Jennie menatap jenuh gadis di hadapannya, padahal keadaan kantin saat ini sangatlah ramai, tapi justru seakan semua suara lenyap begitu saja.
"Jennie!" Jennie tersentak saat Sana memanggilnya dengan gertakan dan ia langsung membuang nafas saat semua suara kembali terdengar di indra pendengarannya.
Tangan Sana dengan lembut menyentuh lengan Jennie, membuatnya segera menoleh dan menatap gadis yang di kuncir dua itu.
"Kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" tanya Sana khawatir.
Jennie menggeleng pelan, ia mulai mengaduk-aduk makanannya dengan tidak berselera. "Maaf, aku pasti mengejutkanmu tadi ya? Habisnya aku sudah memanggilmu berkali-kali dan kau hanya diam saja." gerutu Sana.
Matanya kini terfokus pada Sana yang kembali melahap makanannya. Benar, Sana adalah pengantin Dylan kan?
"Dylan dan Taehyung berkelahi. Taehyung luka sangat parah, dan kudengar Dylan lebih parah?"
Sana mengurungkan niatnya untuk menyuapkan makanannya ke mulut, ia lalu menghela nafas dan menatap Jennie lekat.
"Sangat parah, aku bahkan tidak sanggup mengobatinya. Dia juga menolak dibawa ke rumah sakit, sehingga aku harus merawatnya di rumah kami." jawab Sana.
Jennie menggigit bibir bawahnya, "Aku tahu mereka berdua tidak akan pernah bisa akur, tapi tidak bisakah kau menasihati Dylan agar tidak mengganggu Taehyung? Maksudku-"
"Tidak!" sahut Sana, Jennie terkejut mendengar jawaban gadis itu, wajah Sana perlahan berubah rautnya menjadi datar.
"Aku sudah memberitahumu bukan? Bahwa Dylan tidak menyukaiku? Sehari tanpa bertengkar saja sudah cukup bagiku, aku tidak bisa melarangnya terlalu jauh. Maaf." Sana tersenyum manis lalu beranjak dari kursinya, meninggalkan Jennie yang masih terdiam.
Jennie menenggelamkan wajahnya di atas meja, apa yang harus ia lakukan agar Taehyung tidak terluka? Apa ia harus mati agar para iblis itu tidak melukai Taehyung?
"Pagi Sweety!"
Jennie sedikit mendongakan wajahnya dan mendapati L tersenyum lebar sembari duduk di hadapannya.
Keningnya mengkerut menatap pria yang kini sibuk meletakan sebuah kotak dengan tangan satunya lagi memegang satu kotak susu.
Jelas Jennie heran, sudah beberapa hari ini L tidak kunjung terlihat. Bahkan ia hampir lupa jika saja pria itu tidak menghampirinya saat ini.
"Aku tahu kau pasti heran, aku baru saja kembali dari Korea, ada beberapa urusan keluarga." sahutnya disertai senyum manis.
Jennie terdiam sejenak, baru menyadari bahwa pria di hadapannya memiliki dua dimple yang menambah kesan tampan saat tersenyum.
"Aku bawakan oleh oleh untukmu, ya meskipun hanya barang sederhana, tapi aku selalu memikirkanmu selama di sana." L menyodorkan kotak kecil yang nampak elegan, berwarna hiam dengan pita abu-abu.
Jennie menatap kotak itu, lalu beralih pada wajah L yang masih disertai senyuman. "Apa ini?" tanya Jennie bingung.
"Buka saja dulu, aku yakin kau suka." L semakin melebarkan senyumnya saat Jennie dengan hati-hati membuka kotak itu.
Nampak sebuah gelang indah dengan liontin berinisial J dan beberapa ukiran bunga di pinggirnya, membuat Jennie membulatkan bibirnya.
Namun gadis itu segera memasukannya kembali ke dalam kotak, "Kurasa ini terlalu berlebihan, aku tidak bisa menerimanya, itu pasti barang mahal." tolak Jennie halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Edelweiss ✔
Fantasía❝Why should i engaged with King Devil?❞ [Baku-Completed] ⚠️ {Fantasy, Drama, Romance} "Ibu, Kenapa aku harus dikorbankan pada iblis seperti dia?" "Ibu juga tidak mau menyerahkanmu, tapi Ibu dan Ayah tidak boleh mengingkari perjanjian dengan 'mereka'...