Bab XIV

3.4K 497 98
                                    

SERENADE
SEASON II

BAB XIV




Lagu itu terlantun sangat merdu. Dengan nada yang indah dan harmonisasi sendu. Lagu itu menggema dalam nuansa mengharu biru. Hanyutkan gundah hati yang tak pernah berujung. Lagu senandung rindu, pada ribuan malam kelam yang membeku.

Bait jeritan hati yang terlupakan. Terpendam begitu dalam tanpa ada harapan. Bait-bait kesakitan yang mulai tenggelam oleh ruang dan waktu yang runyam. Rakitan rumit dari ruas takdir yang tak sesuai dengan harapan. Bait-bait itu terlukis jelas pada sorot mata penuh penyesalan.

“Ibu, Jimin berangkat dulu,”

Sebulan telah berlalu semenjak hati mereka hancur lagi setelah lama terobati. Sebulan menjadi siksaan yang pedih atas kepergian si bungsu yang telah ditemukan. Kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kembali cinta yang terabaikan. Sebulan itu mereka saling terdiam memendam sakit di hati sendiri tanpa ada yang mengungkapkan.

“Iya Nak, jangan lupa bekal yang ibu siapkan dibawa,”

“Sudah masuk tas bu,”

“Kakak mu sudah berangkat?”

“Kamarnya sudah kosong,”

Jeon Seorim mengusap kepala Jimin sebelum anak itu pergi. Aktifitas keluarga ini kembali berjalan apa adanya. Setelah mereka menyadari kesalahan yang tak termaafkan tak akan pernah mendapatkan ampunan. Sejauh apapun mereka mengejar, jika Jungkook tak ingin kembali maka semua akan jadi sia-sia.

“Jimeeeennn!! Lama sekali dandan mu?!!!”

Teriakan lantang memekik dari luar rumah. Suara dalam yang khas ciri dari si kakak sulung. Jimin segera bergegas keluar. Ada Taehyung yang telah duduk diatas sepedanya, menunggu Jimin keluar.

“Ku kira kakak sudah berangkat,” Seloroh Jimin tersenyum senang karena Taehyung masih menunggunya untuk berangkat bersama.

“Aku akan mendapatkan skorsing dari ibu kalau sampai aku meninggalkan mu,” Balas Taehyung ketus setengah kesal.

Jeon Taehyung, memutuskan untuk kembali ke rumah lama dan menjalani hidup dengan keluarganya. Dengan menahan pahitnya kenangan yang terselip disetiap sudut rumah. Menahan sakit yang mendera hati dan perasaan mengingat mata Jungkook yang selalu berkaca-kaca saat memandangnya.

Ia meninggalkan Busan beberapa hari setelah emosi dalam hatinya mereda. Tak ada lagi sosok Jungkook di tempat itu. Keberadaannya hanya akan menyusahkan semua orang dengan dirinya yang selalu murung saat terkenang dengan memori bersama Jungkook disana.

Jeon Seungho memaksa Taehyung untuk pulang ke rumah dan kembali berkumpul dengan keluarganya. Sekalipun itu harus dibayar mahal dengan siksaan kenangan pahit menyakitkan.

Karena yang terpenting sekarang adalah menjaga mereka yang masih ada di sekitarnya. Menjaga mereka yang masih bernafas untuk dirinya. menjaga sisa keluarga yang seharusnya tetap ia pertahankan, bukannya ia tinggalkan.

“Kita berangkat dulu ya bu,” Jimin berpamit pada Seorim yang masih berdiri menyaksikan kedua putra yang kembali berkumpul di sampingnya.

Jimin duduk di boncengan sepeda Taehyung. Pedal terkayuh perlahan dan mereka mulai meninggalkan pekarangan rumah. Hunian itu tak banyak berubah. Masih tetap sama dari dulu sampai sekarang. Pohon Maple yang terus menggugurkan daunnya pun tak berubah. Halaman masih saja selalu nampak kotor karena ulahnya.

Seorim menatap pohon tua itu terlalu lama. Sampai ia tak sadar mata telah memanas dan berkaca-kaca. Kesunyian dalam rumah kembali membawanya pada sesudut hati yang lemah. Rapuh akan cinta yang kandas dari buah hati tersayang.

Serenade II Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang