Dengan pedang tajam di tangannya, Saka Galih langsung mencelat. Pedangnya bergerak ganas hendak membabat apa saja yang berada di depannya. Sukma Astagini merunduk lalu bergerak beberapa langkah ke samping. Tubuh Saka Galih yang terbungkus pakaian warna hijau mendarat mulus tak jauh dari tempat lawannya berdiri. Langsung menusukkan pedangnya, mengincar bahu Sukma Astagini.
Lagi-lagi Sukma Astagini hanya menghindar dari pagutan pedang. Seketika langsung menarik pedang miliknya untuk menangkis senjata yang tak berhenti bergerak mengurung tubuhnya.
Trangg!
Sukma Astagini selalu berhasil mencegah Saka Galih untuk menjadikan lehernya sebagai sasaran. Arah serangnya pun berganti. Mengincar bagian kaki yang dianggap lowong. Sukma Astagini mengangkat kaki kanannya. Tubuhnya memutar menjadi membelakangi Saka Galih. Dikira pancingan Saka Galih berhasil memecah perhatian Sukma Astagini. Nyatanya tidak. Telinga Sukma Astagini mampu mendengar suara pedang yang akan digunakan Saka Galih untuk merobek punggungnya. Dengan cepat Sukma Astagini menarik tubuhnya ke bawah. Dan kesempatan itu akhirnya datang. Sukma Astagini langsung memberikan gebrakan di perut Saka Galih.
Des! Des!
Dua pukulan sekaligus. Tak membuat Saka Galih mundur. Sedikit menghentikan gerakannya.
Sukma Astagini akhirnya berdiri sempurna. Mengayunkan pedang secara gemulai, mengembalikan serangan-serangan dari Saka Galih. Jurus Pancabahu. Karena gerakannya serupa, Saka Galih mampu menangkis setiap sapuan pedang. Sukma Astagini akhirnya menggunakan jurus Astabahu. Tadi Saka Galih ingin melihatnya bukan? Permainan pedangnya menjadi lebih luwes bahkan Sukma Astagini berhasil menendang pergelangan tangan kanan Saka Galih lagi. Kali ini gadis ketus itu terdorong dan melenguh pelan.
"Akh!" Pergelangan tangannya terasa kesemutan. Sukma Astagini sepertinya sengaja membiarkannya menghilangkan rasa nyeri. Sebagai gantinya, Sukma Astagini memainkan pedang dengan satu tangan, memutarnya seperti tongkat secara lihai tanpa membuat pedang itu terjatuh atau melukai tangannya sendiri.
"Kamu boleh berubah pikiran!" Sukma Astagini memperingatkan.
"Heh! Saya pantang menjilat ludah!" Saka Galih bersiap dengan pedangnya. Kedua kaki membentuk kuda-kuda.
Mengetahui jika kesemutan lawannya telah lenyap, Sukma Astagini pun mulai menyerang. Membawa pedangnya ke leher kanan sang lawan. Saka Galih memiringkan tubuh ke kiri. Namun cepat kembali menarik tubuhnya ke kanan sebab gadis berpakaian ungu itu segera menjegal indarannya dengan tangan kiri yang kosong. Untuk kali ini serangannya berhasil luput. Tangan kanan Sukma Astagini langsung mengarahkan pedangnya pada bagian perut.
Di sini, Saka Galih cukup kewalahan. Jika telat bergerak saja, perutnya bisa tertusuk ujung pedang Sukma Astagini. Di sela gerakannya menghindar, Saka Galih sempat mencoba memberi tendangan pada bagian perut putri sang patih itu setelah pedang di tangannya terlebih dulu menghentikan gerakan pedang lawan yang begitu lincah.
Tangan kiri Sukma Astagini balas memukul betis Saka Galih dan pedangnya seketika bergerak memutar hingga pedang Saka Galih terlepas. Saka Galih mencoba menyeimbangkan diri namun Sukma Astagini langsung menggerakkan tangan kiri untuk menghantam perut lawan. Tak hanya sekali, kedua bahu Saka Galih pun menjadi tempat mendarat telapak tangan Sukma Astagini. Serangan ganda.
Bugh! Des! Des!
Saka Galih terdorong cukup jauh. Sukma Astagini kembali menyarungkan pedangnya ke dalam warangka. Menunggu hingga Saka Galih berhasil menguasai diri. Dengan sekali hentakan, Sukma Astagini melenting, menyongsong Saka Galih dengan serangan baru.
Meski masih memegangi dada, Saka Galih tetap melayani gerakan tangan yang dilambari jurus Astabahu dari Sukma Astagini. Turut mempergunakan jurus yang sama walau baru dipelajarinya setengah. Sedikit kesulitan sebab tubuh Sukma Astagini lebih tinggi dari tubuhnya hingga sulit dijangkau. Tak jarang dadanya terkena pukul beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keris Weling Putih : Pedhut Asmara
Ficción históricaKabut tenung menyelimuti langit Kediri. Penyihir dari Ghirah menjadi biang dari pagebluk yang menimpa rakyat Panjalu. Prabu Airlangga dan Patih Narotama meminta bantuan Mpu Bharada untuk menghentikan kejahatan Calon Arang. Calon Arang juga membantu...