SERENADE
SEASON IIBAB VIII
Gumpalan kabut pekat merambah pelataran jalan desa. Pagi buta yang lengang dengan udara dingin menghujam. Bekas hujan semalam masih bersisa. Titik-titik embun di tepian daun merebakkan aroma lembab yang menenangkan.
Bergelung dengan pikiran yang memanas. Kaki melangkah pada satu tujuan. Hanya berbalut selembar jaket tak terlalu tebal penghangat badan. Ia menyelinap keluar dari gedung putih menuju ke suatu tempat.
Aktifitas di desa pada pagi hari adalah suasana yang belum pernah ia temukan. Ramah tamah penduduknya yang saling sapa bahkan kepadanya yang termasuk pendatang. Sesudut hati mulai memahami makna lain dari kata hangat. Sekalipun itu hanya dari seulas senyuman.
Sikap itu, dulu dia pernah memilikinya. Luhur nan agung, membawa derajatnya jauh membumbung. Itu dulu sebelum ia kehilangan sebagian akal sehatnya. Lalu memutuskan untuk melangkah menjadi Lucentlyste Kim tanpa tahu tujuan sejati dari dalam hati.
Kedai susu Ny. Shin, itu papan nama yang terbaca. Terpampang di depan pagar rumah sederhana milik seseorang. Rumah sederhana dengan pekarangan dan halaman belakang yang sangat luas. Rumah sederhana dengan sebuah toserba di sebelah kirinya lalu kedai susu di depannya. Cukup asri untuk ditinggali.
Dan entah mengapa tangan putih itu tergerak maju. Menekan bel rumah yang sejangkau dengan pandang matanya.
“Hais! Apa yang ku lakukan?” Gumamnya lirih menggerutu pada diri sendiri, sesaat setelah bela rumah itu berbunyi nyaring tiga kali.
“Tunggu sebentar tuan,”
Disambut dengan teriakan seorang wanita dari dalam. Tak menunggu lama, pintu gerbang yang terbuat dari papan kayu berwarna cokelat itu terbuka separuhnya. Wanita pemilik suara muncul menyambut dengan senyum ramah.
“Anda siapa ya? Dan apa perlu apa?” Ia pun bertanya dengan sangat sopan. Terhitung pada tamu yang jauh lebih muda darinya. Tamu yang datang tanpa melihat waktu. Membuat Jungkook canggung harus berkata apa.
“Aa, anu, nyonya, saya,”
Ada sedikit keraguan dari dalam hati. Baru ia sadari bagaimana bisa ia sampai melangkah ke tempat ini sepagi ini. Untuk apa dan dengan motivasi apa. Setelah semalam ia mengusir seseorang dari tempatnya. Juga kehilangan seseorang lain yang ia selamatkan. Haruskah dia terang-terangan tengah mencari seseorang?
Wanita itu memindai tubuhnya dari bawah sampai atas. Seolah pemuda yang muncul ini membawa sesuatu yang berbahaya. Jungkook semakin tak nyaman jadinya. Terlanjur muncul di tempat ini.
“Omona!!” Sebelum akhirnya nyonya pemilik rumah terbelalak dengan sorot terkejut. Jungkook sendiri tak kalah terkejutnya menerima pelototan mata si wanita.
“Astaga! Gyosunim? Benarkan, ini anda Gyosunim, peneliti di white house yang menjadi pelanggan susu VIP kedai saya,” Ucap Nyonya Shin, kegirangan setelah menyadari siapa tamunya.
Dan sikap itu spontan saja membuat rasa canggung Jungkook menjadi-jadi. Pipinya sampai semburat memerah hingga ke daun telinga. Sampai tak tahu harus berkata apa selain tersenyum seadanya.
“Aigoo-yaa, apa yang membuat tuan Gyosunim sampai ke rumah saya sepagi ini? mari masuk dulu, di luar masih sangat dingin, mari gyosunim,” Seketika tubuh Jungkook tertarik oleh genggaman nyonya Shin pada pergelangan tangannya tanpa permisi.
Sambutan yang lebih dari sekedar ramah. Ia merasa menjadi orang yang sangat penting. Senyum ceria nyonya pemilik kedai susu ini mengingatkannya pada seseorang. Orang yang kini mungkin tengah ia cari.