The Proposal

3.1K 234 4
                                    

Eric kembali membawa Amy masuk ke gedung acara. Tamu undangan masih ramai dan kedua mempelai masih sibuk menyalaminya. Ada juga yang sibuk mencicipi makanan dan minuman.

Eric mengangkat tangannya seolah memberi isyarat kepada Ben yang kemudian mengangguk mengerti. Amanda tersenyum sambil melambai.

" Ayo kita ke sana." Ucap Eric sambil menggenggam tangan Amy dan menariknya lembut. Gadis itu mengikutinya.

Eric mengajaknya menaiki stage yang ada di depan. Berjejer dengan Amy dan Ben, juga kedua orang tua Amanda dan Ben. Uncle Tim dan Bibi Ann ikut juga berada di sana. Mickey dan kekasihnya yang ada di depan stage mengangkat gelas minumannya.

" Good luck, man." Teriaknya kemudian.

Eric tertawa pelan sambil menatap Mickey. Amy menatapi mereka dengan rasa penasaran hadir dihatinya. Ben kini mengangkat gelasnya. Tawanya terdengar sebelum dia bicara.

" Hadirin sekalian, terima kasih atas kehadirannya. Hari ini selain hari pernikahanku dengan Amandaku yang cantik dan baik hati. Ada yang mencuri sedikit waktu perayaanku ini. Tapi aku senang, karena dia adalah sahabat terbaikku."

Ben menatap Eric yang segera mengerti apa yang harus dilakukannya. Pria itu berlutut di hadapan Amy. Di tangannya ada kotak kecil yang terbuka. Sebentuk cincin berlian bermata biru begitu cantik terlihat.

" Amy, aku serius dengan ucapanku tadi. Tinggalah di sini bersamaku dan jadilah istriku. Aku harap kau tidak membuatku patah hati."

Amy menatap Eric tak percaya. Matanya berkaca kaca. Rona merah segera menjalari pipinya. Dia betul betul dibuat kaget dengan semua yang dilakukan pria itu. Jantungnya berdebar tak beraturan.

" Terima dia, Am. Dia akan menceburkan diri ke danau jika kau menolaknya." Ucap Amanda sambil terkekeh.

" The next wedding." Teriak Yola dan Mickey bersamaan.

Amy jadi salah tingkah, dia menatap Eric yang masih berlutut. Dia memegang lengan kekar itu dan memintanya berdiri.

" Aku tadi sudah melamarmu di luar sana, Am. Tapi tidak ada lamaran tanpa cincinkan dan aku ingin semua orang yang ada disini mengetahuinya dan aku...."

" Yes..Yes I do. " Ucap Amy memotong ucapan Eric.

Pria itu tertawa senang. Segera tangannya menyematkan cincin berlian itu di jari manis Amy. Kemudian dia mencium jemari itu dengan lembut. Suara riuh tepuk tangan dan sorak kebahagian mengiringi jatuhnya tetesan bening di pipi Amy.

" Aku menangis lagi." Ucap Amy lirih. Tapi Eric cukup bisa mendengarnya.

" Aku senang menatap tangis bahagia itu, Am. I love you so much."

Kecupan lembut mendarat di bibir tipis Amy. Tidak hanya kecupan ternyata, tapi kini menjadi lumatan. Suara riuh tak dihiraukan Eric. Dia malah menarik lembut tengkuk Amy untuk memperdalam ciumannya.

Eric melepaskan lumatannya, dia menatap Amy yang wajahnya memerah. Tapi gadis itu tidak tertunduk malu. Dia malah menentang tatapan semua orang. Lalu tangannya yang tersemat cincin berlian pemberian Eric, diangkatnya di depannya wajahnya. Senyum manis terukir begitu indah di bibir tipisnya.

" Kalian harus siap siap untuk pernikahanku. And you, Eric. I love yo..so much." Suara Amy bergitu lantang dan diliputi bahagia tak terkira. Gadis itu tanpa malu dan ragu memajukan wajahnya. Dia melumat bibir pria yang tersenyum menatapnya.

Mereka yang melihatnya bersorak girang. Bibi Ann tampak menangis bahagia dalam pelukan Unle Tim. Mata Amanda juga berkaca kaca. Dia senang melihat sahabatnya itu bahagia. Amy melepaskan lumatannya. Dia menatap lekat pria yang mampu membuatnya selalu tersipu dan tersenyum bahagia.

" Thank you, Am. Terima kasih mau mencintai dan menerimaku. Aku akan selalu membuatmu tersenyum, Am. Itu janjiku. Tetaplah tersenyum dan tersipu seperti ini, karena itulah yang membuatku semakin mencintaimu."

Amy menatap wajah pria yang kini menatapnya lembut. Binaran cintanya dapat Amy lihat dengan jelas. Bagaimana mungkin dia mengecewakan pria ini. Dia begitu penuh cinta dan kasih sayang.

" Aku tidak menyangka dapat jatuh cinta secepat ini." Gumamnya.

Jika dibandingkan kebersamaannya selama dua tahun ini bersama Dex dan dia lebih memilih bersama pria yang baru beberapa hari ditemuinya. Tapi kesungguhan, perhatian dan ungkapan cintanya begitu besar, lanjutnya dalam hati.

" Aku mencintaimu, Eric. Kau dengar itu. Aku mencintaimu." Ucapnya di dekat telinga pria yang masih menatapnya. Kecupan pria itu mendarat lagi di keningya.

" I love you more, dear."

The Wedding Lover ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang