ENAM BELAS

5K 538 18
                                    

"Hhmm.. harum banget nih bikin laper." 

Ayah berjalan mendekat sambil mengintip dari balik punggung Syila yang sedang mengolah sarapan mereka pagi itu.

"Ayah sarapannya yang banyak ya, biar setrong ngadepin mahasiswa-mahasiswa Ayah yang bandel," kelakar Syila sambil meletakkan beberapa iris timun sebagai pelengkap akhir nasi goreng di piring sang Ayah.

"Mahasiswa Ayah nggak ada yang bandel. Anak Ayah ni malah yang bandel," goda Ayah sambil berpindah duduk ke kursi, bersiap untuk menyantap sarapan dari putri kesayangannya.

"Yee.. Syila bandel kenapa? Penurut gini," cibir Syila protes membuat lelaki kesayangannya itu tergelak.

"Kalau penurut pasti mau donk dengerin nasehat ayahnya?"

"Hmm.. naga-naganya bakal keluar lagi nih bahasan lama belum kelar," sahut Syila pura-pura ngambek. Walaupun bosan tapi ia tak pernah marah setiap kali Ayah mulai membahas soal jodoh. Telinganya sudah kebal.

"Hahaha.. nggak. Ayah nggak mau ngomongin soal jodoh kok. Ayah cuma mau bilang hari ini ada rapat dosen jadi mungkin Ayah pulang sedikit telat."

"Rapat soal apa, Yah?" tanya Syila penasaran.

"Soal program pertukaran dosen," jawab Ayah.

Syila membulatkan bibir sambil masih mengunyah sarapannya. Ia teringat dulu Ayah sempat ditawari untuk mengikuti program pertukaran dosen ke negara kangguru. Tapi sayang Ayah menolak tawaran tersebut karena tidak ingin berpisah jauh dengan Syila terlalu lama. Sementara untuk membawa gadis kecilnya yang saat itu baru duduk di kelas 1 SMP pun terasa berat bagi Ayah. Lelaki itu lebih takut jika ia tak bisa mengawasi Syila sepenuhnya di negara orang.

"Ayah ditawarin lagi?" tanya Syila.

"Ya nggak lah. Ayah sudah tua, sudah bukan tujuannya ngikutin program seperti itu, kasih aja sama yang muda-muda. Lagian Ayah kan sudah mau pensiun, mau ngejar apa lagi?" sahut Ayah. "Lebih baik Ayah menghabiskan banyak waktu di sini sama anak Ayah tersayang," lanjut pria itu seraya tersenyum.

Syila menghela napas pelan. Kalau Ayah nggak bisa ninggalin Syila, apalagi Syila, Yah. Syila juga nggak akan bisa ninggalin Ayah sendirian, batin Syila.

"Syila juga nanti malam pulangnya rada telat ya, Yah. Ayah makan duluan aja nggak apa-apa kan?" ucap Syila seraya menuangkan teh hangat ke cangkir ayahnya.

"Banyak kerjaan di kafe?" tanya Ayah Syila sambil mengarahkan pandangan matanya pada putri semata wayangnya itu.

"Ng.. nggak kok. Syila mau pergi sama temen."

"Sama Ge?" tanya Ayahnya lagi.

"Bukan, bukan sama Ge. Adalah temen lain."

"Siapa? Pacar yaaa?" goda Ayah sambil terkekeh.

"Idiihh.. kok pacar sih," sahut Syila protes. "Temen Syila, Ayah. Itu loh fotografer yang waktu itu bantuin Syila di kafe," sambungnya lagi.

"Oohh.." Ayah Syila masih terkekeh geli. "Ya.. kalau pacar juga nggak apa-apa," ucapnya pelan.

Syila memutar bola matanya malas. Ia menyudahi pembicaraan mereka pagi itu dengan membereskan sisa sarapan mereka lalu segera bersiap berangkat kerja. Sementara Ayah Syila pun langsung berpamitan untuk berangkat mengajar.

***

Dapur Exquisito sudah nampak sibuk pagi itu. Syila yang begitu sampai langsung mengenakan pakaian dinas alias apronnya kini sibuk membuat adonan creme patisserie atau yang biasa disebut fla. Sementara Mutya yang hari itu kebagian shift pagi sedang mengoleskan mentega ke atas loyang yang sudah dilapisi kertas roti.

Bittersweet Coffee Cake [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang