Pukul delapan pagi, pada saat itu juga Rosé bangun dari tidurnya. Dirinya bangkit dari ranjang, rasa pusing dikepalanya masih saja ada namun tidak sesakit tadi malam.
Dengan sekuat tenaga yang dimilikinya, Rosé segera keluar dari kamarnya untuk mencari sesuatu yang bisa ia makan. Benar, saat ini Rosé sedang kelaparan lagipula memang ia harus minum obat juga kan?
Sial! Rosé teringat akan Lisa. Gadis itu semalam bersama dengan Rosé, bahkan semalam Lisa menolak untuk pulang dan ingin tetap menjaganya. Berarti---- sekarang Lisa masih berada di apartementnya. Kini dengan langkah buru-buru ia mencari keberadaan Lisa, dan benar Lisa sudah bangun dan menyiapkan makanan untuknya.
"Chaeng? Sudah bangun rupanya, baru saja aku akan masuk ke kamarmu untuk membangunkanmu, ayo sarapan."
Rosé tidak merespon. Rosé justru diam ditempat, ia masih terkejut dan tidak percaya dengan adanya Lisa. Jadi---- semalam Lisa benar-benar tidak pulang? Kalau begini caranya Lisa tidak akan pernah pulang jika ia tidak kunjung sembuh. Ya, Rosé harus segera sembuh agar Lisa juga segera pergi dari apartementnya.
"Hei, kenapa melamun? Ayo Chaeng, kau pasti suka." ujar Lisa yang rupanya sudah berada di samping Rosé.
Lisa menarik pergelangan tangan Rosé untuk segera duduk dan menikmati makanan yang sudah ia siapkan. Lisa tersenyum kala Rosé mulai mencicipinya.
"Dihabiskan ya? Aku akan menyiapkan obatmu."
"Tidak perlu, biar aku saja." tolak Rosé cepat.
"Tidak boleh membantah, diam dan habiskan."
Nyali Rosé menciut. Jika Lisa sudah berbiacara serius dengannya, dapat dipastikan bahwa Rosé tidak akan berani membatahnya, lebih baik Rosé menurut saja.
"Kau---- tidak bekerja?" tanya Rosé yang mengalihkan fokus Lisa.
Lisa menggeleng, kemudian berbalik arah dan menatap mata Rosé.
"Mengapa?" tanya Rosé penasaran.
"Terserah aku bukan? Kan aku bosnya." jawab Lisa yang kemudian kembali menyiapkan obat untuk Rosé.
Rosé kesal dengan jawaban Lisa. Itu bukan jawaban yang dia inginkan. Rosé yakin pasti ada sesuatu yang membuat gadis itu tidak ingin kerja. "Jangan bilang karena kau ingin menjagaku?"
Rosé tidak peduli jika Lisa menyebutnya kepedean, karena memang bisa saja kan? Lisa sengaja tidak kerja hanya karena ingin menjaganya.
Lisa justru terkekeh geli mendengar kalimat Rosé. "Apanya yang lucu bodoh!" ujar Rosé kesal.
Lisa menggeleng, kemudian Lisa membawa obat yang telah ia siapkan untuk Rosé dan kembali duduk di samping Rosé.
"Lantas mengapa kau tertawa?"
"Lucu saja. Rupanya kau bisa dengan mudahnya menebak alasanku."
Mendengar jawaban Lisa semakin membuat Rosé kesal. Jadi benar bukan, Lisa tidak pergi bekerja karena alasan menjaganya. Lisa bodoh! Padahal Rosé merasa dirinya sudah baik-baik saja, mungkin setelah minum obat ini dirinya akan sembuh.
"Bodoh! Untuk apa? Aku sudah baik-baik saja."
"Tidak Chaeng, aku akan tetap bersamamu. Lagipula, kau dulu selalu manja denganku bukan? Setiap kau sakit, kau mengatakan padaku untuk tidak meninggalkanmu sampai kau benar-benar sembuh. Kau tau, itu adalah kewajibanku."
Sial! Lisa benar-benar membuat Rosé harus mengingat kembali tentang dirinya yang begitu manja pada Lisa. Mendadak Rosé jadi bersemu malu, mengapa dulu dirinya harus semanja itu sih? Dan lagi, mengapa juga Lisa harus mengingatnya?