

"Kalau gitu gue balik duluan."

***

"Jadi gimana rasanya jadi foto model? Seneng kan lo," ucap Manda santai sambil mengaduk-ngaduk bola-bola hitam kenyal dalam minuman coklatnya. Malam itu seperti biasa sepulang dari kantor gadis semampai itu langsung menuju Exquisito menggunakan ojek online.

"Seneng dari hongkong! Malu gue tau! Diliatin orang banyak gitu. Duh, nggak lagi deh!" cerocos Syila cepat membuat Manda tertawa-tawa.

"Salut gue sama kakak lo. Bisa ya jadi model. Kalo gue sih.." Syila tak meneruskan kalimatnya, malah menggeleng sambil menaikkan bahu.

"Ya kalo kakak gue kan udah taunan jadi model. Biasa aja dia mah. Lo sih lebay kali, Syil. Biasa foto-foto juga seneng aja lo," tukas Manda.

"Ya beda laaah!" sahut Syila protes.

Arsyila dan Amanda memang baru saling kenal sejak Manda berpacaran dengan Ge. Belum lama, namun kedekatan mereka sudah seperti sepasang sahabat yang telah bersama bertahun-tahun lamanya. Sebab itu gaya bicara mereka berdua memang tidak ada jaim-jaimnya sama sekali. Tak jarang obrolan mereka dibumbui dengan pertengkaran kecil atau malah tertawa terpingkal-pingkal tanpa rasa malu.

"Eh, Syil, menurut lo Ge serius nggak sih sama gue?" sontak pertanyaan Manda yang berbau-bau curhat itu mengalihkan pandangan Syila. Matanya kini menatap mata Amanda dengan heran.

"Setelah dua tahun kalian pacaran, kenapa tiba-tiba lo nanya begini? Lo mulai ngeraguin Ge?" sahut Syila dengan balik bertanya. Otaknya masih menerka-nerka maksud pertanyaan Manda tadi. Amanda memang sudah biasa curhat soal hubungannya dengan Ge kepada Syila, tapi baru kali ini ia bertanya seperti itu.

"Gue bukannya ragu. Cumaa.. dua tahun itu menurut gue udah cukup lama, tapi nggak pernah sekalipun Ge ngomongin soal.. pernikahan," jelas Manda dengan nada lirih saat menyebutkan kata terakhir dalam kalimatnya.

Mata Syila membulat demi mendengar perkataan Amanda tadi. "What? Seriously? Mandaaa.. lo kan masih muda! Lo udah mau married? Lo udah ngebet ya?" Syila tertawa kecil. Gadis itu sungguh tak menyangka kalau ternyata Amanda sudah memikirkan tentang pernikahan.

"Enak aja ngebet!" protes Manda dengan mata mendelik.

"Gue aja belom kepikiran," sahut Syila pelan lalu meneguk air mineral dari tumblernya. Ia kemudian mengetuk-ngetukkan tumbler yang sudah kosong tersebut di atas meja.

"Ya jelas lah lo belom kepikiran. Calon aja lo belom punya!" balas Manda dengan terbahak. Satu sama! Teriaknya dalam hati. Syila hanya memutar bola matanya tanpa berkata. Dalam hati ia membenarkan pernyataan Manda yang menohok itu.

"Jadi menurut lo gimana, Syiiiill!" ucap Manda merengek mengingat pertanyaannya tadi bahkan belum dijawab oleh Syila. "Mumpung Ge lagi nggak ada nih, jadi gue bisa curhat," sambungnya lagi dengan wajah memberengut.

Sejak sore tadi Ge memang pergi ke stasiun menjemput uwa dari sebelah mamanya yang datang dari Bandung lalu mengantarkan beliau ke rumahnya. Setelah itu baru ia akan kembali lagi ke Exquisito.

"Kalo pertanyaan lo 'Ge serius atau nggak' ya jawaban gue 'seriuslah'! Kalo nggak ngapain dia macarin lo sampe dua tahun, iya kan?"

"Ge yang gue kenal, kayanya bukan tipe yang hobi mainin cewek, deh. Dia tuh emang pemilih, tapi ketika dia udah milih, gue yakin pilihan dia pasti udah yang paling tepat buat dia." Syila tersenyum mengakhiri kalimatnya.

"Soal dia yang sampe sekarang belom ngajak lo nikah, lo santai dulu aja lah. Gue yakin banget Ge itu cowok yang bertanggung jawab. Yaa.. mungkin dia cuma pengen settle dulu aja kali. Karena dia nggak mau kalo kalian buru-buru nikah, dia nggak bisa bikin lo hidup enak. Lo kan tau sendiri, gue sama dia sekarang juga masih bersusah payah bangun ini semua. Lo sendiri sekarang lagi punya karir yang bagus kan. Nikmatin aja dulu. Gue ngerti sebagai cewek lo juga pasti butuh kepastian. Tapi mungkin untuk saat ini lo harus banyakin sabar dulu," jelas Syila panjang lebar.

Amanda menghembuskan nafas panjang, "Gue kepikiran aja kalo suatu hari nanti tiba-tiba Ge ninggalin gue. Gue gak kebayang bakal gimana," ucap Amanda lirih.

"Lo lagi PMS ya?" tebak Syila curiga.

"Hhmm.. iya juga kali ya, udah mau tanggal-tanggalnya nih," jawab Manda mengiyakan.

"Pantesan, galau detected!" tukas Syila sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hahaha.. Anyway, thanks, Syil. Kata-kata lo cukup bikin gue tenang. Yang gue heran, kok lo bisa sih ngomong panjang lebar gitu? Lo kan jomlo," sahutnya sambil terkekeh.

"Awas lo ye curhat-curhat lagi! Nggak bakal gue dengerin!" ancam Syila penuh emosi.

"Hahaha.. iyeeee ampuuunn! Gue becanda kali," Manda memeluk erat tubuh Syila membuat gadis itu pura-pura berontak.

***
Hai.. hai.. haiii.. welcome back!
Ketemu lagi sama si cake lover Arsyila Mayza Harun.

Makasih yaa yg masih setia baca cerita ini walaupun updatenya lamaaaa banget. Bikin kesel yaaa hahaha 😋✌️

Kaget banget pas aku tau cerita ini ternyata udah dibaca lebih dari 10K! Woooww! Makasih ya semuanya, makasih juga yang udah komen dan vote, sungguh ku terharu 😭😭

Bikin aku tambah semangat untuk nyelesain cerita ini sampe tamat! Yuhuuu.. keep reading yaa! 😘😘

Bittersweet Coffee Cake [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang