Delapan

2.4K 244 2
                                    

Lisa menatap langit-langit kamarnya. Kalimat Jisoo terngiang-ngiang hebat di otaknya. Apa salah memberi perhatian pada sahabat sendiri? Jika memang salah, berarti selamanya Lisa sudah tidak dapat lagi memberi perhatian pada Rosé karena gadis itu pasti akan menganggap bahwa Lisa kembali memberinya harapan yang lebih.

Mengapa harus Rosé jatuh cinta padanya? Dan mengapa Lisa juga tidak bisa berbalik mencintai Rosé? Pada akhirnya jadi begini kan, apapun rasanya pasti canggung. Memberi perhatian sedikit langsung dikatakan modus, memberi harapan lebih. Bodoh!

Lalu, apa yang harus Lisa lakukan? Menjauh dari Rosé? Tidak mungkin! Mana bisa Lisa menjauh dari Rosé, tidak mendengar suaranya sehari saja bisa membuat Lisa bosan. Perumpamaannya begini deh, dimana ada Rosé pasti ada Lisa dan ya sebaliknya juga begitu, dimana ada Lisa pasti ada Rosé. Bahkan banyak orang bilang mereka itu seperti saudara kembar.

Dan seluruhnya berubah ketika Lisa mengetahui perasaan Rosé pada dirinya. Lisa pikir tidak akan mungkin ada rasa cinta di antara keduanya, nyatanya Lisa salah besar karena Rosé mencintainya.

Lisa jadi memikirkan sesuatu. Dengan cepat ia membuka ponselnya dan mengirim pesan untuk Jisoo. Ya, Lisa meminta saran dari sahabatnya itu.

Harapan Lisa saat ini, semoga keputusan yang ia ambil adalah yang terbaik. Dan---- semoga Rosé lekas melupakan cintanya.

🌹

Rosé tersenyum sumringah ketika June datang membawa makanan favoritnya pada jam istirahat kerjanya. Ya, hari ini Rosé sudah kembali bekerja setelah dirasa kondisinya sudah membaik.

Awalnya Jennie melarang, karena sahabatnya itu masih khawatir dan takut jika kondisi Rosé kembali lemah. Namun, Rosé berusaha menyakinkan Jennie yang pada akhirnya membuat Jennie mengijinkannya. Rosé tidak betah berlama-lama di apartement dengan tidak melakukan aktivitas, jadi ia memutuskan untuk berangkat bekerja.

"Pasti ada maunya kan?" tanya Rosé berusaha menyelidiki June.

Rosé sedikit curiga dengan lelaki ini. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja June datang menghampirinya dan membawa sebungkus makanan favoritnya. Biasanya June seperti ini jika ada maunya, wajar saja jika Rosé langsung berpikiran seperti itu.

"Mengapa kau bicara seperti itu?"

Rosé menggeleng, kemudian kembali asik dengan makanannya. "Biasanya kan kau begitu, kalau ada maunya aja pasti datang bawa makanan yang banyak." ucap Rosé yang sangat hapal dengan kelakuan June.

"Untuk kali ini tidak Park Chaeyoung yang cantik."

"Apa sih," balas Rosé yang geli dengan June karena memanggil nama lengkapnya dengan kata cantik dibelakangnya.

June terkekeh pelan. "Tapi aku serius, untuk kali ini aku tidak ada maunya. Aku memang melakukannya karena aku masih khawatir dengan kondisimu. Kau kan baru saja sembuh, aku takut jika kau kelelahan karena bekerja bisa kembali membuat kondisimu lemah."

"Itu berlebihan. Kau lihat kan sekarang aku baik-baik saja?"

"Ya apa salahnya untuk mengkhawatirkan?"

Rosé mendengus kesal. "Terserah kau saja."

"Nanti saat sudah pulang kerja kau tunggu aku ya? Jangan pergi dulu, aku akan menjemputmu."

"Tidak perlu June, bukannya kau bilang denganku bahwa hari ini kau akan mengantar Donghyuk?"

"Ya itu benar, tapi tetap saja kau tidak boleh menolak! Pokoknya aku akan menjemputmu, nanti aku dan Donghyuk menjemputmu dulu setelah itu baru aku pergi bersamanya."

Rosé mengangguk pasrah, ia sudah tidak akan mungkin untuk menolak June. Lagipula tidak masalah juga jika memang harus pulang bersama June, justru bagus kan?

Tanpa mereka sadari, rupanya sejak tadi Lisa mengamati keduanya. Lisa senang ketika melihat Rosé sudah kembali bekerja, bahkan ia lebih senang ketika mengetahui bahwa Rosé sudah baik-baik saja. Namun, ada hal yang membuatnya tidak senang.

