9: Hampir Terbunuh

4.9K 767 61
                                    

Jennie menatap ke sekelilingnya dengan perasaan was was. Tangannya meremas ujung jaket yang ia kenakan.

Suasana sekolah saat ini sangat sunyi, ditambah lokasinya yang di penuhi oleh pohon dan dikelilingi hutan, menambah kesan horor bangunan tua itu.

Di tatapnya lagi layar ponsel, lalu di masukannya kembali ponsel miliknya ke saku jaket. Dengan bergegas ia menaiki tangga, menuju kelasnya.

Sementara di balik dinding di bawah tangga, Dylan menatap ke atas, mendengarkan langkah kaki Jennie yang perlahan menjauh.

Setelah di pastikan Jennie sampai di atas, Dylan pergi menjauh dari sana. Ia akan menunggu di suatu tempat dan menunggu kabar.

Jennie menatap lorong kelas yang gelap. Hanya cahaya bulan yang menerangi dan melewati jendela-jendela kaca di sepanjang koridor.

Hingga langkah kakinya berhenti tepat di hadapan pintu. Kepalanya mendongak ke atas, menatap papan kelas bertuliskan 11-2. Hanya sekedar memastikan bahwa ia tidak salah masuk kelas.

Tangannya bergerak membuka gagang pintu. Hingga suara pintu yang terbuka itu menggema, dan pintu terbuka perlahan.

Kelas nampak gelap, hanya deretan meja dan bangku yang Jennie lihat
Kosong.

Dengan ragu Jennie maju ke dalam. Baru beberapa langkah, pintu tertutup kencang akibat hembusan angin.

BRAK!

Jennie tersentak dan menoleh ke belakang. Ia mencoba mengatur nafasnya dan bergerak maju perlahan.

"Dylan?"

Hening.

"Jangan dekat-dekat dengan Dylan, dia berbahaya."

Sekarang ia baru menyadari betapa bodohnya dirinya yang memilih nekat. Seharusnya ia menuruti saja ucapan Jungkook waktu itu.

Jennie segera membalik badan, lebih baik ia segera pergi dari sana dan pulang.

"Mau kemana Miss Edelweiss?"

Langkah Jennie terhenti. Di hadapannya nampak seorang gadis yang duduk di atas meja sembari menatapnya dengan senyum menyeramkannya.

"Lisa?" Jennie mengernyitkan dahinya.

Sementara Lisa terkekeh sarkas, ia pun turun dari meja dan berjalan perlahan ke arah Jennie. Gadis itu mundur menghindari Lisa yang terlihat seperti hantu.

"Kau... Berani-beraninya merebut Alven dariku!" Senyum lebar Lisa masih tercetak jelas.

Jennie beringsut mundur, sayangnya tembok menghalangi pergerakannya. "Sial!" umpat Jennie.

"Mengumpat sayang?" Lisa berhenti tepat di hadapan Jennie. Tangannya terulur menyentuh dagu Jennie.

Wajahnya mengeras begitu mendapati wajah Jennie nampak tenang dan melemparkan ekspresi dingin padanya.

Ia tidak tahu, bahwa Jennie menutupi perasaan takutnya dengan topeng andalannya.

"Kau memang cantik." Lisa menyentuh pipi Jennie dengan kuku panjangnya.

"Tapi sayangnya aku tidak tahan untuk tidak membunuhmu." senyuman itu menghilang, digantikan dengan wajah penuh dendam dan rahang mengeras.

Lisa mengeluarkan pisau lipat dari balik celana panjang yang ia kenakan. Pisau itu nampak berkilau di terpa cahaya bulan.

"Mati saja kau!" Lisa menggeram, tangannya terayun hendak menusuk Jennie.

Namun dengan sigap Jennie menghindar, dan mendorong tubuh Lisa ke samping. Lisa terjatuh menubruk kursi dan meja, Jennie menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri.

Miss Edelweiss ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang