Siang ini matahari sangat terik, sama seperti suasana hati gadis bernama Rosé ini. Saat ini Rosé tengah menunggu kehadiran seorang sahabatnya, sudah hampir satu jam berlalu namun masih belum terlihat batang hidung sahabatnya. Tidak heran jika Rosé mau menunggu, karena semua orang tau bahwa Rosé ini termasuk gadis yang penyabar.
Baru saja Rosé hendak akan melahap makanannya, seseorang yang disebutnya sahabat itu telah datang dengan memperlihatkan cengiran di wajah cantiknya. "Maaf, aku lama, ya? Atau kurang lama?"
"Kurang."
"Oh ya sudah, kalau begitu aku akan----" kalimatnya terhenti ketika Rosé mulai memakinya.
"Bodoh. Idiot. Gila."
Gadis itu terkekeh mendengar seluruh makian Rosé. Baginya, Rosé itu begitu menggemaskan ketika sedang merajuk seperti sekarang ini.
"Puas? Apakah kau puas, Kim Jennie?" tanya Rosé dengan tatapan kesalnya.
"Tentu saja." ujar Jennie dengan kekehan kecilnya. "Maafkan aku, ya? Aku selesai makan siang dengan Jisoo, sebenarnya Jisoo juga ingin bergabung dengan kita." sambung Jennie.
"Lalu? Mengapa kau sendiri?"
Jennie menghembuskan napasnya pelan. "Jisoo harus mengantar ibunya." jelas Jennie.
Rosé mengangguk paham. Sekarang Rosé tau, alasan mengapa Jennie terlambat menemuinya. Ya, tentu saja karena Jennie sibuk menghabiskan waktu bersama kekasihnya, Jisoo. Tidak heran jika Jennie harus terlambat, karena pastinya Jennie akan lebih memilih bersama kekasih tercintanya dan Rosé dapat memakluminya.
"Kau---- sendirian?" tanya Jennie balik bertanya.
"Yang kau lihat bagaimana?"
Jennie mengerutkan keningnya. Sahabatnya tidak pernah seketus ini dengan dirinya. Apakah ada sesuatu yang menyebabkan Rosé menjadi seperti sekarang ini?
"Hei, mengapa kau mendadak menjadi ketus seperti ini? Apa yang salah darimu?"
Rosé menggeleng, dirinya enggan menjawab.
"Kau sedang PMS?" tanya Jennie lagi untuk memastikan.
Rosé kembali menggeleng. Sungguh, ia malas berbicara, entah apa alasannya, mendadak moodnya menjadi hancur.
"Lantas---- kau kenapa?" Jennie masih tidak menyerah.
"Aku juga tidak tau. Ah, sudah, aku mau melanjutkan acara makan ku, lebih baik kau pesan sesuatu dan makan bersamaku."
"Tapi----"
"Jangan menggangguku saat sedang makan!" ancam Rosé dengan mata tajamnya.
Jennie mengangguk pasrah, kemudian menghela napasnya panjang. Rosé tidak pernah seketus ini, yang Jennie tau sahabatnya ini adalah gadis yang periang dan jarang sekali menjadi seketus ini. Namun, jika Rosé sudah memperingatinya, maka Jennie tidak akan berani melawan terlebih saat Rosé sedang makan.
Ah, daripada nantinya Jennie merusak mood Rosé, lebih baik Jennie segera bangkit berdiri untuk memesan makanan seperti yang diperintahkan oleh Rosé.
Jennie telah kembali, kini matanya sibuk mengamati Rosé yang tengah asik melahap makanannya. Pikiran Jennie saat ini kalut, sebenarnya apa yang terjadi dengan Rosé?
"Kau---- tidak menyukaiku, kan?"
Jennie tersentak kaget. "Kau ini bicara apa, sih? Aku sudah milik Jisoo dan Jisoo adalah milikku, tidak mungkin aku menyukaimu. Mengapa kau bisa berpikiran seperti itu?"
"Kau pikir aku tidak tau? Sejak tadi kau mengamatiku, kan?"
Sialan! Rupanya aksi Jennie tertangkap basah oleh Rosé. Rosé sadar jika dirinya tengah diamati Jennie. "Tapi aku hanya mengamatimu, kan? Bukan berarti aku menyukaimu, Park Chaeyoung."