The Practice

2.9K 238 31
                                    

Amy kembali menarik napasnya sebelum dia keluar dari kamarnya. Dia harus mempersiapkan diri, jika saja nanti ada pertanyaan pertanyaan seputar kejadian siang tadi.

Ini yang sedikit menghambatnya untuk melangkah. Tapi rasa tanggung jawablah yang mengharuskannya melangkah.

Ide berdansa berpasangan ini dari dirinya. Jadi dia harus membuatnya berjalan dengan baik.

Dengan sedikit rasa ragu langkahnya memasuki ruangan tempat latihan itu. Suara musik mendayu telah mengalun.

Ruangan pun sudah dipenuhi beberapa pasangan. Termasuk calon mempelai dan juga Eric.

Pria itu sedang berdansa dengan Yola. Amy sedikit terpana menatapnya. Pria itu begitu luwes mengatur langkahnya.

Ada sedikit rasa nyeri menggigit hatinya melihat keakraban Yola dan pria itu. Rasa yang seharusnya tidak hadir di dirinya.

" Hei Am, ayo bergabung. Kau sedikit terlambat. Jadi Yola mengambil pasanganmu."

Suara Amanda yang jernih mengagetkannya. Amy tersenyum kecut. Kakinya melangkah maju. Menghampiri Diego sang instruktur. Pria itu bergerak sendiri.

Dengan berani Amy berdiri dihadapannya. Diego langsung menarik pinggangnya dan menautkan tangannya. Dia mengajak Amy untuk bergerak. Amy mengikuti langkah Diego, bergerak mengikuti irama.

Ketika sampai di akhir lagu Diego melepaskan Amy. Dia menuju Audio player yang ada di sudut ruangan.

" Kita ulangi dari awal. Tolong perhatikan langkahnya. Terutama kau Ben, jangan menginjak kaki calon istrimu itu. Nanti bisa gagal malam pertama."  Ucap Diego dengan kekehan.

Ben tersenyum kecut sementara yang lainnya tertawa menatap Ben. Diego kembali mengintruksikan mereka untuk bersiap dan memulai lagi latihan.

" Kenapa kau terlambat?" Sebuah suara lembut membuatnya menolehkan kepalanya.

Sosok bermata hazel dengan bibir mengukir senyum itu berada dihadapannya. Tangan itu merangkul pinggangnya dan tangan yang satunya menaut tangannya.

" Maaf." Hanya itu yang sanggup Amy katakan.

Amy sedikit berputar mencari Yola yang ternyata sudah berpasangan dengan kekasihnya.

" Kekasih Yola juga terlambat." Ucapnya tanpa ditanya.

Amy mengernyit. Dia jadi berpikir, mungkin pria ini memang bisa membaca pikirannya.

Langkah langkah seirama bergerak dengan teratur. Amy merasakan hatinya bergetar.

Tangan Eric yang merangkul lembut pinggangnya seolah mengalirkan sensasi yang membuat jantungnya berdebar lebih cepat.

Belum lagi tangan yang bertaut erat dengan tangannya. Begitu terasa hangat dirasakannya.

Lalu tatapan mata hazel itu seolah menghujam dalam ke matanya. Mata itu seolah berbicara banyak.

Amy merasakan pipinya menghangat. Rasa nyaman menjalari hatinya begitu saja.

Eric juga merasakan perasaan yang tidak jauh berbeda. Jantungnya serasa melompat lompat.

Gelenyar aneh namun nyaman menghampiri relung hatinya. Tangan halus yang ditautnya terasa begitu hangat.

Tubuh yang bergerak gemulai seirama itu seolah memanggilnya untuk melakukan lebih.

Tangannya yang memeluk pinggang ramping itu sengaja dia eratkan. Sehingga tubuh wangi itu merapat ditubuhnya.

Eric seolah tidak lagi bisa menahan diri. Dia merunduk dan tanpa ragu mendaratkan ciumannya di bibir yang siang tadi dilumatnya.

Amy sedikit tersentak, tapi tidak menghindar. Dia menikmatinya. Dia juga mengikuti lumatan lembut dibibirnya.

" Oh my God.." pekikan Amanda seolah menyadarkan mereka.

Mereka segera melepaskan lumatan. Semua yang berada disana menatap Amy dan Eric tanpa suara.

Eric menarik lembut tangan mungil itu untuk keluar dari ruangan. Dengan wajah memerah Amy mengikuti langkah Eric.

" Jangan lupa makan malamnya, Am." Teriakan Amanda tidak dihiraukan oleh Amy. Amanda dan Ben tergelak.

Eric mengajak Amy menyusuri lapangan golf yang masih ramai. Beberapa orang menyapa ramah Eric dan pria itu hanya menanggapinya dengan senyum.

Tangan pria itu masih menggengam tangan Amy. Mereka berjalan perlahan dan dalam diam.

Mereka sibuk dengan pikirannya masing masing. Eric menarik Amy untuk duduk dibangku kayu yang tersedia di tepi lapangan.

Udara sore yang cerah berangin dan matahari yang memancar merah membuat suasana terlihat romantis. Eric menatap dalam Amy. Gadis itu tersipu.

" Maaf tadi aku tidak dapat lagi menahannya." Ucap Eric dalam gurat penyesalan. Amy menggeleng.

" Sudahlah." Ucapnya pelan.

" Kau tidak marahkan?" Tanyanya kemudian. Amy menggeleng.

Eric menyibakkan helai rambut Amy yang berterbangan tertiup angin dan menghalangi wajahnya. Amy tersenyum mendapat perlakuan manis dari pria itu.

" Ayo kita kembali, sebentar lagi makan malam." Ajak Eric lembut.

Amy mengangguk dan mengikuti pria itu dengan tangan yang kembali digenggam olehnya.

The Wedding Lover ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang