The Plan

3.1K 215 0
                                    

Hari ini seperti hari hari kemarin. Amy selalu bangun pagi. Berjalan menuju Rumah sakit sambil menyapa orang orang yang ditemuinya sepanjang jalan.

Mampir sebentar ke kedai kopi dan melaksanakan tugasnya. Memeriksa, berbincang, memberikan saran atau bercanda kecil dengan pasien pasiennya. Semua itu menghadirkan kegembiraan tersendiri bagi Amy.

" Jadi pergi besok, Am?"

Claire menyapa sahabatnya itu yang telah selesai memeriksa pasien terakhirnya.

" Ya, of course."

" Dex tetap tidak akan ikut?"

Amy menatap Claire lalu menggeleng.

" Tidak. Sudahlah, biarkan saja." Ucapnya malas.

" Ya, sudahlah biarkan saja."

Claire mengikuti ucapannya. Amy tersenyum lebar. Claire terkekeh. Claire berjalan ke lemari pendingin. Dia mengambil dua botol minuman isotonik. Lalu memberikannya satu kepada Amy.

" Jam berapa kau besok pergi?" Tanyanya sambil duduk di atas ranjang pasien.

" Mungkin setelah sarapan. Semalam Amanda menghubungiku. Dia memintaku untuk ambil bagian dalam setiap acara." Jawab Amy menerangkan. Dia meneguk minumannya.

" Bukankah memakai Wedding Organizer?"

Claire kini berpindah ke hadapan Amy. Dia ikut membantu membereskan data pasien yang tadi dibaca Amy.

" Ya, tapi dia ingin pernikahannya sempurna dan dia percaya akulah yang bisa menanganinya." Amy menjelaskan dengan senyum.

" Apakah kau mengenal calon suaminya?"

Amy menatap Claire yang sibuk memasukkan kartu data pasien ke tempatnya.

" Ya, Ben kakak kelas kami di sekolah menengah atas. Dia ketua Osis yang baik. Aku sudah tahu jika mereka saling menyukai sejak dulu, tapi Ben baru menyatakannya ketika sudah lulus kuliah. "

Amy tertawa pelan. Claire menatap Amy dengan raut tak percaya.

" Lama sekali dia berpikir." Ucap Claire.

Tangannya masih sibuk menata kartu data pasien. Mengurutkan sesuai abjad dan memasukkan ke kotak yang sudah tersedia.

" Ya, Dia ingin ketika dia menyatakan cintanya, dia sudah mapan karena dia tidak ingin lama menjalin kasih. Dia ingin menikahi Amanda."

Amy menopang wajahnya. Pikirannya melayang memikirkan senangnya bertemu kedua sahabatnya itu.

Walaupun setiap dia pulang, ada sisi hatinya yang merasa kosong. Dia tidak lagi dapat menemui orang tuanya.

Ibu dan Ayahnya sudah meninggal beberapa tahun lalu. Tapi dia akan menemui wajah wajah ramah penuh senyum yang lain.

Ada Amanda dan keluarganya yang sudah dia anggap seperti keluarganya sendiri, Paman dan Bibinya, Sepupunya, keponakannya dan juga teman temannya yang lain.

" Dan Amanda menerimanya?"

Pertanyaan Claire membuyarkan lamunannya. Wanita itu sedang menatap Amy. Gadis itu mengulas senyum untuk menutupi keterkejutannya.

" Tentu saja, dia sudah lama menunggu untuk itu."

" Senang sekali Amanda."

" Tentu. Sesenang ketika kau dilamar Fred tentunya."

Claire berdecak, lalu tawa halus terdengar. Amy ikut tertawa pelan.

" Lalu apa rencanamu untuk acara pernikahan Amanda?"

Amy menarik napasnya perlahan lalu menghembuskan. Dia membuka buku catatannya.

" Kau mencatatnya?" Tanya Claire dengan mata membulat. Amy mengangguk.

" Biar aku tidak lupa." Jawabnya sambil terkekeh.

" Aku akan mewajibkan semua orang datang berpasangan dan..."

" Kau sendiri tidak berpasangan." Sela Claire. Amy mencibir.

" Mereka harus berdansa. Aku ingin melihat Ben berdansa. Kau tahu, Ben paling malas jika disuruh berdansa." Lanjut Amy tanpa menghiraukan pertanyaan Claire tadi.

" Ben tidak bisa berdansa?"

Claire sedikit terpekik. Amy mengangguk dengan tawa.

" Ya, dia tidak bisa berdansa."

" Lalu apa lagi?"

" Aku akan membuat presentasi."

" Presentasi, maksudnya? Ingat Am, ini pernikahan bukan seminar."

Claire menatap galak Amy. Gadis itu terkekeh. Tangannya memukul pelan lengan sahabatnya itu.

" Presentasi kisah cinta mereka."

Claire mengangguk mengerti. Amy bangkit dari duduknya, dia membereskan tasnya. Kemudian menggantung jas snelli putihnya. Lalu bersiap untuk pulang. Claire mengikuti Amy yang berjalan keluar ruangan.

" Ada rencana lainnya Am?" Tanya Claire yang kini menjajari langkah Amy.

" Aku juga akan meminta beberapa orang bernyanyi atau menari. Aku akan membuat pernikahannya tak terlupakan. Bahkan sahabat sahabat Ben, mereka sudah menyiapkan tarian."

Claire tertawa. Begitu juga Amy. Mereka merasa sedikit geli membayangkan Pria Pria gagah dengan memakai jas dan dasi menari diacara pernikahan.

" Okay, Am. Selamat berlibur. Aku harus ke Cafetaria. Fred menungguku disana."

" Thank you. See you, Claire. Salam untuk Fred."

Mereka saling berangkulan sebentar sebelum berpisah ke arah yang berlawanan. Kemudian mereka saling melambai dengan senyum.

The Wedding Lover ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang