Enam Belas

2.3K 278 39
                                    

Lisa menarik napasnya dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan, ia selalu begini jika sedang gugup. Ya---- Lisa saat ini memang sedang gugup. Bagaimana Lisa tidak gugup, jika saat ini ia sudah berada di depan apartement Rosé? Seperti yang sudah ia rencanakan, bahwa ia hari ini akan memperbaiki semuanya.

Lisa ingin Rosé kembali bersamanya, Lisa tidak ingin jika pada akhirnya mereka benar-benar menjadi orang asing yang tidak mengenal satu sama lain. Lisa tidak ingin itu terjadi, maka sekarang ini juga ia harus mencegahnya.

Rasanya masih saja gugup, kemudian ia kembali menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Dengan berani, akhirnya Lisa mengetuk pintu apartement Rosé. Sial! Jackpot sekali karena pada detik itu juga pintunya terbuka dan memperlihatkan Rosé.

Lisa menatap Rosé dengan tatapan sendunya. Lisa benar-benar merindukan sahabatnya ini, ingin sekali rasanya mendekap Rosé, namun ia harus mengurungkan niatnya secepat mungkin. Bahkan Rosé membalas tatapan matanya dan terjadilah kontak mata antar keduanya.

Berbeda dengan Lisa yang terpaku pada Rosé, Rosé sendiri justru terkejut dengan kehadiran Lisa di apartementnya. Benaknya bertanya-tanya, mengapa gadis itu saat ini menemuinya? Ada keperluan apa? Bohong sekali jika Rosé mengatakan tidak rindu Lisa, jelas-jelas rindunya pada Lisa sangat besar.

"Chaeng----" suara Lisa memecahkan keheningan yang terjadi antar keduanya.

Rosé yang sadar segera memalingkan padangannya.

"Bisa kita bicara?"

"Untuk apa?" tanya Rosé.

Pada saat itu juga hati Lisa melunak, karena setelah sekian lama ia tidak mendengar suara Rosé kini akhirnya ia dapat mendengarnya lagi. Bahkan tanpa Rosé sadari, senyum kecil juga ikut terbit dari bibir Lisa.

"Untuk memperbaiki semuanya."

Rosé menghembuskan napasnya kasar, ia memang merindukan Lisa, tapi---- jujur ia juga masih kesal dengan keputusan Lisa. "Untuk apa? Bukankah kau yang menginginkan ini semua?"

"Chaeng---- aku mohon," pinta Lisa dengan suara melemahnya.

Apa yang harus diperbaiki? Rosé memang merindukan Lisa dan ingin kembali bersama Lisa, namun sikap dan cara berpikir Lisa yang tidak pernah dewasa membuat Rosé jengah. Baiklah, Rosé akan melihat apa yang akan Lisa lakukan untuk memperbaiki semuanya.

"Masuklah."

Lisa yang mendengar kalimat Rosé mendadak tersenyum sumringah, kemudian ia melangkah mengikuti Rosé untuk masuk ke dalam apartementnya. Lisa kembali menyunggingkan senyumnya, kala ia sadar bahwa saat ini Lisa kembali berada di apartement Rosé setelah tiga bulan ia tidak menginjakkan kakinya di sini.

Rosé yang sudah duduk di sofa miliknya menatap mata Lisa dengan serius, sepertinya sahabatnya ini sedang berada di mood yang tidak bagus. Lisa membalas tatapan mata Rosé, Lisa berani bersumpah bahwa di saat seperti ini Rosé terlihat sangat mengerikan.

Saking mengerikannya, Lisa jadi terdiam dan tidak mampu berkata-kata. Dan terjadilah keheningan di antara keduanya. Lisa mengakuinya bahwa ia membenci suasana seperti ini, rasanya ia dan Rosé seperti canggung satu sama lain.

"Kau mengapa diam? Jadi tidak? Jika tidak kau bisa----"

"Jadi." ucap Lisa semangat memotong kalimat Rosé

Lisa menghembuskan napasnya panjang sebelum memulai semuanya.

"Aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin kita kembali Chaeng, aku tidak ingin kita yang seperti ini."

Rosé yang mendengar kalimat Lisa justru tersenyum miris. "Kau ingat bukan, siapa yang membuat semuanya menjadi seperti ini?"

Lisa ikut tersenyum miris, kalimat Rosé berhasil melukai hatinya. Rosé memang benar, ia sendiri yang menyebabkan ini semua terjadi, Lisa mengakui bahwa dirinya sangat bodoh.

They Don't Know About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang