"apa hyung benar-benar harus pergi ?" tanya Jimin dengan nada lesu.
"iya Jimin, kau tenang saja, ini adalah pekerjaan terakhir hyung. Setelah menyelesaikan ini hyung akan berhenti dan fokus padamu" jelas Yoongi sambil melirik sedikit pada Seokjin.
Perhatiannya beralih pada Taehyung "tolong jaga Jimin ya, hanya untuk beberapa hari saja" ucapnya dengan tersenyum.
"tanpa hyung minta, aku akan menjaga Jimin dengan baik" jawab Taehyung pasti.
Yoongi tersenyum "baiklah, aku pergi dulu ya" pamit Yoongi kepada tiga bersaudara itu lalu keluar dari rumah besar yang mereka tinggali.
"Yoongi, tunggu" panggilan Seokjin menghentikan langkah Yoongi.
"kenapa hyung ?"
"kau yakin ingin melakukan itu ? dia ayahmu sendiri Yoongi" bujuk Seokjin untuk terkahir kalinya.
"Aku yakin, hyung. Orang yang sudah membuatku seperti ini akan menjadi orang yang membuatku berhenti, setelah menyelesaikan pekerjaanku. Aku akan berhenti dari pekerjaan ini " jawab Yoongi
"kau tidak perlu khawatir, jaga saja Jimin untukku" ucap Yoongi menepuk sebentar pada pundak Seokjin lalu pergi.
Seokjin hanya mengangguk, ia tahu tidak akan pernah bisa membuat Yoongi mengubah keputusan yang sudah ia buat, satu-satu nya cara adalah, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
****
" 1 tiket ke Daegu " ucapnya pada seorang petugas tiket, yang setelah itu memberinya sebuah tiket ke Daegu.
Setelah beberapa lama mengunggu, akhirnya kereta yang ia naiki datang, pemuda berkulit pucat itu duduk di sebuah bangku, menyandarkan kepalanya, memejamkan matanya memikirkan apa yang akan ia lakukan saat bertemu dengan ayahnya.
bis yang ia naiki sudah sampai tujuannya, Yoongi turun perlahan, matanya melihat sekitar, memutar semua kenangannya selama disini, dan mengingat bagaimana dia akhirnya bisa pergi ke Seoul dengan bekal uang yang diambil dari koper ayahnya.
Kaki rampingnya melangkah, menyusuri setiap jalan yang pernah ia lalui, juga bertemu dengan orang-orang yang dulu mengajarinya hidup sebenarnya.
"wah wah lihat bocah kecil kita sudah dewasa sekarang" ucap seorang pria yang sangat ia kenali, seorang pria yang mengajarinya bela diri sehingga memjadi seseorang yang seperti ini.
Yoongi hanya tersenyum miring, "aku ada pekerjaan disini, jadi aku harus pergi sekarang" jawabnya.
"pekerjaan apa ?" tanya pria itu penasaran, "aku tidak bisa beritahu, aku pergi dulu paman" pamit Yoongi lalu melanjutkan perjalanannya.
Yoongi berhenti saat berada tepat di depan rumahnya, rumah yang dulu pernah ia tinggali, meskipun banyak kenangan buruk, pemuda berkulit pucat itu tidak bisa memungkiri banyak juga kenangan indahnya disana.
tangan Yoongi maraih gagang pintu, memutarnya pelan dan membuka pintu kayu yang sudah sedikit dimakan rayap, kaki nya melangkah masuk, suasana rumahnya tidak jauh berbeda dari terakhir kali ia disini, hanya saja lebih sepi daripada dulu.
mata sipitnya melihat sekitar, foto-foto nya saat kecil masih tertempel di dinding nya, bahkan foto Jimin pun masih ada disana.
tidak ada tanda-tanda kehidupan disana, rumahnya sepi, ayahnya tidak ada dirumah kemana ayah ? tanyanya dalam hati.
kalau boleh jujur Yoongi sangat merindukan Jihoon ayahnya, meskipun ia benci tapi Jihoon tetap ayahnya, masih ada rindu di hati kecilnya.
saat Yoongi asik melepas rindu dengan rumahnya, suara pintu terbuka, menampakkan seorang pria paruh baya yang sedikit kurus membawa cangkul di pundaknya, menatap Yoongi dengan sendu.
"putraku kembali" Jihoon berlari kearah Yoongi lalu memeluk putra kesayangannya dengan erat.
"Yoongi, kau kembali nak, ayah benar-benar merindukanmu" ucapnya air mata bahagia nya mengalir.
Entah kenapa ada rasa bersalah di hati Yoongi, ia membalas pelukan ayahnya, dan tetjatuh dalam suasana hangat bersama sang ayah.
Jihoon melepas pelukannya, menatap dari atas ke bawah anaknya, "kau sehat kan nak ?" ucap Jihoon.
Yoongi hanya mengangguk, "duduk lah, ayo kita makan" Jihoon mengajak Yoongi duduk dimeja makan, sudah ada makan disana, terakhir kali ada banyak sekali makanan, tapi sekarang disana hanya ada satu jenis makanan, dan itu pun sudah tidak terlihat layak untuk dimakan.
"apa ini bisa dimakan ?" Yoongi baru bersuara sejak tadi. Jihoon terlihat berpikir "m mungkin masih bisa, kau tidak mau ? akan ayah belikan, ayah masih punya sisa uang hasil berkebun tadi" Jihoon merogoh sakunya yang terlihat lusuh.
"Tidak usah, hari ini aku akan traktir ayah, ayah ganti baju saja" Yoongi berdiri lalu pergi menunggu diluar.
Jihoon tersenyum "pitraku sudah sukses sekarang" gumam Jihoon lalu pergi ke kamar nya untuk ganti baju, setelah mengganti pakaiannya Jihoon menemui Yoongi diluar "ayah sudah siap, ayo pergi"
Ayah dan anak itu pergi menyusuri jalan, mereka hanya diam, pikiran Yoongi masih dilema dengan perlakuan ayahnya tadi, apa dia benar-benar harus melakukan tugasnya.
"Kita mau makan dimana, nak ?" tanya Jihoon memecah keheningan.
"Ayah mau makan dimana ?" tanya Yoongi.
"Ayah selalu ingin makan nasi goreng kimchi di seberang jalan bersama mu, kau tau ? masakan disana sama seperti masakan ibumu" ucap Jihoon dengan senyuman kecil di bibirnya.
"Baiklah, kita kesana" Yoongi menyetujui.
Setelah sampai di tempat tujuan mereka mereka memesan dua porsi nasi goreng kimchi, setelah pesanan mereka datang mereka mulai makan dengan tenang, suasananya sangat hangat, Jihoon banyak bertanya kepada Yoongi, sedangkan Yoongi hanya menjawab seadanya.
Setelah makan mereka selesai makan, mereka kembali kerumah, Yoongi duduk di ruang keluarga, dan Jihoon menyusulnya duduk disebelah putaranya dengan dua cangkir kopi ditangannya.
"minumlah" ucap Jihoon.
"Terima kasih" jawab Yoongi datar.
"Senang rasanya kau kembali nak, kau tau setelah kau pergi semuanya berubah, ayah tidak marah kau mengambil beberapa uang ayah, karena uang itu untukmu juga" ada jeda diantara ucapan Jihoon, sedangkan Yoongi hanya mendengarkan.
"tapi aku lebih senang lagi kau kembali tanpa anak sial itu" ucap Jihoon sambil meminum kopinya.
Yoongi mengepalkan tangannya, tadinya ia hampir menghilangkan niatnya untuk melakukan tugas, tapi setelah mendengar ucapan Jihoon, Yoongi naik pitam, "aku tidak mengajak Jimin kesini karena aku tidak ingin tugasku gagal karenanya"
Yoongi berdiri dari sofa lalu masuk kekamarnya, meninggalkan sang ayah yang masih bingung dengan perkataan putranya.
Di dalam kamar, Yoongi membuka tasnya, sudah ada banyak senjata tajam disana, "mana yang harus kugunakan besok" gumam Yoongi. tangannya berakhir pada sebuah pistol andalannya.
Bibir tipis Yoongi terangkat "kau terpilih".
KAMU SEDANG MEMBACA
Take My Eyes : Seoul Version
Fanfiction[COMPLETE] Keadaan yang membuat yoongi berubah Keadaan yang membuat Taehyung berubah Keadaan juga lah yang membuat Semua hubungan antara mereka berubah. Keadaan apa yang sebenarnya terjadi ?