SERENADE
SEASON IIBAB II
27 Januari 2028
Seoul, Korea Selatan
7 tahun setelah pemakamanGerimis merintik manis membasuh pelataran jalan. Membekas aroma petrichor yang menyimpan berjuta kenangan. Menyumbat rasa yang pernah ada menjadi beku tanpa sisa. Gerimis hantarkan luka tak kasat mata, ketika memandang langit yang hanya ada gumpalan kelam.
Seraut wajah memaku pandangan keluar jendela mobil yang melaju kencang membelah ruas jalanan lengang. Sorot mata itu lugas tanpa beban. Hanya ada sekelumit ganjalan yang menggumpal menutup pandangan. Masa lalu itu, yang mungkin tak cukup jika hanya di sebut kelam.
Aroma kenangan merasuk kembali dalam celah pikiran. Ungkapan yang pas untuk suasana hatinya sekarang hanyalah runyam. Sakit terasa namun lebih terdominasi hampa. Ia kembali setelah bertahun-tahun memutuskan untuk hilang. Kini ia kembali memijakkan lagi kakinya di tanah kelahiran.
“Lu, apa yang kau pikirkan? Sedih sekali wajah mu ku lihat,” Ucap seseorang di kursi kemudi.
Dia menoleh pelan lalu mengulas senyuman. Sangat manis sampai mampu menutupi gurat sedih yang baru saja nampak. Senyum yang tak semestinya menjadi wakil perasaan. Karena jelas antara hati dan kenyataannya bertolak belakang.
“Sesak sekali rasanya, seperti ada sebuah beban di dada ku yang tak bisa ku lepaskan,” Jawabnya penuh kiasan.
“Atau kita kembali saja ke LA? Kalau memang kamu belum siap untuk pulang,”
“Jangan bercanda, rumah Ayah tinggal beberapa meter lagi,”
“Aku tidak keberatan mengantar mu kembali ke LA, dari pada melihat mu tersiksa tanpa suara?”
“Memangnya ada hal yang tidak bisa kakak lakukan untuk ku selama ini? kau bahkan lupa kalau kau harus berkeluarga, kau terlalu sibuk mengurusi hidup ku seorang,”
“Aku tidak pernah membayangkan akan memiliki adik seperti mu, jadi aku hanya bahagia dan hanya ingin melakukan apa yang seharusnya seorang kakak lakukan untuk adiknya, sementara waktu biarkan seperti ini, ada saatnya nanti aku akan fokus pada diri ku sendiri Lu, jangan khawatir, jika nanti aku tua aku pasti akan tetap mempesona,” Dia mengelak dengan alasan yang menggelikan. Membuat adiknya tak bisa menahan tawa.
Si lesung pipi yang selalu ada untuk adik tersayang. Titipan anugerah yang ia tak tahu kapan akan di ambil pemiliknya. Selagi masih ada waktu bersama, ia berusaha untuk melakukan yang terbaik demi senyum cantik di wajah si manis bertahan lama.
Lu, Lucenstlyste Kim, di masa lalunya adalah Jeon Jungkook yang malang. Dia memutuskan untuk merubah semua hal yang ada dalam hidupnya. Termasuk merubah marga dan namanya. Terlalu sakit menggunakan sapaan nama yang sama. Karena rasanya luka itu terus melekat pada dirinya.
Karena dia butuh kekuatan untuk tetap bertahan. Maka inilah satu-satunya cara yang terpikirkan. Membuang sementara penyebab luka. Juga semua hal yang berkaitan dengan masa lalunya. Dia berharap itu hanya berlaku untuk sementara. Tak menyangka, luka dalam memang susah sembuhnya.
Tujuh tahun sudah ia berkelana dengan pribadi barunya. Tujuh tahun menjadi orang lain demi kesembuhan batin, jiwa dan raga. Selama itu pula, banyak hal terjadi dalam hidupnya. Namun sayang, tak bisa merubah masa lalu yang telah melekat dalam benak.
“Kita ke tempat Kak Hoseok dulu, kamu harus check up selagi ada waktu,” Ajak Namjoon, memutar kemudinya ke jurusan yang berbeda dengan jalur menuju rumah mereka.