Ya, mengapa June harus ada disana? Itulah hal yang membuat Lisa tidak senang. Padahal niatnya tadi juga mau mengunjungi Rosé dan memberikan makan siang untuk sahabatnya. Tapi Lisa kalah cepat karena June telah mendahuluinya. Dan sekarang di sinilah Lisa, sedang berdiri dengan matanya yang mengamati June dan Rosé dari kejauhan.

🌹

Yang Jisoo tau, setelah kejadian kemarin malam ketika Lisa meninggalkan apartement Rosé---- dua jam setelahnya gadis itu mengirimnya pesan. Pesannya cukup membuat Jisoo jadi pusing saat memikirkannya. Bahkan Jisoo sendiri takut jika Lisa benar-benar akan melakukannya.

Fokus Jisoo buyar ketika Jennie datang. Kekasihnya itu lekas duduk di sampingnya. Sepertinya Jennie peka, ia menyadari ada yang sedang membebani pikiran Jisoo. "Kau kenapa?"

"Lisa----"

Jennie menautkan keningnya. Lisa? Mengapa dengan Lisa?

"Ada apa dengan Lisa?"

"Kemarin, setelah dia pulang dari apartement Rosé, dia mengirimku pesan." ucap Jisoo dengan mata seriusnya menatap Jennie.

Jennie diam, sengaja agar Jisoo dapat kembali melanjutkan kalimatnya.

"Dia meminta saranku, dia ingin menjauh dari Chaeng." lanjut Jisoo.

"Menjauh?" Jennie sedikit terkejut.

Jisoo mengangguk, kemudian menghembuskan napasnya kasar. "Kau tau, aku takut jika dia benar-benar melakukan hal bodoh itu. Untuk apa coba dia ingin menjauh dari Chaeng? Jika dia benar-benar menjauhi Chaeng, kau pasti bisa bayangkan bagaimana hancurnya Chaeng."

Jennie setuju dengan apa yang dikatakan Jisoo. Inilah sebabnya Jennie selalu kesal dengan Lisa. Gadis itu terlalu bodoh dan tidak bisa menjadi dewasa. Apa dia tidak berpikir dua kali jika memang akan melakukannya? Bagaimana nantinya perasaan Chaeng?

"Tunggu, memang alasan apa yang dia gunakan sampai dengan teganya dia ingin menjauhi Chaeng?" tanya Jennie memastikan.

"Aku juga tidak tau, tapi menurutku dia ingin menjauhi Chaeng karena perkataanku semalam." ucap Jisoo dengan raut wajah bersalahnya.

"Perkataanmu?"

Jisoo mengangguk, "Ya, perkataanku karena aku mengatakan padanya bahwa dia terlalu berlebihan dengan Chaeng. Maksudku berlebihan adalah karena dia terus saja memperhatikan Chaeng, memang sih tidak ada salahnya jika Lisa memperhatikan Chaeng. Itu wajar, karena Lisa adalah sahabat Chaeng, tapi kau juga tau sendiri kan Chaeng posisinya mencintai Lisa, pasti segala bentuk perhatian yang Lisa berikan padanya akan Chaeng anggap lebih dari perhatian seorang sahabat. Dan---- itulah alasanku mengatakannya pada Lisa."

Baik, sekarang Jennie paham. Jisoo tidak salah, hanya saja Lisa yang salah paham. Gadis itu tidak dapat mencerna dengan baik kalimat Jisoo.

"Dan aku benar-benar takut jika Lisa melakukannya." sambung Jisoo masih dengan rauh wajah panik.

"Kau tenanglah sayang, semua akan baik-baik saja. Percaya padaku, Lisa tidak akan sanggup melakukannya. Lisa tidak akan mungkin menjauhi Chaeng, karena segalanya tentang dia selalu bersangkutan dengan Chaeng, percaya saja padaku." ucap Jennie menenangkan Jisoo.

"Aku percaya padamu sayang, tapi---- tetap saja masih tidak tenang, dan malam ini aku akan menemui dia, kau ikut bersamaku ya?"

"Tentu, aku akan selalu bersamamu." balas Jennie dengan senyum manisnya.

Jisoo mengangguk kemudian ikut tersenyum kala ia melihat senyum cantik terbit dari bibir ranum Jennie. Kemudian ia mendekap Jennie dengan erat, Jisoo sangat beruntung memiliki Jennie. Apalah jadinya Jisoo jika hidupnya tanpa Jennie. "Terimakasih baby, ayo kita bersiap." ucap Jisoo yang kemudian melepas dekapannya.

They Don't Know About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang