"Kau tidak bersungguh-sungguh dengan ucapanmu kan?" tanya Jennie tepat pada sasaran.
Lisa menghembuskan napasnya kasar. Saat ini ia sudah duduk di hadapan kedua pasang kekasih ini dengan menikmati secangkir kopinya. Jika ia tidak ingat dengan janji untuk bertemu Jisoo, pasti saat ini Lisa sudah berada di apartement Rosé.
"Soal?" tanya Lisa yang benar-benar lupa.
"Kau sengaja atau memang lupa, bodoh!" cibir Jennie kesal.
"Aku benar-benar lupa."
Jisoo yang sejak tadi diam menyimak jadi ikut kesal dengan sikap Lisa saat ini. "Soal kau yang mengatakan ingin menjauhi Chaeng."
"Ah soal itu, awalnya aku memang berniat seperti itu, maka dari itu kan aku minta saran padamu."
Jisoo mengerutkan keningnya. "Lalu?"
Lisa kembali menghembuskan napasnya dengan kasar. "Tapi sepertinya aku tidak akan pernah bisa."
Jennie yang mendengar kalimat Lisa spontan tersenyum senang sembari menatap ke arah Jisoo dengan penuh arti, Jisoo yang mengerti dengan arti senyum Jennie juga ikut merasakan lega. Rupanya benar dengan apa yang dikatakan Jennie, Lisa tidak akan sanggup.
"Mengapa?" tanya Jennie penasaran.
"Kau tau sendiri kan, dimana ada aku pasti ada dia, dan dimana ada dia juga ada aku. Kita layaknya manusia kembar, tidak akan mungkin bisa berjauhan. Ya---- meskipun awalnya aku berpikir seperti itu sampai meminta saran pada Jisoo, tapi setelah aku pikir-pikir lagi mana bisa aku berjauhan dengan Chaeng?"
Jennie kembali tersenyum penuh kemenangan ke arah Jisoo. Benar kan dengan apa yang seluruhnya ia katakan? Lisa tidak akan pernah sanggup menjauh dari Rosé.
"Sebenarnya apa yang kau pikirkan sampai membuatmu berpikir ingin menjauhi Chaeng?" tanya Jennie masih penasaran, sedangkan Jisoo masih diam menyimak karena jujur dirinya juga lega mendengar seluruh kalimat Lisa.
"Karena aku tidak mau membuat dia terus sakit hati. Karena kalian berdua tau bahwa aku juga sangat memperhatikannya dan jujur apa yang dikatakan Jisoo saat itu benar-benar melukaiku sekaligus menyadarkanku. Memang seharusnya aku tidak berlebihan pada Chaeng, karena pasti dia akan merasa bahwa aku memberi harapan yang lebih padanya."
Jadi benar apa yang dipikirkan Jisoo. Alasan utama Lisa ingin menjauhi Rosé adalah karena kalimatnya, dan kalimat itu tidak hanya menyakiti Lisa namun juga berhasil menyadarkan Lisa. Itulah sebabnya Lisa sampai berpikir seperti itu.
"Lantas, selanjutnya apa yang akan kau lakukan?" tanya Jisoo.
Lisa tersenyum tipis, kemudian menatap kedua sahabatnya ini. "Menjalani hari-hari seperti biasanya dan tentunya akan lebih menjaga sikap saat bersamanya agar tidak menimbulkan salah paham."
Jennie yang mendengar kalimat Lisa ikut tersenyum, ia senang jika pada akhirnya Lisa bisa berpikir dewasa seperti sekarang ini. "Aku ikut senang, akhirnya kau bisa menjadi dewasa." ujar Jennie.
"Satu hal lagi---- aku benar-benar berharap bahwa dia bisa melupakan cintanya padaku."
"Kau tenang saja, Chaeng sedang melakukannya. Maka dari itu, bersikap sewajarnya saat bersama dia."
Lisa mengangguk paham dengan kalimat yang baru saja Jisoo ucapkan. "Setelah ini aku akan ke apartementnya."
"Untuk apa bodoh? Ini sudah larut, lebih baik besok saja." cegah Jisoo.
"Kau tenang saja, aku hanya mau minta maaf padanya."
Jennie menggeleng. "Benar kata Jisoo, besok saja, dia juga perlu istirahat bukan? Kau ingin dia kembali sakit? Kau tega melihat sahabatmu sakit?"