He Was My Ex

2.5K 339 193
                                    


"Kau Ahra kan? Lee Ahra dari SMA Shinwa."

Aku mengernyit kenapa dia bisa tahu nama dan sekolahku?

"Aku Jaehyun, Jung Jaehyun. Masa kau tidak ingat aku?"

Orang yang mengaku bernama Jaehyun ini masih menatapku penuh harap. Aku memiringkan kepalaku mencoba mengingat-ingat. Aku sudah bilang kan pemuda ini juga tidak begitu asing bagiku.

"Dulu kita kan pernah jadi anggota PMR bersama?"

Tunggu dulu, benarkah?

Butuh beberapa saat bagiku untuk memberikan respon. Kepalaku bekerja dengan keras sekarang, mencoba mencari respon apa yang tepat sambil mencari-cari memori tentangnya yang mungkin sudah kuhapus. Disisi lain aku juga merasa tidak enak karena tidak mengenalinya.

"Hmm sepertinya-" Aku bertepuk tangan sekali secara tiba-tiba membuatnya mengerjap terkejut.

Ternyata Jung Jaehyun!

Bagaimana aku bisa lupa? Dia kan Jung Jaehyun sang primadona pujaan gadis-gadis SMA Shinwa. Sungguh aku merasa buruk karena sempat melupakannya.

"Aku ingat, kau Jung Jaehyun! Si primadona sekolah, yang kemana-mana selalu bersama Sicheng kan?" Jaehyun mengangguk pasti, terlihat kelegaan di wajahnya sekarang.

Aduh, bagaimana aku bisa lupa? Apa beban hidupku yang terlalu banyak atau bagaimana? Padahal dulu aku sering ngobrol dengannya kalau ada waktu dengan PMR. Atau mungkin karena kami tidak sekelas jadi hanya sebagian kecil saja memori yang tersimpan di otak kecilku.

"Akhirnya, aku akan kecewa jika kau benar-benar melupakanku." Jaehyun tertawa.

"Mungkin karena otakku sudah jarang digunakan jadi maaf jika sedikit lama." Jaehyun cuma tersenyum.

"Jadi kenapa ingin bertemu denganku?" Aku meminum jus sambil menunggu jawaban Jaehyun. Dia mengangguk canggung sambil menggaruk tengkuknya, senyum tipis tersungging di wajahnya membuat lesung pipi. Astaga, kenapa sekarang aku jadi ingin punya lesung pipi?

"Hng tidak ada, hanya ingin menyapa kawan lama." Jaehyun masih tersenyum, namun lebih yakin sambil menatap lurus ke mataku. Jujur saja walaupun udaranya cukup terasa menusuk kulit, kenapa rasanya jadi panas sekarang?

Sebelumnya biar kujelaskan dulu, jadi kalian ingat pemuda yang menjadi korban kekacauan yang -tidak sengaja- kubuat tadi sore?

Ya, dia menepati kata-katanya.

Sebenarnya aku tidak terlalu memikirkan janji yang ia buat, tapi saat aku keluar dari kafe ternyata Jaehyun sudah menunggu diluar. Dia langsung memanggilku, melambaikan tangannya sambil bersandar di mobil. Karena tidak mau mengambil resiko pergi dengan orang asing jadi aku menyuruhnya untuk mengikutiku.

Dan di sinilah kami sekarang, duduk berdua didepan minimarket di sebelah kafe sambil menikmati kudapan kecil malam hari.

"Jadi, sekarang sedang sibuk apa?" tanyaku basa-basi untuk mengusir rasa canggungku.

"Yah, sibuk bekerja?" Aku mendelik kearahnya, tentu saja aku tahu.

"Biarkan aku bertanya lebih dulu." Aku mengatupkan bibirku kembali saat tiba-tiba dia menyela.

"Kau masih belum mendapat pekerjaan tetap atau bagaimana? Kenapa bekerja part time di kafe?" Sejujurnya aku tidak mengharapkan pertanyaan seperti ini keluar dari kawan yang sudah lama tidak bertemu. Ya tidak mau munafik, tentu saja aku ingin bercerita yang baik-baik saja. Aku ingin pamer tentang pencapaian apa saja yang sudah kulakukan, sayangnya tidak ada yang bisa kubanggakan. Kuliah saja belum lulus, punya tanggungan untuk membayar hutang pengobatan ibuku dan belum punya pekerjaan tetap.

Affected [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang