8. Past

701 67 1
                                    

Don't forget to Vote, Comment, Share and follow Author for your support!
Enjoy!! Luv^Author
.
.

Zee melempar tas ranselnya ke sofa ruang kerjanya. Rasa penat terus menghantui dirinya sampai keluar lingkungan sekolah. Saat ini, membaringkan diri serasa sangat melegakan baginya daripada harus memikirkan basa-basi Amir tadi.

kriik

pintu ruang kerja Zee terbuka kembali, memunculkan Fiony yang menyusul setelah berbicara dengan penjaga toko didepan. 

Fiony menghela nafas panjang melihat Zee menyembunyikan perasaannya sekarang. Ingin sekali rasanya membantu, hanya saja Zee seakan menutup diri tiap kali ia bertanya di mobil sedari tadi.

"Kamu sebenernya kenapa sih bang?" Fiony bertanya pelan. namun tetap saja, Zee enggan sekali bahkan hanya untuk mengangkat suara.

"Kalau kamu ada masalah ngomong dong."

"hm... ga ada apa apa kok."

Zee terus saja memainkan ponselnya, berbincang dengan ketiga temannya. Oke, sekarang Fiony sudah mulai risih.

"Zee, aku tau kamu ada masalah sama sepupu kamu itu kan? Kak Chandra udah cerita ke aku sebelum kita pulang. Tapi gak gini dong caranya. Sampe setega itu kamu ninggalin Yori pulang sendirian, padahal dia ada jadwal photoshoot lho hari ini di studio."

Zee langsung bangkit dari rebahannya, dan langsung mengecek kalender di mejanya. Sial, benar-benar hari yang buruk bagi Zee. Memang benar hari ini seharusnya adalah jadwal photoshoot Yori untuk mengiklankan produk pudding terbarunya di studio utamanya.

"Astagaa, ahh... Lupa aku Fi, sebentar ya aku telfon Yori dulu."

"Kak Chandra tadi udah aku minta tolong anterin Yori sebelum kita pulang. Dia udah tau kamu bakal begini bang."

Fiony mengelus pelan punggung Zee yang masih terduduk merenungkan kebodohannya.

"Sebenernya kamu ada apa sama kak Amir?"

Zee menggelengkan kepalanya pelan. kedua tangannya menutup mukanya dari pandangan Fiony. Rasanya lelah sekali hanya dengan mendengar nama yang barusan Fiony sebut.

"Aku capek Fi..." Suara Zee mulai bergetar pelan. Fiony terkejut mendengar reaksi kekasihnya yang biasanya cengengesan dan tertawa seperti anak kecil ini mendadak sentimentil.

"Aku capek dibanding bandingin sama Amir..."

Zee melepaskan air matanya terjun bebas. Fiony yang mengerti akan kondisi Azizi hanya bisa mendekapnya seerat mungkin, memberinya rasa hangat yang selalu Zee butuhkan.

Rasa hangat yang sebenarnya Zee butuhkan dari dulu. Sejak dini.

***
~flashback on~

"Papa, Papa! Jualan aku disekolah tadi laku semua! Udah abis ini" Zee yang saat itu masih kelas 2 SD memperlihatkan Dyo uang yang telah ia kumpulkan dari hasil ia berdagang kartu mainan dengan temannya.

Namun bukannya senang, Dyo justru memandang Zee penuh kekesalan.

"Zee, Amir udah mulai belajar bantuin administrasi keuangan keluarga, kamu malah asik-asikkan jualan kartu gak penting sama temen-temen kamu?"

Zee mendadak shock mendengar kata-kata papa nya. Belum sempat berbicara lagi,  uang yang  tadi Zee tunjukkan langsung ditepis Dyo.

"Kamu nanti pas udah besar mau jadi apa hah?"

.

.

"Agh, Zee sakiiit!!" Teriak Amir merintih kesakitan. Lututnya mengeluarkan darah segar, kulitnya juga terkelupas.

In Return - JKT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang