Suasana hati Saka Galih agak terganggu karena perintah ayahnya tadi. Saat tengah memarahi Pranasuta, Mpu Wanayasa memanggilnya. Dikira karena ada hal penting, tapi ia malah disuruh mengantar Sukma Astagini ke kamar. Bukan hanya karena itu ia merasa sebal, tapi gadis yang datang bersama Pranasuta tadi akan menempati kamar mendiang ibunya.
"Menempati kamar biyung? Tidak bisa, Bopo! Kamar itu adalah satu-satunya kenangan dari biyung. Saya tidak pernah izinkan orang lain untuk masuk ke sana, lalu tiba-tiba Bopo menyuruh gadis ini menempatinya?"
"Tidak mungkin jika dia harus tinggal di asrama cantrik yang semuanya laki-laki. Dia juga bukan cantrik tapi tamu di padepokan kita...," ucap Mpu Wanayasa meyakinkan putrinya.
Sukma Astagini tidak ingin perdebatan terjadi di antara mereka. "Mpu, saya bisa tidur di mana saja. Gudang, dapur atau di gedhogan juga tidak apa...."
"Tidak Sukma! Kalau Galih tidak mengizinkan, Sukma bisa tidur di kamar saya dan saya sendiri akan tidur di asrama cantrik," sela Damarwangi.
"Saya juga tidak keberatan jika Sukma menempati kamar saya...."
"Ya sudah, Sukma tinggal saja di kamar biyung! Ayo, Sukma!" Tiba-tiba Saka Galih langsung berubah pikiran. Pasti karena Pranasuta yang menunjukkan perhatian pada Sukma Astagini tadi. Hatinya makin dongkol.
Sukma Astagini tersenyum saja pada perilaku Saka Galih. Sikapnya tidak berubah. Pemarah dan ketus. Namun sepertinya, Saka Galih telah melupakan pertemuan mereka saat masih berusia sepuluh tahun. Kamar ibu Saka Galih terletak di bagian belakang padepokan. Saka Galih banyak bercerita tentang ibunya yang bernama Retno Widuri.
"Biyung orang yang sangat baik juga pemurah, mungkin karena itu Betara Yamadipati sangat cepat menjemputnya."
"Nasib kita sama, Galih. Kita dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ibu," sahut Sukma Astagini.
Mereka sampai di depan kamar yang sengaja tak terhubung dengan bangunan padepokan. Saka Galih melepas palang hingga pintu terkuak lebar. "Ini kamar biyung." Saka Galih masuk diiringi Sukma Astagini dan membuka jendela. "Agak sedikit berdebu!" Telapak tangannya menutup hidung.
"Nanti saya bersihkan sendiri."
"Saya izinkan kamu tinggal di sini dengan satu syarat! Kamu jangan usil menyentuh apalagi menggunakan barang-barang peninggalan biyung yang ada di ruang sebelah." Saka Galih menunjuk pintu yang dihalangi tirai merah. "Soal pakaian, kamu boleh menggunakan pakaian biyung. Itu saja permintaanku, beristirahatlah...," katanya lagi.
Sukma Astagini tersenyum. Saka Galih melangkah pergi. Gadis yang hidupnya sebatang kara itu duduk di atas tempat tidur. Matanya melirik ruangan di sebelah kamar itu. Ada rasa penasaran yang timbul di benaknya. Namun, ia tak ingin Saka Galih bertambah benci padanya. Gadis itu pun membuka lemari tua. Pakaian di dalamnya masih cukup layak untuk dikenakan. Warnanya juga belum pudar. Saka Galih menjaganya dengan baik.
Indra penciuman Sukma Astagini menangkap aroma yang tidak enak. Seperti bau gosong. Pasti ada yang meninggalkan masakan di atas tungku pembakaran. Bisa berbahaya. Hal ini bisa jadi pemicu kebakaran.
Sekali lagi, indra penciumannya ditajamkan. Dan Sukma Astagini melihat sekitaran atap dapur dikelilingi asap hitam. Ia mempercepat langkah. Di atas tungku, wajan berisi telur goreng rupanya telah gosong. Serta beras yang ditanak dalam kendil telah mendidih sejak lama. Sukma Astagini langsung memundurkan kayu bakar hingga tersisa baranya saja dan mengaduk isi kendil. Juga menurunkan wajan. Ia mencari tutup dan dicocokkan pada kendil. Sekarang tinggal menunggu nasi matang. Dipastikan nasinya pasti akan berkerak. Sukma Astagini mendengar celotehan seorang pria di pintu belakang dapur. Perlahan ia mendekat. Ingin tahu apa yang dilakukan pria itu hingga melupakan kegiatannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/183889711-288-k687044.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keris Weling Putih : Pedhut Asmara
Ficción históricaKabut tenung menyelimuti langit Kediri. Penyihir dari Ghirah menjadi biang dari pagebluk yang menimpa rakyat Panjalu. Prabu Airlangga dan Patih Narotama meminta bantuan Mpu Bharada untuk menghentikan kejahatan Calon Arang. Calon Arang juga membantu...