Prologue

3.5K 154 8
                                    

"Hah, enaknya."

Sebuah kopi karamel yang diseruput dipagi hari terasa sangat hangat dalam benak Zee.

Azizi Asadel, seorang siswa kelas 11 di SMA Negeri 48 Jakarta.

Walaupun terasa nikmat dimulut, namun lain halnya dengan ketenangannya saat ini.

Tahun ajaran baru telah menyambut dengan kurang ajarnya yang masih senang dengan ketenangan pagi hari, tanpa diganggu oleh siapapun. Ya, terkecuali dengan..

"Abang! Ayo udah jam segini ntar telat nih!" Sahut perempuan bertubuh pendek yang sudah berdiri didepan pintu apartemen mereka berdua.

"Huft... Iya dek, Iya!" Dengan cepat Zee menghabiskan kopinya yang masih setengah gelas dan segera mengambil kunci motor beserta tas dan jaket almamaternya.

Aurel Mayori, Adiknya Zee. Sekolah di SMP Negeri 48 Jakarta, dan sudah menduduki kelas 9. Memang untuk urusan rumah tangga, mayoritas Yori lah yang memegang kendali, dikarenakan abangnya yang sok sibuk padahal malas itu. Tapi memang, Zee adalah orang yang sibuk.

Posisi keluarga mereka yang cukup rumit mengharuskan mereka untuk tetap di Jakarta, sedangkan orangtua mereka berada di Singapura. Masalah penghasilan, Zee tidak perlu khawatir. Toh, dua cabang perusahaan orangtua mereka di jakarta Zee lah yang memegang kekuasaan. Tak heran mengapa Zee bisa membeli unit apartemen yang cukup mewah untuk ditempatkan oleh seorang pelajar SMA.

Sesampainya mereka di basement apartemen, tanpa lama-lama lagi Zee langsung berlari menuju tempat parkiran motornya dan menstarter motor Yamaha YZF-R6 warna hitam kesayangannya.

Brumm

"Ayo naik." Ajak Zee.

Setelah Yori duduk dan memeluk erat tubuh kakak satu-satunya itu, Zee langsung menggeber motornya dan segera menyusuri jalan-jalan besar Jakarta.

Sampailah mereka di SMP dan SMA negeri 48. Yah, walau tidak telat, tapi jika satu menit lagi terlewat, terpaksa mereka harus menjadi penjaga sejati gerbang sekolah.

"Kamu nanti mau pulang sendiri atau barengan?" Tanya Zee sebelum Yori masuk ke bagian SMP sekolah.

"Barengan ya bang! hari pertama masih blom mau ngapa-ngapain nih, Palingan nanti cuma ketemu bu Latipah sebentar terus jamkos!"  Sahut Yori yang sudah sedikit jauh dari parkiran motor.

"Hmm, yaudah."

Zee segera beranjak dari motornya dan segera berjalan kearah kelas barunya. Masih banyak muka-muka asing yang ia temui sepanjang perjalanan. Begitu pula dengan yang perempuannya. Tak sedikit juga yang terdengar berbisik-bisik dengan temannya ketika ia lewat didepan mereka-mereka.

"Eh, yang itu siapa? Dari SMP mana dah?"

"Heh, kayaknya dia kakak kelas deh! itu make almet OSIS!"

"Aduh, kakak ganteng banget sihh! ihh gemes!"

"Yah, memang nasib lah mempunyai muka ganteng dan ditempatin di kelas yang berada di lantai dua. hehe" gumam Zee ketika memperhatikan adik-adik kelas barunya itu yang terlihat tidak bisa diam seperti ikan yang keluar dari akuarium.

Baru saja Zee menginjakkan kakinya di kelasnya; 11-IPA 1, tiba-tiba ia disambut dengan seorang yang sudah sangat membosankan ketika dilihat dipagi hari.

"YO ZEE! Kita sekelas lagi nih! duduk bareng dongg!"

Chandra. Temen Zee sejak SMP, dan sobat-sobat 'gila' yang lain. Bukan timing yang tepat sesungguhnya jika ia harus muncul dihadapan Zee saat ini.

"Chan, lo bisa tenang dulu ga sekarang? Gua masih ga semangat buat belajar hari ini, jadi kalau mau ngobrol ntar malem aja di tempat biasa." Zee mendorong pelan badan Chandra yang cukup menghimpit jarak antar mereka berdua.

"Ah elah lu! Yaudah gua pokoknya duduk samping lu be! btw, adek kelas banyak yang cakep cakep nih, hehe"

"Trus mau lu?"

"Ya gapapa, mau minta tolong cariin aja sih!"

"Yaaa, babi laut!" Zee menjitak kepala Chandra cukup keras lalu berlalu untuk meletakkan tasnya di meja barisan paling kiri tengah kelas.

"Ih Zee! Sakit tau!" Chandra memegangi kepalanya yang terasa nyeri karena Zee.

"Oiya, nanti lu upacara jaga belakang gak?" Tanya Zee kepada Chandra.

"Hah? Upacara kan? Iya, gua shift kali ini. Sigit sama Abi juga udah siap siap ke lapangan. Ayo ikut ngga?"

Zee membereskan barang-barangnya terlebih dahulu, lalu kembali menghadap Chandra, "Yaudah ayo. jangan lupa siap-siapin anak barunya biar bisa cepet mulai upacaranya."

Mereka berdua; Zee dan Chandra berjalan menuju koridor anak kelas 10, mengusir mereka satu-satu dari kelas baru mereka. Tidak lupa juga mereka untuk segera memakai Atribut yang sudah di briefing H-2 masuk sekolah.

"Ayo ayo buruan! biar bisa cepet balik ke kelasnya!" Dengan jaket almamater OSIS yang mereka pakai, tidak perlu menunggu waktu lama untuk memobilisasikan anak-anak baru itu. Apalagi yang perempuan. Justru mereka malah mencuri-curi pandang kearah Zee dan Chandra yang berdiri di mulut pintu masuk.

"Hah? Hei, yang dibelakang itu kenapa masih disini?" Chandra menyahuti seorang siswi yang masih merogoh tasnya di pojok kelas

"Eh, anu kak... Dasi saya kayaknya ketinggalan. S-saya kira tadi udah saya masukin ke tas." Jawabnya dengan sedikit panik.

Chandra mengucek mukanya, tak habis pikir dengan kecerobohan adik kelas didepannya ini. 'Hari pertama udah ga bawa atribut? Hadehh' gumamnya.

Walau pelan, namun Zee bisa mendengarnya. Terlihat siswi itu mulai memelintirkan ujung bajunya. Ditengah-tengah insiden stress ini, sebuah keributan terdengar di luar. Chandra mengintip keluar dan terlihat ada beberapa anak yang mencoba melompati dinding belakang gedung, namun dipergoki oleh teman segengnya, Sigit.

"Woe woy! Itu mau ngapain itu?! Zee, urus dulu dah dia, gua mau urus yang dibelakang dulu." Chandra segera meninggalkan kelas tersebut, dan langsung pergi menyusul junior-junior berandalannya itu.

Zee masih berdiri dengan tegak sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya. Pandangannya masih kepada cewek didepannya ini. Nametag yang harusnya ia kenakan, malah digenggam ditangannya dengan kuat. Dengan sedikit kasar, Zee merebut paksa nametag tersebut dari tangannya.

"K-kak! plis jangan kak, jangan diapa-apain! M-maaf udah nyusahin.." Perempuan itu menjadi semakin panik, bahkan sampai ingin mengambil kembali nametag miliknya yang kini ada di tangan Zee.

Fiony Alveria
27 April 2005
158 cm


Zee melihat sejenak nametag tersebut setelah menahan kedua tangan Fiony agar berhenti bergerak.

Tak lama kemudian, tanpa berbicara apapun, Zee mengembalikan Nametag tersebut. Fiony pun tidak kalah kaget saat ini. Dan ia kembali dibuat kaget ketika Zee melepaskan dasi yang dikenakannya dan mengancingi bagian atas menretsleting almetnya.

"Nih pake. Daripada kamu malu-maluin diri sendiri di hari pertama." Zee menyerahkan dasinya kepada Fiony, dan diterima dengan malu-malu olehnya.

"M-makasih kak..."

"Zee. Jangan lupa dibalikin ya. Dah ayo kedepan" Zee pun meninggalkan kelas Fiony tanpa berkata-kata lagi.

-TBC-

HOLAAAA
YES, THIS IS IT, WELCOME
Yaps, inilah fanfict yang author maksud! hehe
Untuk kedepannya, Author bakal selang-seling publishnya, biar ga gantung juga yakk

Jangan lupa untuk vomment dan ikuti terus kisah Zee yang cukup berbelit dan mencerminkan hati author sebagai fans eakkk
XOXO

^LuvAuthor

In Return - JKT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang