Pukul 10.30, MC yang notebenenya ketua osis itu mulai naik ke atas panggung aula, "selamat siang gengster SMA Gradisa, berkat yang kuasa kita bisa bertemu di aula sekolah kita ini, nggak kerasa udah tiga tahun kita lalui bersama, ayo peluk sahabat kesayangan kamu." Jingga memeluk Gilly dan Marquel, sama seperti Andovi yang berpelukan dengan Putra dan Alan. "Sedih ya, saya juga terharu karena nggak bisa meluk siapa-siapa toh saya sendiri di atas panggung."
"Huuuuuu ahahaah." Sorak sebagian teman-teman yang berada di barisan aula.
"Hehe, jadi hari ini kita bakalan megetahui hasil dari susah payah kita, hm saya bakalan kangen suasana sekolah ini, saya mau nyampein banyak maaf kepada teman-teman yang kadang saya hukum karena melakukan pelanggaran di sekolah, dan saya mewakilkan teman-teman semua untuk meminta maaf kepada bapak-ibu guru, bagaimanapun kami pasti ada salah, hm, saya nggak mau memperpanjang mukadimah, karena setelah ini bapak kepala sekolah kita akan mengumumkan hasilnya, kepada bapak Tritarno kami persilahkan."
Ketua osis bernama Vino itu memberikan mic kepada Kepala Sekolah Tritarno yang konon katanya adalah anak ketiga.
Bapak naik ke atas pentas, ia terseyum sambil membawa map.
"Sebelum saya mengumumkan, saya mau memanggil satu anak dari lima ratus dua puluh anak disini untuk maju ke depan. Jingga Brovi."
Jingga mengerutkan keningnya, ia didorong Gilly dan Marquel untuk naik ke atas panggung.
"Jingga ini anak pindahan dari Jakarta yang membuat sekolah kita naik daun, Gradisa dikenal sebagai sekolah pendidikan Indonesia karena nilai Jingga yang nyaris sempurna seratus, yaitu 99,00, Beri tepukan untuk Jingga."
Mereka semua memberi uplus untuk Jingga, namun Jingga bukannya bahagia malah merasa sedih karena di bawah sana Andovi tampak diam menatapnya.
"Jingga, Gradisa memiliki hadiah buat kamu," Tritarno memberikan Jingga piagam penghargaan dan amplop putih, Jingga menerimanya dengan senyum yang dipaksakan, gadis itu segera turun dan mendekati Gilly dan Marquel, namun tatapannya masih fokus ke Andovi yang diam seperti menahan kesal.
Tritarno mengumumkan jika mereka lulus 100% membuat semuanya berteriak senang. Bahkan Marquel dan Gilly memeluk Jingga saking senangnya.
Marquel yang pertama kali sadar jika Jingga tidak merasa bahagia, ia menahan Gilly dan memberi Gilly kode jika Jingga tidak baik-baik saja.
"Ga? Lo baik?"
"Eh, hm gue mau ke toilet dulu."
Jingga berjalan, memasukkan amplop dan piagamnya ke dalam tas, tidak ada yang membuatnya bahagia untuk saat ini, Jingga benar-benar kesal dengan dirinya entah karena apa, gadis itu masuk ke dalam toilet, membasuh wajahnya lalu meilihat pantulan dirinya di cermin.
"Gue salahnya dimana sih? Kenapa gue canggung banget sama Semesta?"
Jingga menggeleng, gadis itu keluar dari toilet dan menabrak dada seseorang, ia mendongak dan mendapatkan Andovi tengah menatapnya datar, tidak seperti biasanya.
Dari pada terjebak dalam situasi begini, Jingga memilih berjalan melewati Andovi.
"Kamu marah?"
Jingga berhenti, ia berbalik dan melihat Andovi yang juga menatapnya. "Aku kira kamu yang marah sama aku."
Andovi mendekat, "atmosfer di dalam mobil tadi gerah banget, sampe aku nggak tau mau bilang apa lagi sama kamu."
"Kamu nggak bahagia ya Mes lihat aku jadi nomer satu di sekolah?" Tanya Jingga sambil menundukkan kepalanya.
"Siapa bilang?"
"Tadi kamu diem aja waktu aku di panggung, kamu nggak senyum kayak biasanya, kamu nggak bahagia kayak biasanya, tolong kalau aku salah kamu tegur Mes, aku nggak suka keadaan kayak gini." Satu titikan air mata jatuh di pipi Jingga membuat Andovi langsung menghapusnya dengan ibu jari.
"Ga, nggak ada alasan aku buat nggak bahagia atas bahagianya kamu, maaf ya tadi aku badmood aja,"
"Kamu badmood karna aku ya Mes?"
"Nggak sayang,"
"Ga, kamu harus masuk UI, kamu harus bisa tanpa aku, aku gabakalan tergoda sama cewek lain disini, kamu dan aku cukup punya komitmen, otak kamu yang terlalu encer itu sayang disia-siain untuk nangisin aku, kita jalani bareng-bareng."
Jingga mendongak, gadis itu memeluk Andovi erat, "makasih, aku butuh support kamu, aku sayang sama kamu Semesta."
"Ehm."
Mereka berdua langsung melepas pelukan saat melihat guru BK yang memergoki, lalu mereka berlarian ke lapangan, tak terasa hujan mengguyur kota Bukittinggi membuat Jingga berharap biarkan ia bersama Andovi saja dahulu sebelum mereka benar-benar berpisah nanti.
"Mes, aku makasih banyak sama kamu, karena kamu aku jadi memiliki warna saat remaja."
"Jingga, itu udah takdirmya aku yang ngisi warna di hari-hari kamu."
***
Sumpah ini END jadi kalian mau update kapan buat last episode?
Vote dulu gih, biar saya semangat
Doain aja endingnya nggak nyelekit
Maaf sedikit untuk yang selanjutnya saya akan bikin lebih banyak
Saya bakal kabulian permintaan kalian kapan update kalau disini ada 30+ vote
Wassalam
Jangan lupa shalat
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga dan Semesta (END)
Teen FictionTAMAT sequel by Jingga di Samudra Jingga memilih pindah sekolah setelah kepeninggalan Samudra, ia memilih Bukittinggi sebagai tempat tujuannya. Disana, Jingga bersama neneknya. perjuangan sekolah Jingga begitu berat, Jingga yang pendiam dianggap mur...