Tujuh Belas

2.3K 233 7
                                    

Dua minggu berlalu, Rosé yang dikenal sebagai gadis periang berubah seratus delapan puluh derajat menjadi gadis yang pemurung. Penyebabnya sudah pasti karena pertengkaran hebatnya dengan Lisa. Rosé mengakui keputusannya sangat salah ketika ia mengusir Lisa dari kehidupannya, namun seperti yang dikatakannya bahwa Rosé sendiri siap menanggung semuanya.

Jisoo dan Jennie yang melihat kondisi Rosé seperti ini juga iba, namun Jisoo dapat merasakannya bahwa hari demi hari, Rosé sudah lebih baik dari sebelumnya, benar---- sifat asli Rosé telah kembali, julukan gadis periang itu kembali lagi untuk dirinya.

Jisoo yang melihat Rosé tengah menikmati makannya dengan sangat lahap, spontan menyunggingkan senyumnya. Jisoo senang jika Rosé telah kembali seperti semula, ia ikut bahagia, semoga saja gadis dihadapannya ini benar-benar telah kembali menjadi gadis periang.

"Makan yang puas, aku dan Jisoo yang mentraktirmu." ujar Jennie sembari tersenyum samar.

Rosé yang sibuk makan hanya menganggukan kepalanya. Ini adalah salah satu ciri khas Rosé, saat makan selalu diam dan tenang menikmati makanannya, tentu juga saat makan ia tidak ingin diganggu.

"Tumben kalian baik, mengapa?" tanya Rosé ketika makannya telah selesai

"Sebagai perayaan." jawab Jennie.

Rosé yang tidak paham dengan kalimat Jennie kini telah menautkan kedua alisnya. Perayaan? Perayaan apa? Bahkan, Rosé tidak sedang berulang tahun. Lantas untuk merayakan apa?

"Bingung?"

"Tentu saja bodoh! Aku sedang tidak ulang tahun, kalian lupa dengan ulang tahunku?"

Jisoo yang mendengar kalimat Rosé terkekeh geli, begitu juga dengan Jennie. "Mana mungkin kita berdua lupa, dan benar kau memang sedang tidak berulang tahun hari ini."

"Lalu?"

"Perayaan karena kau sudah kembali menjadi Chaeng yang ceria. Kau tau, aku dan Jisoo benar-benar khawatir dua minggu ini karena kau tiba-tiba saja menjadi sangat murung, dan kini kau telah kembali, maka dari itu aku rasa kita perlu merayakannya." jelas Jennie.

Rosé memutar kedua bola matanya, ia jadi heran sendiri dengan kelakuan dua sahabatnya ini, ada-ada saja mereka berdua.

"Bodoh! Jadi karena itu?"

Jisoo mengangguk antusias. "Kita berdua benar-benar senang ketika menyadari bahwa Chaeng yang periang telah kembali."

"Baiklah, aku berterimakasih pada kalian untuk traktirannya, dan kalian jangan lagi khawatir, aku sudah baik-baik saja."

"Ya, semoga saja kau memang sudah baik-baik saja. Jika ada sesuatu segera katakan pada kita berdua, kau ingat---- kita bukan hanya sahabat, tapi kita keluarga."

Jennie mengangguk setuju dengan kalimat Jisoo. "Benar Chaeng, kita keluarga. Kau---- jangan pernah merasa sendiri. Aku tidak ingin kehilangan Chaeng yang periang lagi, aku ingin Chaeng yang selalu periang dan selamanya akan begitu."

"Ya, sekali lagi terimakasih, aku bersyukur memiliki kalian. Dan sekali lagi aku katakan, jangan khawatir lagi denganku, aku sudah baik-baik saja."

"Bagus jika memang benar seperti itu, dan----" Jisoo ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

Sedangkan Rosé yang sudah terlanjur penasaran masih menunggu Jisoo untuk kembali melanjutkan kalimatnya, dengan tatapannya begitu serius menatap Jisoo.

"Apa?" tanya Jennie yang mewakilkan Rosé.

"Dan---- Aku juga berharap hal sama untuk Lisa." ujar Jisoo dengan pelan, namun Jisoo yakin bahwa Rosé pasti bisa mendengarnya dengan jelas.

They Don't Know About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang