5. ORANG KETIGA

610K 58.8K 13.7K
                                    

"LO MAU NGAPAIN HA?!" Yutha langsung menahan Cheryl ketika cewek itu nekat turun dari motor dan berlari menembus kerumunan.

"Gio..," jawab Cheryl lirih tanpa menatap Yutha sama sekali. Kedua matanya yang tergenang air mata hanya menatap ke arah kobaran api tersebut dengan kosong. "Gio dimana?"

"Gio enggak mungkin ada disitu, Chey," jawab Yutha. "Tadi dia nyamperin lo ke gang itu. Dia enggak mungkin disitu,"

"Terus dia dimana, Yuth? Tolong.. jawab," Cheryl menatap Yutha sendu. Air matanya tak bisa berhenti mengalir. Pikirannya kacau, tak karu-karuan seperti ingin meledak. "Please jawab, Yuth. Gio dimana? Please-"

"Cher, tenang!!!" sentak Rey seraya menggenggam bahu Cheryl dari belakang.

"Gio, Rey.. Gio dimana..," Cheryl malah tambah menangis. Mengulang-ulang pertanyaannya seperti orang gila. Belum bisa menerima kenyataan. "Please kasih tau Gio kalau Gio enggak ada disana..,"

"Biar Devan yang kesana. Kita telpon Gio sekarang. Udah diem!" tegas Rey membuat Cheryl menutup mulutnya. "Istighfar, Cher,"

Cheryl tertunduk. Benar-benar kaget, syok, dan tak percaya atas kejadian yang menimpanya. Yutha menepuk-nepuk bahu gadis itu. Devan berlari ke arah rumah Cheryl sementara Raffa kembali mencoba menghubungi Gio.

Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silahkan mencoba beberapa saat lagi.

Raffa menatap Rey dengan putus asa. "Nomer Gio sekarang mati, Rey."

***

"Jadi.. pas kalian kesana rumahnya udah kebakar habis?" tanya Diana, ibu Cheryl yang memeluk putrinya yang sedang menangis tersedu-sedu di dalam dekapannya.

"Iya, tante," Devan yang duduk di sofa bersama teman-temannya mengangguk. "Enggak ada satupun yang tersisa. Untungnya juga enggak ada korban jiwa,"

Tak berhenti mengusap rambut putrinya itu, Diana menghela napas berat. "Kamu yang sabar ya, sayang. Nanti pasti diganti dengan yang lebih baik,"

Cheryl menggeleng di dalam dekapan ibunya. Sulit untuk berhenti menangis. "Tapi, Ma.. Gio enggak ada.. Aku enggak tau dia dimana, Ma.."

"Ssst.. udah kamu jangan mikir aneh-aneh. Mungkin Gio kejebak macet terus hpnya lowbatt. Kamu tenangin diri dulu. Kita semua lagi berdoa supaya Gio dilindungin sama Tuhan," ucap Diana menenangkan Cheryl. Namun tiba-tiba suara Raffa membuat suasana kembali mencekam.

"G-Ges..,"

"Kenapa?" tanya Devan sinis pada Raffa yang sedang berkutat pada ponselnya. "Jangan ngadi-ngadi dulu, Fa. Lagi genting ini,"

"Kaga ngadi-ngadi, Boss! Elah, Mentang-mentang gue lucu di tuduh mulu perasaan." Raffa langsung cemberut.

"Hhh.. Yang bilang lo lucu siapa pula. Yaudah cepet, apaan?"

"A-Ada berita buruk..," lanjut Raffa membuat semua orang menoleh padanya.

"Cepetan njir, tudep-"

Dengan tangan gemetar, Raffa menunjukan layar ponselnya pada mereka. Headline berita di medsos yang baru di upload beberapa menit lalu.

DIDUGA TABRAKAN, MOBIL PORSCHE 911 GT3 RS MENABRAK PEMBATAS JALAN TOL DAN JATUH KE JURANG, KORBAN TIDAK DITEMUKAN.

"I-Itu.. Itu bukannya mobilnya Gio?" tanya Rey getir. Devan, Yutha dan Raffa yakin seratus persen. Tapi jangankan menjawab, untuk bernafas saja mereka tidak sanggup saking syoknya.

Dan ketika mereka melirik ke arah Cheryl, gadis itu sudah terpejam. Tak sadarkan diri. "CHER!!"

***

Seorang perempuan berwajah tirus dengan rambut panjang dan silk dress hitam sebatas paha mengintip ke dalam kamar yang cukup mewah.

Kedua matanya membulat ketika melihat seorang laki-laki yang tengah berbaring di atas ranjang dengan perban, infus dan alat-alat terpasang di tubuhnya itu sudah bangun. Setelah sekian lamanya ia menunggu.

Melangkah masuk dengan hati-hati, perempuan tersebut menatap sang lelaki dengan wajah khawatir. "Syukurlah akhirnya lo sadar.. jangan banyak gerak dulu,"

"L-Lo siapa?!" tanya Gio yang refleks memundurkan sedikit badannya. Terkejut dengan kehadiran perempuan asing itu.

"Gue Gretta," jawab perempuan itu dengan tenang. "Lo kecelakaan, jatuh di dekat perumahan gue. Lo koma dan gak sadar selama seminggu,"

Gio menatap Gretta bingung. "Gue inget. Tapi kenapa lo ga bawa gue ke rumah sakit?"

"Kebetulan orang tua gue dokter. Waktu itu keadaan lo udah gawat banget, jadi kita berpikir biar kita aja yang rawat dulu," jelasnya.

"Makasih udah nolong gue," ucap Gio. Gretta mengangguk.

"Tapi gue mau balik sekarang. Nyokap sama temen-temen gue pasti nyariin gue," jawab Gio membuat nafas Gretta tercekat.

ALISTER [SELESAI✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang