3. Your debt!

997 87 3
                                    

Don't forget to Vote, Comment, Share and follow Author for your support!
Enjoy!! Luv^Author
.
.


Kriingg Kriiingg Kriiiiiiiiiinggggg

Akhirnya bel akhir sekolah berbunyi juga. Tanpa basa-basi lagi, Fiony langsung merapikan buku dan alat tulisnya, dan segera meninggalkan kelas. Bukan hanya karena ingin menemui Zee didepan lapangan basket, tapi juga karena berpasang-pasang mata yang menatapnya sinis.

Jujur saja, temannya di kelas baru tidak banyak. Mungkin, bukannya tidak banyak, melainkan hampir tidak ada. Ditambah lagi, apa yang terjadi saat istirahat pertama tadi. Beruntungnya, ada dua orang perempuan yang cukup ramah dengannya, dan sepertinya nyaman untuk diajak berteman.

Yang pertama, Jesslyn Callista. Anaknya memang kalem awalnya ketika dilihatnya, namun kalau sudah berbicara, tak akan ada yang dapat memotongnya. Dan ternyata, ia suka sekali bermain game moba, entah itu dilaptop, ataupun di smartphonenya.

Dan yang kedua, Zahra Nur, Alias Ara. Isengnya bisa dibilang diluar kendali. Walau mereka baru kenal, namun Ara sudah berkali-kali totalnya jika masalah mengganggu Jesslyn, dan anehnya Jesslyn hanya menerimanya dengan seksama. Tapi walau begitu, Ara termasuk teman yang cukup humble dengan temannya.

Tak butuh waktu lama untuknya sampai di lapangan basket. Keadaan masih sunyi, dan sepertinya ia adalah satu-satunya orang yang baru sampai di lapangan ini. Terlalu pagi kah untuknya pergi ke lapangan ini?

"Fiony,"

Sebuah suara seorang laki-laki terdengar memanggilnya dari jarak yang tidak cukup jauh. Dan ketika ia menghadap kebelakang, terlihatlah sosok itu.

Azizi Asadel, laki-laki yang baru saja ia kenali kemarin pagi, seorang anggota OSIS dan pemilik cabang perusahaan milik keluarganya.

"K-kak." Ucap Fiony sedikit canggung.

"Ini dasinya kak. Makasih ya." Fiony mengulurkan Dasi milik Zee yang sudah ia lipat serapih mungkin, dan disambut Zee dengan menerimanya dengan ramah.

"Sama sama. Tapi..." Zee menggantungkan kalimatnya.
"Harus ada timbal baliknya."

Fiony mengerutkan keningnya. "Maksudnya kak?"

"Lu udah gua pinjemin dasi, tapi gak gratis. Gua mau lu untuk melakukkan sesuatu."

Kali ini, Fiony benar-benar bingung dengan perkataan Zee. Apa yang Zee maksud? Apa yang harus ia lakukkan? Fiony sedikit merasa bersalah karena ia yakin tidak akan bisa membantu banyak.

"Gua mau lu jadi model buat agency gua, Asadel production. Gua gak nerima penolakan, karena gua udah ampe ngelanggar perintah buat 'tarik hukum' anak-anak yang ngelanggar atribut demi lo. Gimana?"

Fiony seketika menghentikan pernafasannya. Tawaran yang mungkin akan diterima mentah-mentah oleh perempuan manapun di SMA Negeri 48. Dan dari semua perempuan yang ada disekolah, justru Zee memilih dirinya untuk dijadikan model?

Tinggi standar, sifat sedikit tertutup. Cantik? Relatif. Sungguh, permintaan ini benar-benar diluar kepala Fiony.

"Maaf kak. Tapi kayaknya kakak salah orang, aku nggak bisa bayar kalau begitu." Fiony menundukkan kepalanya, berusaha untuk menjaga jarak agar tidak membuat heboh 'teman-teman'nya lagi seperti dikelas tadi. Tapi bukan Zee namanya kalau tidak keras kepala.

"Kayak yang gua bilang, gua gak nerima penolakan. Lo harus mau. Masalah bayaran, gua bisa urus nantinya. Gampang."

Fiony yang tadinya ingin berlalu untuk meninggalkan Zee menghentikan langkahnya, lalu berfikir sejenak.

"Gua dapet laporan dari temen-temen gua kalau kemarin lo kerja di minimarket. Bagaimana kalau ganti karir?"

Perkataan Zee barusan selain membuat Fiony tambah pusing,  juga membuatnya terkejut. Badannya mulai bergetar menahan malu. Namun secara tiba-tiba, Zee menggenggam kedua pundaknya, dan menatapnya dalam.

"Apapun yang membuat lo sampe kerja sampingan, gua gak perlu tau saat ini. Tapi gua juga mau bantu lu lebih banyak lagi, sekaligus jadi teman kamu. Lagipula, jasa untuk jasa kan?"

Fiony sudah tidak bisa berkutik lagi. Perlahan, iya menganggukkan kepalanya. "Iya kak. Aku mau." Jawabnya pelan.

Zee tersenyum kecil. Misinya untuk mencari seorang model pengganti sudah selesai. "Oiya Fi, gausah pake kak, Zee aja. Santai aja sama gua."

Fiony kembali mengangguk dan ikut tersenyum bersama Zee.

"Boleh minta kontak?" Tanya Zee sambil mengulurkan ponselnya.

Fiony mengambil ponsel tersebut lalu mengetikkan nomor WhatsApp-nya. setelah angka-angka tersebut sudah terdaftar di daftar kontak, ponselnya segera ia kembalikan kepada sang pemiliknya.

Zee menepuk jidatnya ketika membaca nama kontak yang baru saja dimasukkan Fiony.

Dek Fiony Imutt

"Hahaha" Fiony tertawa setelah mendengar geraman Zee yang seakan-akan menyesal meminta kontaknya sendiri.

"Yaudah, nanti gua kabarin lagi ya kapan-kapannya. Bye!"

Zee melambaikan tangan dan segera pergi meninggalkan Fiony dibelakangnya. Belum ia berjalan jauh, tangan kanan Zee ditarik pelan oleh Gadis anggun tersebut. Zee terdiam, ia sama sekali tidak terbiasa menggenggam tangan perempuan selain ibu dan adiknya.

"Kak, perempuan yang kemaren naik motor bareng kakak..." Fiony menjeda perkataannya, lalu melanjutkan. "I-itu siapa ya kak?"

Zee mengangkat sebelah alisnya. Perempuan? Siapa? Zee tertawa kecil mendengar pertanyaan Fiony. "Loh? Haha, siapa? kapan?" Tanyanya kembali.

Muka Fiony sudah merah padam menahan setiap rasa malu yang semakin lama semakin besar seiring dengan bajunya yang sudah mulai kusut akibat ulahnya meremas baju ketika gugup.

"Eh, mm... G-Gajadi deh kak, kayaknya salah orang!" Fiony membelakangi Zee, dan segera berjalan dengan tergesa-gesa.

"Hm, maksud kamu Yori ya?" Seketika Fiony menghentikan langkahnya.

"Yori, adek gue satu-satunya. Yaa, emang sih kata orang gua kadang terlalu manjain dia, tapi sebenernya dia mandiri kok. Kemaren pas pulang kan pasti kamu liatnya? Hahaha."

Kali ini, Fiony benar-benar malu. Udah beranggapan yang nggak-nggak, dan langsung ditanya ke orangnya. Dan hasilnya? Zonk.

"Emang kenapa nanyain Yori? Dia usil lagi?" Tanya Zee.

Fiony kembali menghadap Zee dengan badan yang lebih ditegapkan. Setidaknya ia tahu siapa sebenarnya gadis bertubuh kecil itu. "Gapapa sih kakk, imut aja dianya." Komentar Fiony asal.

"Waw, okedeh makasih ya, ntar gua sampein ke orangnya! Duluan!" Zee langsung berjalan meninggalkan Fiony yang masih mematung.

Fiony masih enggan untuk melangkah. Otaknya masih berputar-putar, mengingat wajah dan ekspresi Yori di tempat parkir pada hari itu.

Manis, periang, imut. Seakan-akan menjadi sumber energi positif bagi sekelilingnya.

Sepertinya Zee cukup beruntung untuk memiliki adiknya itu.

Fiony menyudahi pikirannya. Yang terpenting untuknya saat ini masih uang, cara mendapatkan uang, dan sumber uang, tidak lebih. Lebih baik, sekarang ia pulang saja sambil memikirkan beberapa pelajaran yang tadi masih mengganjal di kepalanya.

.
.
.

"HAHAHAHAHA... kak Anin, maaf ya, aku udah nemu model! haha" Zee melompat-lompat merayakan kemenangannya di tempat tidurnya, sambil berbicara sendiri membayangkan Anin sedang berada didepannya.

"Modelnya cantik lagi, anggun lagi, lucu lagi, manis? beuh. Boleh ya kalau udah selesai sesi foto aku bawa pulangg..."

"Kak Fiony gak bakal mau sama cowok yang kerjanya jumpalitan gajelas sambil ngomong sendiri kayak abang, jadi gausah mikir yang aneh aneh deh!" Zee terkejut ketika mendengar suara Yori dikamarnya. Ia menoleh untuk melihat sumber suara tersebut, namun mukanya terlebih dahulu dilempar dengan bantal.

"Aduh Yori!! Jangan gitu dongg!" Protes Zee dengan posisi terlentang.

"Biarin."

"Oiya, tadi abang abis ngobrol juga kan sama kak Fiony..."

Yori yang tadinya belaga dingin langsung menghadap Zee dan memasukkan handphonenya yang kedalam kantong bajunya.

"Trus trus?"

"Yaaa awalnya abang nanya-nanyain masalah kerjaan lah, kebetulan anak-anak lagi nyari-nyari model baru," Yori masih menyimak dengan seksama tiap kata yang dikeluarkan Zee.

"Yaudah, panjang lah. Nah, pas udah mau pergi dia nanyain kamu lhoo"

"Ihh? Nanyain gimana?"

"Yaa, kamu itu siapa, abang bilang adek kan, dia bilang kamu imut" Zee tersenyum usil sambil mengangkat-ngangkat kedua alisnya.

"HAH? Aaaaaaawwghghggh Senenggg!!" Yori mengerang-erang senang sambil mengacak-acak rambutnya yang panjang.

"Eciee ada yang ngefly nieee" Zee ikut mengacak-acak rambut Yori lalu memberi kecupan di pucuk kepalanya.

"Aaaah, jadi penasaran sama kak Fionyyy"

"Pengen ketemu? Hari jum'at mau sesi photoshoot kok, ikut yuk, abang nanti bawa mobil biar bisa ngobrol ngobrol."

"Mauuu"

Zee terus memerhatikan sifat bocah Yori yang tidak pernah terlihat membosankan dimatanya. Walau sebenarnya Yori selalu ranking 1 dari kelas 7 hingga kelas 9 sekarang, dimatanya Yori tetaplah adik bayi kawaii yang selalu available untuk dijahili dan diajak curhat baginya.

Zee terus terbayang-bayang, seperti apa ya Fiony dan Yori jika dipertemukan dalam satu waktu?

-TBC-

.

.

.

Hehehehe, kenapa malah ketagihan update In Return ya????
Entahlah, seru kan tapiiii, duh dik Yoriiii

Maaf ya kalau misalnya update kali ini sedikit pendek, maklumin lahh lagi sibuk-sibuknya :v oke oke?

Don't Forget to support by Vote, Comment and follow!
Luv^Author



In Return - JKT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang