Rasa canggung tengah menyelimuti Rosé dan juga Lisa, ketika Lisa yang pada akhirnya mengetahui perasaan Rosé untuk dirinya. Jadi selama ini benar apa yang dikatakan oleh Jisoo. Rosé memang menyukainya, malah sudah sangat mencintainya. Mengapa Rosé harus jatuh cinta pada Lisa? Lisa benar-benar tidak menyangka akan menjadi serumit ini.
"Chaeng, mengapa harus aku? Kau sendiri tau aku telah mencintai seseorang."
Rosé sendiri bahkan tidak tau, mengapa harus Lisa? Dari sekian banyaknya orang di muka bumi ini mengapa harus Lisa yang ia cintai? Apakah sesakit ini ketika mencintai seseorang yang tidak mencintai kita? Sungguh, rasanya benar-benar menyakitkan.
Apa yang harus Rosé katakan pada Lisa, jika dirinya sendiri tidak tau apa alasannya bisa mencintai Lisa. Belum lagi tatapan mata Lisa pada dirinya saat ini, tatapan mata itu---- Rosé membenci tatapan mata itu, karena tatapan mata itu adalah tatapan mata Lisa yang biasanya diberikan Lisa ketika sedang kesal dengan seseorang.
Sungguh, saat-saat seperti ini rasanya Rosé ingin menangis.
"Katakan padaku Chaeng, mengapa harus aku?"
"Aku sendiri juga tidak tau Lisa." ujar Rosé yang pada akhirnya berani membuka mulutnya.
Lisa menautkan kedua alisnya "Bagaimana kau tidak tau? Chaeng, kumohon, lebih baik kau lupakan aku ya? Percayalah, aku tidak sebaik yang kau kira."
"Mengapa aku harus melupakanmu sedangkan kau adalah orang yang aku cintai? Mengapa harus Lisa?" ujar Rosé yang mulai dipenuhi rasa kesalnya.
"Karena kau tau kan bahwa aku telah mencintai orang lain?"
Rosé tertawa miris, rasanya seperti dirinya tengah meremehkan Lisa. "Lisa, tapi orang itu tidak mencintaimu, bahkan orang yang kau cintai itu sudah memiliki kekasih, dia telah menjadi kekasih orang."
Kalimat Rosé berhasil menohok hatinya. Semua yang diucapkan Rosé memang fakta. Untuk pertama kalinya, Lisa merasa bahwa hidupnya sangat miris. Ya, hidupnya benar-benar miris. Lisa mencintai seseorang yang telah lama dihatinya, seseorang yang telah lama mengenalnya, dan juga seseorang yang telah lama bersamanya. Namun, fakta itu kembali menampar Lisa, fakta bahwa seseorang yang Lisa cintai itu telah menjadi kekasih orang.
Menyedihkan, hidup Lisa benar-benar terlihat menyedihkan. Tapi Lisa belum ingin menyerah, dirinya masih akan berjuang untuk cinta pertamanya, karena dirinya percaya bahwa perjuangannya tidak akan berakhir dengan sia-sia. Ya, yang harus Lisa lakukan adalah terus berjuang untuk cintanya.
"Mengapa kau diam Lisa? Semua yang kukatakan benar kan?"
Lisa mengangguk, dirinya sadar saat ini masih ada Rosé di hadapannya.
"Lantas mengapa kau masih terus mengejarnya? Kau bukan orang jahat yang akan merebut kekasih orang kan?" tanya Rosé memastikan.
"Cukup Chaeng! Ini masalah pribadiku, apa urusannya dengan kau? Lebih baik kau diam dan jangan pernah ikut campur." perintah Lisa dengan suara seriusnya.
"Mau sampai kapan kau berjuang?"
Lisa menggeleng pelan. Pertanyaan Rosé membuat dirinya sendiri tidak mengerti. "Entahlah, yang jelas aku tidak semudah itu untuk menyerah. Dan untuk kau Chaeng, aku mohon sekali lagi, berhentilah mencintaiku."
"Lisa, jika kau tidak mudah untuk menyerah, maka aku juga akan sepertimu. Aku tidak akan mudah menyerah untuk kau." ucap Rosé kemudian berlalu pergi meninggalkan Lisa yang diam mematung ditempat.
Jika Lisa tidak salah lihat sebelum Rosé pergi meninggalkannya, air mata gadis itu turun membasahi pipinya. Apakah yang Lisa lakukan terlalu menyakitkan? Apa Lisa terlalu kejam dengan Rosé, sampai-sampai membuat gadis itu mengeluarkan air matanya? Payah, Lisa jadi merasa bersalah.
Soal kalimat terakhir yang Rosé katakan, bahwa Rosé tidak akan menyerah untuk dirinya, Lisa tidak peduli meskipun sebenarnya suara Rosé terngiang-ngiang hebat di indra pendengarannya. Namun Lisa tidak akan peduli, dirinya akan tetap berjuang untuk cinta pertamanya, biar saja jika Rosé akan berjuang untuk dirinya, karena Lisa yakin pada akhirnya Rosé akan lelah sendiri dan berhenti mencintai dirinya.
🌹
Pagi ini Rosé masih berbaring di ranjangnya, dirinya enggan untuk bangkit dan memulai rutinitas hariannya. Mungkin ini salah satu pengaruh dari pembicaraannya dengan Lisa semalam. Ya, Rosé memang mencintai Lisa, sangat-sangat mencintai. Terhitung sudah sejak keduanya menjadi teman satu kampus, itulah awal mula Rosé bisa mencintai seorang Lisa Manoban. Namun, sampai kapanpun dirinya sadar bahwa Lisa tidak pernah sekalipun mempunyai perasaan padanya. Lisa hanya menganggap dirinya sebagai seorang sahabat, tidak lebih.
Rosé siap menerima segala resikonya. Dirinya berani mencintai Lisa sampai sejauh ini, itu berarti dirinya juga siap merasakan sakit yang begitu dalam. Dan semakin menyakitkan ketika Lisa mengatakan pada dirinya bahwa Lisa mencintai seseorang lain yang bukan dirinya, bahkan Rosé sendiri mengenal seseorang itu. Hancur sudah perasaan Rosé, tapi dirinya masih tidak ingin berhenti. Prinsipnya sama dengan Lisa, tidak akan mudah untuk menyerah, selama masih mampu untuk berjuang maka dirinya akan berjuang lebih kuat lagi.
Dan kini semuanya kembali hancur ketika Lisa mengetahui perasaan Rosé yang sesungguhnya, bahkan Lisa langsung memerintahkan Rosé untuk berhenti mencintainya. Lantas apa lagi yang harus Rosé lakukan? Berjuang? Tentu akan dilakukannya, namun rasanya pasti akan sangat canggung setelah ini saat bertemu dengan Lisa.
Hanya ada satu cara agar keduanya tidak akan canggung saat bertemu, Rosé berhenti mencintai Lisa. Ya, itu adalah satu-satunya cara. Apa benar Rosé harus melakukannya? Berhenti mencintai Lisa, lalu meminta maaf pada Lisa, dan kembali seperti sedia kala. Lupakan semua yang telah terjadi, anggap saja Rosé tidak pernah mencintainya. Apakah harus begitu?
Air mata Rosé kembali jatuh setelah semalaman dirinya menangis. Menyakitkan, sangat-sangat menyakitkan. Baiklah, Rosé akan mencobanya, dirinya akan berhenti mencintai Lisa. Namun, dirinya tidak bisa berjanji dengan sepenuhnya.
Getaran ponselnya mengalihkan lamunannya, dirinya segera menghapus sisa air matanya ketika melihat nama Jennie tertera di layar ponselnya. Sahabatnya itu mengirim satu pesan untuknya. Dengan cepat kilat Rosé segera bangkit berdiri dari ranjang, kemudian menghembuskan napasnya pelan, Rosé siap untuk menjalani hari-hari seperti biasanya dan tentunya siap untuk berhenti mencintai Lisa.
*Tolong bantu supportnya ya...
Terima kasih :)