Seperti janjinya, Eric menemani Amy untuk menemui Dr. Bryan Richard. Birokrasi untuk kepindahannya tidak terlalu sulit dan memakan waktu lama, karena Ayah Eric sudah lebih dulu berbicara dengan pimpinan Rumah sakit itu. Sebenarnya Amy sendiri tidak tahu tentang ini semua, nanti dia akan menemui Ayahnya Eric yang baik hati itu untuk berterima kasih.
" Honey, kau akan menemui Claire terlebih dulu sebelum kita makan siang?" Tanya Eric begitu keluar dari ruangan Dr. Bryan. Amy mengangguk.
" Iya, aku kangen sahabatku yang cerewet itu, kau harus ikut dan aku akan memperkenalkan kau padanya." Jawab Amy dengan mimik senang. Eric suka sekali menatapinya.
Mereka beriringan menuju ke ruangan Claire bertugas. Eric tak lupa untuk melingkarkan lengan kokohnya di seputar pinggang ramping Amy. Sepanjang jalan senyum Amy selalu terukir di bibirnya. Begitu cantik.
" Amy...Oh my God..." Teriakan tertahan Claire sudah terdengar begitu mereka memasuki ruangan. Amy menyimpan telunjuknya di depan bibirnya.
" Kebiasaan, ini Rumah sakit.." Amy menatap Claire yang terkekeh.
" Kau benar benar akan pindah? Aku akan merasa sangat kehilanganmu, terlebih tidak akan ada yang membawakanku kopi lagi." Ucap Claire dengan muka dibuat sedih. Amy terkekeh.
" Aktingmu payah sekali." Cetusnya sambil mencibir. Claire tertawa pelan.
" Tidak, Am. Aku senang kalau kau bahagia, dan..kau tidak akan memperkenalkannya padaku? Sahabat macam apa kau ini. Tenang Am, aku sudah punya Fred yang sangat setia."
Claire menatap Amy yang kini tersipu. Eric tersenyum menatap keakraban dua sahabat itu.
" Aku Eric Deckker." Eric menjabat hangat tangan Claire yang tersenyum menyambutnya.
" Honey, kau boleh disini dulu. Aku akan menunggu di Canteen."
Amy menatap Eric yang juga menatapnya dengan senyum.
" Baiklah, tapi..."
" Tidak apa apa. Take your time, baby."
Eric mencium sayang bibir mungil gadisnya. Mengusap lembut puncak kepalanya lalu bergegas pergi meninggalkannya dan Claire yang kini menatapnya dengan senyum menggoda.
" Ahh, mesra sekali. Aku suka melihat sahabatku ini tersipu seperti ini."
Claire menggoda Amy yang pipinya merona. Gadis itu tertawa pelan. Lalu mereka terlihat akrab dalam obrolan ringannya.
Sementara Eric memasuki Canteen dan sedikit terpana ketika matanya bertemu tatap dengan sosok yang telah lama tidak dia temui.
" Hei, Eric..lama tidak melihatmu. Eh, tidak. Maaf, aku yang dulu pergi meninggalkanmu. Maaf..aku..ketika itu begitu kecewa."
Suara itu masih seperti dulu, manja dan sombong, membuat Eric kesal bila mendengarnya. Pria itu menatapnya dingin.
" Hei, Maretta." Sapanya dengan suara datar. Gadis itu berdecak.
" Setelah lama tidak bertemu pun kau masih saja seperti ini."
Gadis itu tertawa pelan. Lalu berpindah duduk di hadapan Eric. Pria itu tidak menanggapinya. Dia melambaikan tangannya memanggil pelayan dan memesan kopi.
" Apa yang kau kerjakan disini, apa kau kini sudah bersedia memimpin sebuah Rumah Sakit?" Tanya Gadis itu masih dengan suaranya yang membuat Eric meringis sebal.
" Tidak, aku sedang mengantar seseorang." Jawab Eric acuh. Gadis itu tersenyum.
" Apa kau juga sudah menemukan gadis idamanmu itu, cantik, pintar, baik, tidak merokok, tidak minum, tidak suka kelayapan dan tidak tidur selain dengan suaminya."
Ada kekehan diakhir ucapannya. Dia seolah mengejek Eric. Pria itu tersenyum miring. Dia hanya menatap gadis itu dan meneguk perlahan kopinya yang baru saja diletakkan pelayan.
" Aku rasa kau harus puas dengan hidup sendiri nantinya, karena terlalu sulit menemukan gadis seperti itu di jaman sekarang ini. Atau kau lebih baik menerimaku dan kita akan mengurusi dua Rumah Sakit besar ini bersama, bagaimana?"
Eric tersenyum menatap gadis itu. Matanya terlihat berbinar menatap arah pintu masuk yang ada di belakang gadis itu. Kemudian dia berdiri dan membawa langkahnya menghampiri seseorang yang kini dengan senyum cantiknya memandanginya. Eric segera membawa sosok itu ke dalam pelukannya.
" Kau harus kuperkenalkan kepada temanku." Ucap Eric pelan. Amy menengadah menatapnya lalu kembali tersenyum. Eric membawa gadis itu ke hadapan gadis yang tadi berbincang dengannya.
" Maretta, kenalkan ini calon istriku." Ucap Eric dengan bangga. Gadis bernama Maretta itu terpana menatap Amy yang tersenyum menatapnya.
" Hei apa kabar Maretta, aku tidak tahu kau mengenal Eric." Suara Amy terdengar ramah seperti biasanya. Maretta menyungging senyum terpaksa.
" Aku baik, Am. Kami dulu teman sewaktu di sekolah menengah atas. Senang melihat calon istri temanku. Jangan lupa undang aku jika kalian menikah. Aku permisi, ada yang harus kuurus."
Tergesa Maretta meninggalkan mereka. Amy menatapnya dengan sedikit mengernyitkan dahinya. Merasa aneh dengan sikap Maretta. Lalu dia beralih menatap Eric yang kini dengan tenang meneguk kopinya.
" Kau mengenal Maretta, anak Dr. Bryan?"
" Ya, seperti yang dia bilang tadi sayangku."
Eric mengusap lembut pipi gadisnya. Matanya lekat menatap Amy yang juga menatapnya.
" Aku telah menemukannya. Menemukan seseorang yang sesuai dengan impianku. I love you, Am. So much." Ucap Eric pelan.
Bibirnya mengecup sayang bibir gadisnya, yang membuat gadis itu menatapnya tapi tak urung senyum cantik dibibir gadis itu kembali terukir dan Eric selalu merasakan jatuh cinta karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Lover ( Completed )
General FictionAmy Clint adalah seorang dokter specialist anak yang selalu sibuk. Dia selalu melupakan akhir pekan dan liburannya. Kekasihnya Dex Camaroen, seorang CEO perusahan besar. Dia lebih sibuk dari Amy. Mereka jarang bertemu atau menghabiskan waktu berdua...