8. D-1 OSPEK

564K 53K 16.1K
                                    

Suara tepukan tangan yang lantang membuat sepuluh mahasiswa berjaket almamater hitam berkumpul ke tengah-tengah lapangan.

Menghadap seorang laki-laki setinggi 180cm pemilik iris mata sehijau emerald dengan rambut coklat yang sedikit acak-acakan dan garis wajah tegas kebarat-baratan. Giovani Anendra. Begitu nama yang tertulis di nametag almamater hitam kebangaannya.

Mengambil sikap istirahat, Gio berdehem di hadapan semua panitia OSPEK. "Karena hari ini hari pertama OSPEK, gue bakalan cek kelengkapan kalian. Pastiin semuanya udah lengkap,"

"Siap, sudah!" sahut semua panitia OSPEK.

Sorot mata emerald Gio tiba-tiba beralih ke arah laki-laki berambut pirang yang berdiri di paling pinggir.

"Siapa lo?" tegur Gio.

"T-Theo Kak, Angkatan 2021," jawabnya gugup.

"Gak kenal. Lo bukan mahasiswa disini. Balik sana." kata Gio ketus. Rahangnya terlihat mengeras membuat anak itu panas dingin. Apa maksudnya?

"H-Hah? G-Gimana, Kak?"

"Kalau lo emang mahasiswa di universitas ini seharusnya lo punya tanda pengenal. Mana jaket almamater lo?" tanya Gio.

"O-Oh iya di tas, Kak," jawab Theo sedikit takut.

Gio mengangkat wajahnya. "Ambil dulu."

"S-Siap, Kak."

Setelah adik angkatannya itu kembali setelah memakai almamaternya, Gio memberikan penjelasan dan memeriksa persiapan semua panitia OSPEK.

Ketika dirasa semua sudah siap, Gio menepuk tangannya lagi. "Semangat semua!"

Cowok dengan jaket almamater hitam dan kaos putih yang membungkus tubuh atletisnya tersebut lalu melangkah ke tribun untuk minum dan menyeka keringat di pelipisnya dengan handuk.

"GI!!" seorang cowok berjaket almamater hitam, yang juga merupakan salah satu panitia berlari kearah Gio dengan membawa kantong plastik di tangannya.

"Ada kiriman buat lo nih," ujarnya seraya menyodorkannya pada Gio.

Gio mengerutkan alis tebalnya. "Dari siapa?"

"Dari anak baru yang ikut OSPEK. Dia gamau kasih tau siapa namanya, abis ngasih langsung kabur gitu,"

"Lah?"

"Udah terima aja," desak cowok itu. "Ga mungkin racun anjir. Kalo pelet gatau deh,"

"Sialan lo," umpat Gio, namun tetap menerima dan membuka plastiknya.

Kedua mata Gio melebar begitu melihat tupperware berisi cangkang dan daging siput di dalamnya.

"Siapa nih? Kok dia tau makanan kesukaan gue?" batin Gio sedikit terkejut. Karena tidak ada yang tau makanan favoritnya ini selain dirinya dan Tuhan.

Menyipitkan matanya ketika menangkap secarik kertas yang menempel di samping tupperware, Gio membacanya dengan hati-hati.

semangat buat hari ini, jangan kecapekan ya! jangan lupa minum & dimakan bekalnya. itu aku bikinnya capek loh sampe gosong 5 kali😡

ALISTER [SELESAI✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang