Empat Belas

2.1K 237 12
                                    

Rosé menghembuskan napasnya letih, tatapan matanya mendadak sayu.

"Ini kesalahanmu sendiri Chaeng. Kau terlalu ceroboh."

Jisoo benar, ia memang ceroboh. Andai hari itu ia tidak mengancam Lisa, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini, tapi Rosé sendiri mengancam Lisa karena ada alasannya. Rosé benar-benar tidak ingin orang memandang Lisa dengan buruk.

"Aku tau, aku bodoh dan aku mengakuinya." ucap Rosé menyesalinya.

Saat ini dirinya sudah bersama dengan Jisoo dan Jennie. Pikir Rosé kedua sahabatnya ini bisa membantu, namun nyatanya tidak sama sekali. Sekali lagi, Rosé mengakui dirinya benar-benar bodoh. Apakah sudah tidak ada harapan? Bahkan, dimalam Rosé mengirim pesan untuk Jisoo agar membantunya, Rosé juga tidak lupa mengirim pesan pada Lisa.

Mungkin Lisa sudah benar-benar membencinya, karena satupun pesan yang Rosé kirim tidak ada yang dibaca oleh Lisa. Bodoh! Mengapa harus disesali? Jika dipikir-pikir, justru bagus kan jika Lisa sudah tidak lagi berada di hidupnya, semakin mudah untuk Rosé melupakan cintanya.

"Ya, untuk kali ini kau bodoh. Maaf---- aku tidak bisa membantu."

"Tak apa, aku dapat memakluminya. Lagian---- jika dipikir-pikir ini sedikit membantuku." ungkap Rosé.

Jennie yang tidak paham dengan maksud Rosé segera menanutkan kedua alisnya. "Maksud kau?"

"Ya---- intinya membantuku. Ini adalah kesempatan yang bagus, maksudku adalah kalian tau kan bahwa aku sedang proses untuk melupakan cintaku padanya? Dan kurasa ini adalah waktu yang tepat, dengan Lisa menjauh maka aku terbiasa tidak akan terus bersamanya dan mungkin akhirnya aku benar-benar bisa melupakannya." jelas Rosé

"Kau bilang, kau sudah berhenti mencintainya? Jadi yang benar bagaimana?" tanya Jennie menyelidiki.

"Iya, sudah berhasil, tapi sedikit." ucap Rosé disertai cengiran diwajahnya.

Jisoo menghembuskan napasnya pelan, ia tau Rosé membohonginya ketika mengatakan bahwa Rosé sudah berhasil melupakan Lisa, karena---- coba bayangkan, mana mungkin seseorang bisa dengan mudahnya melupakan orang yang dicintainya jika setiap harinya keduanya saling bertemu? Mustahil bukan? Dan Jisoo paham sekali dengan posisi Rosé.

Dan dua hari yang lalu, ia menerima kabar dari Rosé bahwa dirinya berdebat hebat dengan Lisa, bahkan perdebatan itu menyebabkan keduanya menjauh satu sama lain. Jisoo sama sekali tidak menyalahkan Rosé meski Jisoo tau bahwa Rosé juga ceroboh, karena bagaimanapun yang dilakukan Rosé adalah demi kebaikan Lisa.

Sayangnya, Lisa itu bodoh. Pantas saja Jennie selalu kesal dengan Lisa, karena memang Lisa itu bodoh, menyebalkan, dan juga tidak bisa berpikir secara dewasa. Siapa cinta pertamanya? Mengapa begitu spesial untuk Lisa? Jisoo benar-benar penasaran, rasanya Jisoo ingin sekali mengetahui cinta pertama Lisa.

Andai Lisa bisa berpikir dewasa, pasti ia akan menuruti perkataan Rosé. Tidak mungkin kan ada seseorang yang ingin dipandang buruk dengan masyarakat? Namun Lisa ini berbeda dari yang lain, gadis itu justru menginginkannya. Bagaimana tidak? Lisa tidak peduli dengan orang-orang yang akan menganggap ia sebagai perebut kekasih orang. Bukankah seseorang seperti Lisa itu bodoh?

"Chaeng----" panggil Jisoo.

Rosé segera menoleh ke arah Jisoo dan menatap mata Jisoo.

"Kau---- kau tau siapa cinta pertama dia?"

Rosé menggeleng cepat. "Tidak."

Benar, Rosé terpaksa membohongi Jisoo dan juga Jennie. Rosé berpura-pura tidak tau. Ada alasan yang membuat Rosé tidak bisa jujur mengatakannya pada Jisoo dan juga Jennie.

They Don't Know About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang