TIGA

8.2K 727 11
                                    

Arsyila mereguk air mineral dalam botol dan menghabiskan hampir setengah isinya. Aliran air yang sejuk meredakan sedikit rasa haus di tenggorokannya. Ia kemudian merebahkan badannya pada sandaran kursi lalu memejamkan mata. Pikirannya melayang memikirkan rencana-rencana yang akan dilakukannya untuk Exquisito. Sudah hampir satu jam ia duduk sendiri di sebuah ruangan sederhana lantai 2 bangunan itu, tempat yang biasa ia gunakan untuk briefing bersama karyawan. Tak lama kemudian ia membuka mata dan menolehkan kepalanya saat mendengar ketukan yang diikuti munculnya Ge dari balik pintu.

"Syil, udah pada kumpul nih. Mulai aja yuk!" Ge berkata sambil melangkah masuk ke ruangan, di belakangnya menyusul 3 orang karyawan bagian kitchen dan barista. Mereka lalu masuk dan duduk di kursi mengelilingi sebuah meja oval di ruangan tersebut. Briefing tambahan untuk mengevaluasi kinerja dan promosi akan segera dimulai. Biasanya briefing hanya dilakukan setiap dua hari sekali selama 15 menit di waktu pagi sebelum jam operasional. Namun, jika ada hal penting yang harus dibahas, Syila ataupun Ge sesekali membuat briefing atau meeting tambahan.

"Oke, kita langsung mulai aja ya. Assalamualaikum, selamat sore semuanya. Mohon maaf saya mengganggu sedikit pekerjaan kalian sore ini dan meminta waktu sebentar untuk yang seharusnya sudah bisa pulang. Oiya, di bawah Damai sama Wiwin aman? Rame nggak?" Syila melirik Mutya, staf kitchen paling senior.

"Aman Mba, tenang aja. Tadi sih lumayan rame, tapi udah pada di table kok. Kalau pengunjung yang take away biasanya jam segini belum terlalu banyak." jawab Mutya menjelaskan.

Syila mengangguk lalu kembali berbicara, "Baiklah, sebenarnya di sini saya cuma pengen tau, kalian ngerasa nggak sih kalau pengunjung Exquisito mulai sepi?" Para karyawan lalu saling terdiam berpandangan.

"Iya Mba, emang kayaknya gitu sih." Iwan sang barista berwajah bulat itu menjawab.

"Menurut kamu kenapa bisa gitu, Wan? Apa pelayanan kalian mulai menurun?" tanya Syila sambil menaikkan kedua alisnya.

"Kalau soal pelayanan sih, Insya Allah Mba Syila, kita selalu berusaha nggak ngecewain pengunjung. Apalagi yang udah langganan. Cuma kalau saya lihat ya Mba, sejak kafe sebelah itu buka, pengunjung kita mulai pada pindah. Mba Syila tau kan Mas Reno yang karyawan bank itu? Dulu kan hampir tiap sore pasti ngopi di sini, kadang malah rame-rame sama temen kantornya. Eh, kemarin saya lihat mobilnya parkir di kafe sebelah." Iwan menjelaskan panjang lebar.

"Ya menurut saya juga begitu sih. Tapi bukan berarti itu faktor penyebab satu-satunya kan. Saya percaya banget sama kalian, tapi yang pasti gini, saya pengen evaluasi kerja kalian dulu. Dari mulai tes produk, pelayanan sampai kebersihan, mulai hari ini bakal lebih saya perhatiin. Terus saya pengen ada menu minuman baru donk. Ben kayanya udah lama deh kamu nggak eksperimen."

"Hehe, iya Mba. Nanti saya coba bikin lagi deh." Barista bernama Ben itu menjawab sambil tersenyum, matanya yang sipit tampak semakin sipit saat ia tersenyum.

"Oiya Syil, media promo kita gimana?" seru Ge tiba-tiba membuat Syila mengernyitkan dahinya. "Instagram kita kayaknya udah lama nggak di update. Yang megang lo kan, Syil?" sambungnya lagi.

Syila menepuk dahinya pelan. "Oiya, bener Ge. Sampe lupa gue kalau kita punya instagram. Nanti gue coba log in deh, kutak-katik dulu, kayaknya gue lupa passwordnya."

"Trus terakhir gini guys, saya pengen masing-masing dari kalian tolong kasi saya ide untuk bikin promo apa yang kira-kira bisa menarik pengunjung. Tulis aja di kertas, besok saya minta kalian kumpulin ke Mas Ge, tolong kasih tau juga ke Damai sama Wiwin ya. Exquisito ini kan udah kayak rumah ke dua kita, jadi saya pengen kalian semua terlibat dan menjadi bagian penting di sini. Apalagi buat kalian yang senior, yang merintis tempat ini dari awal bareng saya dan Ge. Kalian pasti masih ingat kan gimana susahnya kita waktu itu? Mungkin sekarang semangat kita lagi kendor nih, makanya saya pengen ngajak kalian bareng-bareng buat mupuk semangat lagi biar rumah ke dua kita ini bisa tetap bertahan. Setuju kan?" Para karyawan menggangguk terdiam. Dalam benak masing-masing mengiyakan kata-kata sang bos, Exquisito memang sudah seperti rumah ke dua mereka. Rasa kekeluargaan di sana juga cukup erat membuat mereka terbiasa bekerja dengan hati.

