10: Confession

4.9K 744 33
                                    

Jennie memiringkan kepalanya di atas meja, tatapannya lurus ke arah jendela dimana langit nampak cerah. Sungguh ia merasa bosan di jam jam seperti ini, belum lagi sekarang pelajaran matematika.

   Kriiiinnngggg!!

   Bel istirahat berbunyi, setelah guru matematika itu undur diri, Jennie segera melesat meninggalkan kelas. Lebih baik ia segera mengisi perut.

   "Miss Edelweiss!"

   Jennie menoleh, seorang gadis teman sekelasnya dengan rambut di kuncir satu itu tersenyum manis ke arahnya.

   Alis Jennie terangkat, apa mau gadis itu sehingga mengajaknya berbicara? Biasanya semua orang memilih untuk menjaga jarak darinya.

   "Ya? Nona Clark?" Jennie melirik sesaat ke arah name tag gadis itu lalu kembali menatap bingung ke arahnya.
   "Ayo istirahat bersama!" senyum lebar gadis itu terangkat. Jennie tidak sadar kalau tangannya sudah di tarik gadis itu.






















Jennie menopang dagu, di hadapannya gadis dengan kuncir tinggi itu memakan makanannya dengan rakus.

   "Kau tidak lapar?" tanya gadis itu.

   Jennie menatap makanannya yang masih utuh, oh bahkan ia lupa bahwa dirinya belum makan sejak tadi pagi.

   Ia mengambil sendok dan menyendokkan sup hangat itu kemulutnya. Rasanya aneh, biasanya ia akan makan sendiri atau ditemani Jimin dan Jungkook.

   Tapi sekarang? Di hadapannya ada gadis aneh yang mengajaknya berkenalan, bahkan makan bersama.

   Gadis itu menyeruput kuah sup miliknya yang sudah tandas, lalu menatap Jennie yang makan dalam diam.

   Ia menepuk jidatnya setelah ia menyadari sesuatu. "Maaf, aku tidak sempat memperkenalkan diriku padamu, aku terlalu lapar hingga lupa."

   "Namaku, Sana Clark. Aku pengantin Dylan, kau pasti tahu dia karena aku pernah melihatmu dengannya." Sana tersenyum.

   Jennie tersedak mendengarnya, jadi dia pengantin si brengsek itu? Apalagi yang di rencanakan Dylan? Bahkan ia mengutus pengantinnya untuk menemui Jennie.

   Sana segera menyodorkan botol air mineral. Tanpa menunggu, Jennie segera mengambilnya lalu meneguk air itu.

   "Kau nampak terkejut." Sana terkekeh pelan.

   "Bagaimana rasanya dekat dengan Dylan?"

   Jennie mengernyit, kenapa Sana bertanya hal seperti itu padanya? Apa ia cemburu padanya?

   Sana tersenyum kecut, "Jangan kaget begitu, aku memang pengantinnya, tapi dia tidak menganggapku."

   Jennie mulai membenarkan posisinya, ia mulai tertarik dengan ucapan Sana. "Maksudmu? Bukankah seharusnya pasangan itu saling mencintai?"

   Sana menggeleng, "Kau belum tahu? Bagaimana awal mula kita semua bisa menjadi pengantin para iblis?"

   Jennie terdiam. Benar juga, ia tidak tahu alasan mengapa kedua orang tuanya harus menyerahkannya pada iblis.

   "Memangnya apa?"

   "Iblis memiliki usia ratusan tahun, saat kita berada dalam kandungan, mereka akan melakukan sesuatu pada perut ibu kita, aku tidak tahu apa yang mereka lakukan. Ibuku bilang itu sangat menyakitkan, mereka akan membuat ibu kita berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

   Itu memudahkan mereka untuk menandai kita sebagai pengantin mereka."

   Jennie mengerjapkan matanya, "Itu artinya..."

Miss Edelweiss ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang