16. Ke Khawatiran

31 4 0
                                    

Pagi hari yang cerah dan kicauan burung burung menambah kesan yang sangat indah. Hari ini, alea dan luna mempunyai janji untuk liburan.

Setelah bersiap siap, alea di antar ka binar menuju rumah luna. Luna telah siap menunggunya di depang rumah. Kini mereka sampai di halte bus. Kak binar berpamitan kepada mereka.

" Lo udah siap kan ? Mental lo siap kan ? Buat liat abang ocong sama nyonya unti ?"  Tanya luna bertubi - tubi.

" Lo sebenernya mau ajak gue masuk rumah hantu, atau masuk rumah sodara lo ? " ucap alea tajam .

Luna pun tak menjawabnya. Tak terasa mereka sudah sampai. Alea merasa ada yang aneh dengan gerak gerik luna. Lalu ia melihat dua mobil yang terparkir . Mobil pertama tak asing baginya, tetapi mobil kedua ia sama sekali tak mengenalinya.

Luna meminta izin untuk pergi ke toilet sebentar meninggalkan alea sendirian di tempat parkir.

" Ishh bukannya tadi di rumah puas puasin ke toilet. Sekarang dia ninggalin gue gini aja. Emangnya gue sampah ditinggal sendirian di tempat ramai kayak gini." Ketus alea. Alea mengotak atik ponselnya sambil menunggu luna datang menghampirinya.

" Lo gak sendirian ko."

Alea kaget mendengar ucapan tersebut. Ia langsung mendongakan kepalanya, ternyata yang berbicara kepadanya barusan adalah devan. Alea menjadi salah tingkah saat ini.

" Ko lo disini sih ? " tanya alea heran saat mengetahui keberadaan devan.

" Udah ayo, kasian tuh luna udah nungguin di depan wahana rumah hantu ."

" Ta.. Tapi..."

" Udah ayo. Ada alvin sama naya juga."  Ucap devan dan seketika senyumnya menghilang begitu saja.

" Kenapa harus ada mereka ?" Ketus alea.

" Ya mana gue tau, gue cuman di ajak sama luna buat temenin lo."

Alea yang melihat keberadaan alvin dan naya memberikan senyum ramahnya. Lalu mereka pun memasuki wahana rumah hantu tersebut.

" Lo ga usah gemeter, ada gue ."

" Gak ko. Gue cuman pemanasan aja."

Devan membiarkan alea jalan di depannya. Alvin merasa risih dengan naya. Naya yang teramat manja tak ingin jauh jauh dari alvin . Mereka menyusuri tiap lorong rumah hantu. Hanya di berikan sedikit penerangan, selebihnya mereka membawa lampu lilin.

" Gue mau kita semua berpencar ok, siapa yang paling cepat keluar dia menang, yang terakhir keluar dia harus traktir kita semua." Ucap luna memberi tantangan pada alea, devan, naya dan alvin. Mereka pun mengiyakan saja.

Kini mereka sudah berpisah . Alea merasa takut sendiri. Hawa dingin mulai menyeranh tubuhnya. Ia memanggil nama luna, berharap luna berada di sekitarnya.

Tak lama kemudian devan terlebih dahulu keluar, disusul luna dan naya. Sudah 15 menit tak ada tanda tanda alvin dan alea. Devan mulai khawatir sendiri.

Alea mulai kebingungan sendiri, ia sangat takut kali ini. Ia berjongkok di dekat sebuah pintu. Alea semakin bingung. Rasa takutnya mulai memuncak..ia mulai menangis sendirian di dalam.

Alvin mendengar sebuah isakan di lorong sebelah, ia langsung menyusul.

" Ada orang di sana ?"

" tolongin gue..hikss.. Siapa pun yang di sana. Gue takut ." Ucap alea sambil terisak menahan takut.

Alvin menemukan seorang gadis di dekat pintu. Gadis itu ternyata alea. Tanpa pikir panjang ia langsung menghampiri alea.

" alea.. Lo kenapa ?"

" Alvinn.. Gue takut. Gue bingung jalan keluarnya dimana ."

Tamgisnya semakin pecah. Ia merangkul alea dan mengajaknya keluar. Saat devan akan menyusul, ia melihat alea yang keluar bersama alvin.

Devan merasa lega saat melihat alea, tetapi merasa sakit jika alea bersama alvin.

" Lo gapapa kan al ?" Tanya luna khawatir.

" Gak ko. " sambil menghapus air matanya. Alea melirik devan sebentar, devan tersenyum padanya.

" Lo mau minum ?" Tanya alvin.

Alea tak menjawabnya. Ia ingin jika devan yang menawarinya minum bukan alvin. Naya langsung mencak mencak tak jelas. Ia menghampiri alvin dan alea.

Naya tak segan segan menarik alea.

" He'h .. Lo jangan deket deket alvin. Jadi lo kesempatan yah, pura pura gak bisa keluar, biar lo bisa cari perhatian sama alvin. Iya kan ? Modus lho !!!!" Ucap naya.

Naya mendorong alea cukup keras, hingga membuat alea tersungkur ke tanah. Devan dengan cepat menghampiri alea. Ia tak terima jika alea di perlakukan kasar seperti ini.

" Lo udah sering bikin alea menderita vin !!!!" Ucap devan tajam.

Alea meringis kesakitan. Lututnya berdarah. Devan kaget melihat kaki alea di aliri darah dari lututnya. Luna pun segera mencari obat dan perban untuk luka alea.

" lo puas sekarang ? Liat alea cedera gara gara pacar lo ini yang sifatnya kekanan kanakan !!!" Ucap devan tak terima atas perlakuan naya terhadap alea.

" Lo kenapa marah sama gue ? Gue gak nyuruh naya buat nyakitin alea."

" Tapi ini semua gara - gara lo !!!"

Alvin langsung menarik lengan naya pergi. Ia tak tahan dengan sikap naya yang terlalu posesif.

" lo masih bisa jalan kan ? Kita duduk di sana"

" Bisa."

Devan menuntun alea dengan hati hati dan mendudukannya. Lalu luna datang dengan membawa obat luka serta perban. Devan dengan sigap membersihkan luka alea dengan alkohol terlebih dahulu.

" Lo tahan yah, ini gak lama." Ucap devan berusaha menenangkan alea. Alea tak menyangka jika devan akan melakukam ini padanya.

Setelah devan merekatkan perbannya, ia duduk di samping alea. Devan memberikan sebotol air mineral yang di beli luna.

" Al, maafin gue ya, ini semua gara gara gue. Gue gak tau bakal kayak gini. Maafin gue al." Lirih luna menyesal .

" Gapapa ko lun. Lo gak salah. Kita juga gak tau kan kalo akhirnya bakal kayak gini." Ucap alea dengan senyum di bibirnya.

" Makasih al lo udah mau maafin gue." Luna langsung memeluk alea.

" Gue anterin pulang yah."

" Tapi luna gimana ?"

" Ehmm gue gapapa al, lo lebih baik bareng devan aja ya"

Alea merasa tidak enak pada luna. Tetapi luna tetap menolak alea untuk pulang bersama. Ia pun pasrah mengikuti ucapan luna. Luna terlebih dahulu meninggalkan alea.

Devan mengajak alea untuk masuk ke mobilnya. Dalam mobil, devan terus memperhatikan alea begitu lekat. Untung saja gadis ini kuat. Ia memang sosok gadis yang hebat.

Tanpa sadar senyumnya mengembang. Alea yang menyadari langsung salah tingkah. Kemudian devan membelai rambut alea yang begitu lembut.

" Lo gak usah takut. Gue bakal selalu di samping lo. Gue tadi khawatir banget sama lo al. " ucap devan dengan tulus.

" Maaf kalo tadi udah bikin khawatir." Lirih alea.

Devan mengacak ngacak puncak kepala alea. Ia semakin menyukainya. Devan belum bisa mengungkapkan perasaan sebenarnya sekarang. Ia butuh waktu untuk itu semua.








Maafkan kalo up nya kemaleman :(  yang penting kalian suka deh hehe.. Kalo ada yang typo kalian bisa komen, biar nanti aku bisa perbaiki lagi. 😊

AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang