Empat

2.8K 311 6
                                    

Seperti yang telah Lisa dan Jisoo sepakati bersama, malam harinya mereka benar-benar berkumpul bersama di cafe milik Jisoo. Namun, Rosé belum juga datang sejak tadi. Entah kemana gadis itu, Lisa berpikir bahwa Rosé tidak akan datang karena mungkin Rosé masih kesal dengannya? Bisa jadi kan?

Ya. Mungkin memang Rosé tidak akan datang, Lisa dapat memakluminya. Lisa pantas dibenci Rosé karena dirinya yang telah menolak cinta Rosé dan membuat gadis itu patah hati.

"Mungkin dia tidak akan datang." ujar Lisa.

"Kata siapa? Lihat, dia sedang berjalan kemari." ucap Jisoo dengan arah matanya mengamati Rosé yang sedang berjalan ke arah mejanya.

Spontan Lisa mengikuti arah pandang Jisoo. Lisa menoleh, benar yang dikatakan Jisoo, Rosé datang dan dia tengah berjalan ke arah mejanya. Tidak terduga, Lisa mendadak tersenyum sumrigah. Jujur, dia memang bahagia ketika melihat Rosé datang, itu berarti Rosé tidak membencinya kan?

"Kau telat dua puluh lima menit, kemana saja kau?" tanya Jennie begitu Rosé tiba.

Rosé menghela napas panjang, dirinya tidak menjawab pertanyaan Jennie. Saat ini matanya tengah memperhatikan bangku di sebelah Lisa. Haruskah dirinya duduk di samping Lisa? Padahal niatnya mau melupakan Lisa tapi bangku yang kosong hanya ada di samping Lisa.

Terpaksa, Rosé duduk disamping Lisa. Tidak mungkin juga kan jika Rosé harus duduk di sebelah Jennie ataupun Jisoo, mereka kan sepasang kekasih pasti inginnya selalu berdua.

Baiklah, sekali lagi Rosé terpaksa. Jika tidak duduk di samping Lisa, mau duduk dimana dirinya, lagian jika dipikir-pikir justru ini kesempatan bagus untuknya. Duduk di samping Lisa dan bersikap biasa saja, seolah tidak ada masalah antara keduanya.

"Chaeng, aku sedang bicara denganmu," ucap Jennie membuyarkan lamunan Rosé.

Rosé sadar kembali, mata mereka bertiga memandang ke arahnya, dengan segera Rosé duduk disamping Lisa sembari meneguk jus milik Jennie. "Maaf, aku haus."

Jennie mengangguk paham. "Aku sudah memesankan makanan untukmu, tunggu saja mungkin sebentar lagi datang."

"Kau belum menjawab pertanyaan Jennie, mengapa kau bisa terlambat?" tanya Jisoo.

"Menunggu jemputan." jawab Rosé santai.

Lisa mengenyitkan keningnya. Jemputan? Memang dengan siapa Rosé kemari?

"Siapa yang menjemputmu?

"Jika memang butuh jemputan, mengapa tidak bilang? Aku bisa menjemputmu." ucap Lisa yang akhirnya ikut bersuara.

Rosé menghembuskan napasnya, kemudian kembali meneguk jus milik Jennie. "June yang menjemputku."

"June? Sahabat sekaligus tukang berdebat denganmu itu?"

"Siapa lagi selain dia?"

"Tumben kau mau? Biasanya kau dan dia berdebat seperti anak kecil." ucap Jennie keheranan.

"Memang pernah apa aku tidak mau bersama dia? Dia sahabatku sama seperti kalian, lagian kebetulan tadi dia memintaku untuk menemani membeli gitar baru."

Jisoo tersenyum penuh arti ke arah Lisa, sedangkan Lisa yang mengerti arti senyuman Jisoo membalas Jisoo dengan senyum terpaksanya.

"Kau sedang pendekatan kah dengan dia?" tanya Jisoo penasaran.

"Mengapa jadi membahas dia? Sudahlah, aku lapar, lebih baik kita makan." ucap Rosé malas, kemudian mulai melahap makanannya yang telah tiba.

Lisa yang sedari tadi memperhatikan Rosé cukup tersenyum senang. Sepertinya Rosé memang sudah baik-baik saja, mungkin saja Rosé juga telah melupakan cintanya?

They Don't Know About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang