SERENADE
SEASON IIBAB III
Bangsal suatu klinik rawat inap yang ada di sudut kota menguar kecemasan. Bukan rumah sakit besar seperti yang ada di tengah kota. Hanya sebuah klinik pribadi milik seorang dokter yang terdapat fasilitas UGDnya. Seseorang berlari tergopoh-gopoh masuk ke dalam UGD yang lengang.
Wajah cemasnya tak bisa di sembunyikan. Titik peluh membanjir di sepanjang ruas keningnya. Hanya ada satuhal yang sangat ingin ia pertanyakan.
“Dimana anak saya dok?”
Kedatangan wanita paruh baya ini mengejutkan sosok dokter yang sedang sibuk menulis sesuatu dalam lembar status pasien. Seorang pasien yang baru saja ditangani. Korban kecelakaan, lebih tepatnya tabrak lari.
“Anda walinya?” Tanya sang dokter, sembari menunjuk sosok yang terbaring memejamkan mata di belakang mereka.
Wanita itu menoleh, terkejut bercampur cemas setelah melihat kondisi orang itu tak sadarkan diri. Dua orang perawat tengah sibuk merawat luka luar yang nampak. Kondisi tubuh yang utuh sedikit membuatnya lega. Bahwa tidak ada luka parah yang diderita.
“Betul dokter, dia anak saya,”
“Duduk dulu ibu, saya ingin menyampaikan beberapa informasi yang berkaitan dengan pasien,”
“Keadaan anak saya bagaimana dokter? Saya ingin tahu,” Dan wanita itu mendesak.
“Putera ibu baik-baik saja, hanya mengalami luka ringan, lebam dan lecet, dan sendi tangan kanannya terkilir, tidak ada luka serius yang membahayakan nyawanya,”
“Siapa yang membawanya sampai kemari dokter? Bisa saya bertemu dengannya?”
“Saya sendiri yang membawanya ke sini bu, karena putera ibu mengalami kecelakaan tepat di depan klinik saya, seseorang kehilangan kendali atas kemudi mobilnya dan menabrak putera ibu dari belakang, kejadiannya sore tadi, saya dan rekan di sini tidak sempat mengejar pelaku tabrak lari, karena fokus kami menolong korban lebih dulu,”
“Ya Tuhan Vi, bagaimana bisa ini terjadi lagi padamu di hari peringatan kematian adik mu,” Keluh wanita itu, dia Shin Hyeryun.
Itu adalah Taehyung. Terbaring tak berdaya di ruang tindakan. Dengan luka di sekujur tubuhnya. Ia mengalami sebuah kecelakaan sepulang dari berziarah ke makam Jungkook.
Kecelakaan yang tak terduga. Dan sangat mengejutkan. Karena itu seolah pesan tersembunyi dari sang adik. Mengingatkannya akan satu hal yang masih terhutang.
Maaf yang tak tersampaikan. Lalu Jungkook seolah hadir kembali. Berupa bayangan yang menuntut balas.
“Ibu tidak perlu khawatir, ada rekaman cctv yang akan saya laporkan pada polisi, serahkan penyidikannya pada yang berwajib untuk menangani kasus ini,”
“Dokter, terimakasih banyak telah menolong anak saya,”
“Itu sudah menjadi kewajiban saya Ibu,”
Nyonya Shin, berjalan pelan menghampiri Vi yang telah seelsai di rawat. Wajahnya yang mempesona itu berubah menjadi seperti kanvas usang. Lecet dan lebam di beberapa sudutnya.
Salah satu tangannya dipasang gips. Itu luka terparah yang Vi derita. Seperti kata dokter yang merawatnya, bukan luka yang mengancam nyawa. Hanya saja beberapa aktifitas mungkin akan tersendat. Karena yang terluka adalah lengan kanan yang berharga.
“Nyonya Shin, aku belum mati, jangan ditangisi,” Ucap Vi yang baru saja terbangun, lalu menemukan majikannya sesenggukan di samping brankart.
“Kau tahu betapa cemasnya aku?”