"Oke kalau gitu, sekarang kalian boleh kembali ke pekerjaan masing-masing, terimakasih untuk waktunya. Semoga apa yang saya sampaikan sore ini bisa berjalan dengan baik. Saya yakin kita semua pasti berharap Exquisito akan semakin maju lagi, aamiin. Wassalamualaikum." Syila mengakhiri pertemuan sore itu diikuti para karyawan yang kemudian satu per satu beranjak keluar dari ruangan tersebut.

***

Syila menatap senja yang mulai menggantung di langit kota Jakarta dari atas balkon lantai 2 bangunan Exquisito. Memperhatikan lukisan langit merah yang kini berganti warna gelap dengan cepat. Hembusan angin dingin sisa hujan tadi sore menerpa wajahnya, membuat rambut gadis itu melambai-lambai perlahan. Selepas shalat Maghrib di Musholla tadi Syila memang tidak langsung kembali turun ke bawah, melainkan keluar menuju balkon yang menghadap lurus ke jalanan.

Gadis berambut lurus itu kini berdiri sambil memandang ke sebuah bangunan yang didominasi warna merah bata di ujung jalan. Parkiran di sana terlihat penuh, bahkan beberapa kendaraan tampak kesulitan untuk menemukan tempat kosong. Sang juru parkir sesekali tampak kewalahan mengatur kendaraan yang keluar masuk silih berganti. Syila berdecak menyaksikan pengunjung di sana yang semakin malam justru semakin ramai. Sepintas rasa kagum itu berubah menjadi rasa iri, namun cepat-cepat ditepisnya. Syila yakin segala sesuatu telah diatur dengan indah oleh Sang Maha Kuasa. Ia hanya harus tetap berusaha dan berdoa tanpa lelah demi mempertahankan Exqusito.

Lamunan Syila buyar tatkala sebuah tepukan lembut mendarat di pundaknya. Seorang pria berkulit putih dan berkaca mata kini sudah berdiri tepat di sampingnya sambil memandang ke arah yang sama. Pria itu kemudian mencebik dan melirik Syila dengan ekor matanya.

"Lo nggak iri kan, Syil?" tanyanya menelisik.

"Sedikit." jawab Syila kemudian tertawa kecil, "tapi gue yakin Ge, rezeki mah udah diatur sama Allah. Gue juga yakin kita bakal bisa terusin ini sama-sama." sambungnya lagi.

"Good." sahut Ge singkat. Pria itu kini memutar badannya berbalik sambil bersandar di pagar balkon. Kedua tangannya terlipat di depan dadanya yang masih mengenakan apron coklat dengan aroma kopi yang masih menyengat. Matanya menatap Syila dan diam-diam mengamati tiap detail lekukan di wajah yang tampak lelah itu. Mengamati pipinya yang sedikit chubby, matanya yang teduh dengan bulu mata lentik, hidungnya yang lurus serta bibir kecilnya yang tersapu lipstik oranye. Mendadak Ge merasa kerongkongannya kering hingga memaksanya menelan ludah. Syila menoleh menyadari wajah pria berkulit putih itu sedang mengarah kepadanya, membuat Ge tergagap dan berusaha mengalihkan pandangan. Untuk sesaat hanya sunyi yang menemani mereka.

"Gu-gue turun duluan ya, kasian si Ben di bawah sendirian." ucap Ge terbata lalu segera beranjak meninggalkan Syila. Gadis itu tak menjawab dan hanya mengamati punggung Ge yang perlahan menghilang di balik tangga. Dalam hati ia merasa ada yang aneh dari tatapan Ge barusan. Namun, ia tak ingin memikirkannya lebih jauh. Syila kemudian buru-buru masuk dan mengunci pintu balkon lalu kemudian menuruni anak tangga menuju kitchen Exquisito.

***
Halooo maapin aku yaa.. baru bisa update lagi sekarang huhu.. Ada beberapa kegiatan yang mesti aku tuntasin dulu 2 minggu kemaren. Jadinya mesti pending lama deh buat ngelanjutin cerita ini 🤦

Tapi Insha Allah abis ini aku bakal update rutin yaa.. sukur2 bisa lunasin utang part part yang ketinggalan 😆 Doain akuuu.. ditunggu juga voment dari kalian biar aku semangat terus 😁💪

Btw, kemaren aku baru ngasih liat mukanya Geraldi Dimitri alias Ge.. nah sekarang aku mau kasih liat kalian mukanya si pemeran utama kita Arsyila Mayza Harun

 nah sekarang aku mau kasih liat kalian mukanya si pemeran utama kita Arsyila Mayza Harun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuh.. gimana gak gemes coba Ge ngeliatnya, yakaann, biar kata udh sahabatan lama juga wkwkwk 🤣

Tapi sebenernya kenapa ya Ge sampe gitu banget ngeliatin sahabatnya sendiri? 🤣 hihiiw tungguin aja yah part selanjutnya 😘


Bittersweet Coffee Cake [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang