Ku pikir jika memiliki ayah, maka aku bisa merasakan kasih sayang seorang ayah sesungguhnya, Tapi aku tidak merasa demikian.
Sejak enam bulan yang lalu Mama memperkenalkan calon suaminya dan tentu saja akan menjadi calon Ayah ku.
Papa kandung ku telah meninggal sejak aku berumur tiga tahun, bayangkan saja bagaimana kerja keras Mama selama 11 tahun menafkahi ku, Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menikah lagi dan ya pria itu memang sudah mapan dengan pekerjaan sebagai manager dimana tempat Mama bekerja,
Meski usianya lima tahun lebih muda dari Mama, tapi ia lebih dewasa dari Mama.
Ia terlihat tua? Tidak. Tentu saja tidak, ia masih dapat dikatakan tampan diusia kepala tiga nya itu. Awal kami bertemu, aku bisa merasakan aura ke-bapa-an yang dipancarkannya, Sangat hangat.
Bahkan aku sangat setuju jika Mama menikah dengannya, Setelah 1 bulan aku mengenalnya akhirnya Mama dan dia menikah.
Awalnya, ia memperlakukan ku layaknya anaknya jujur aku bahagia, Karena sudah sejak lama aku menginginkan sosok seorang Ayah, Tapi dua bulan belakangan ini ia bertingkah aneh.
Saat aku ingin tidur, ia tak lagi mencium keningku, ia malah menempelkan bibirnya ke telinga atau bahkan leherku
Meski hanya kecupan biasa, tapi aku merasa aneh dan sedikit takut.
Pernah suatu ketika ia tak sengaja masuk kedalam kamar mandi dimana aku sudah dalam keadaan telanjang.
"Maaf nak, ku pikir tak ada orang" itulah yang diucapnya
Tapi aku bisa melihat dirinya yang menatapku dengan padangan yang berbeda, bahkan ia menjilati bibirnya saat itu.
Sejak saat itu, aku berusaha menjauh dari Ayah tiriku.
Saat akan tidur, aku akan mengunci kamar, tidak membiarkan diriku hanya berdua dengannya. Aku akan pulang malam dengan alasan belajar bersama teman-temanku.
Namun sepintar-pintarnya aku berusaha, aku tau suatu saat nanti akan ada masa dimana aku tidak bisa lagi menghindar.
"Son, Sudah pulang?" Ayah tiriku melipat korannya saat aku melewati ruang tamu.
"Eung seperti yang Ayah lihat. Dimana Mama?" Tanyaku basa-basi.
"Mama mu hari ini pulang ke busan untuk merawat kakek mu selama seminggu.."
"Se-seminggu?" Tanyaku ragu
"Kenapa son?"
"Ah gapapa"
"Cepat mandi lalu makan. Mama mu memasak makan malam sebelum ia pergi.." Aku mengangguk lalu berjalan menuju kamarku.
Setelah mandi dan makan, aku langsung kembali kekamarku. Aku merasa cukup lelah hari ini, karena seharian aku latihan bola untuk pertandingan antar sekolah bulan depan.
Baru saja aku hendak menutup mataku, tiba-tiba aku mendengar suara ketukan pintu. Dengan malas aku membuka pintu kamarku, dan well disana berdirilah Ayah tiriku dengan membawa bantal dan guling ditangannya.
"Son! Aku akan tidur dikamarmu. Aku tidak suka tidur sendirian.." Ucapnya dengan senyum mengembang.
Belum sempat aku mengajukan protes, ia masuk seenaknya kedalam kamarku dan menaruh bantalnya disebelah bantalku. Aku mendesah kesal. Sepertinya malam ini aku harus berbagi kasur dengan Ayah tiriku.
Sejenak aku melupan sifat anehnya belakangan ini, well saat tadi aku melihatnya, tatapan matanya mengisyaratkan seorang ayah. Lalu aku pun tidur dengan damai disebelahnya.