Chapter 3

851 58 1
                                    

Ri berjalan keluar hotel, ia memakai kaos merah muda dimasukkan kedalam rok putih selutut dipadukan dengan sneakers berwarna putih miliknya, tak lupa kacamata hitam dan topi untuk menghindari cahaya matahari yang menyilaukan. Ia terus memandangi buku panduan yang kebetulan ada di meja resepsionis hotelnya. Ri terus berjalan sampai ia tiba di pelataran Gereja Katedral Milan.

Ia sedang asik berjalan sambil memeriksa handphonenya sampai tidak sadar telah menbarak seseorang sampai ia sendiri ikut terjatuh menimpa pria yang ditabraknya itu.
Sorry.” Ri segera bangun dan membersihkan roknya yang agak kotor.
“It’s ok.” Pria itu menurunkan kacamata hitamnya dan menatap Ri yang sedang merasa bersalah.
Ri tertegun menatap wajah pria yang tidak asing itu.

Ri pov

Aku seperti mengenal pria ini, namun aku tidak dapat mengingat namanya. Tanpa sadar aku sudah menatapnya cukup lama. Ia melambaikan tangannya ke wajahku.
Are you ok?”
Aku benar-benar tidak dapat mengingatnya.
Have we met before?”
Pria itu menggeleng pelan, membuat ku malu. Aku pun segera pergi setelah meminta maaf padanya.

Aku sibuk mengabadikan suasana pelataran Katedral Milan siang itu dan memutuskan untuk masuk ke dalamnya. Setelah membeli tiket rupanya rok ku tidak memenuhi persyaratan untuk masuk ke dalamnya sehingga petugas di loket memberikanku sebuah jubah hitam. Aku sedang masuk ke dalam antrian ketika bagian belakang tubuhku seperti di dorong seseorang.

Sorry.”Suara pria yang tak asing itu membuatku menoleh kebelakang namun aku hanya menemukan dada bidangnya disana, ia sangat tinggi membuatku mendongak ke atas. Ia tersenyum ramah, pria itu lagi rupanya. Ia masih menggunakan kacamatanya, dan sekali lagi ia mengingatkanku pada seseorang. Ia juga menggunakan jubah hitam sepertinya karena celana pendeknya tidak menutupi lututnya.

Where are you come from?” Bisiknya sambil terus mengikuti antrian.

“Indonesia.” Kataku sesaat kami berhasil masuk ke dalam, aku sedang sangat takjub melihat pilar-pilar megah yang terdapat di dalam sana. Saat aku menoleh pria itu sudah tidak ada dibelakangku.

Hi batman oh I mean batwoman, what are you looking for?” Tiba-tiba saja pria itu sudah ada di depanku, ia sudah melepas kacamatanya, membuatku dapat dengan jelas mengingat orang ini.
“Kim Namjoon?” Gumamku sambil menatap wajahnya lekat. Namun ia sepertinya takut atau tidak nyaman dengan keberadaanku sehingga ia pergi begitu saja setelah aku menyebut namanya.

Author pov

Ri baru saja keluar dari Katedral Milan dengan senyum sumringah di wajahnya. Ia baru saja ingin berfoto selfie ketika seseorang tak dikenal menghampirinya dan menawarkan diri untuk mengabadikan fotonya di depan pelataran Katedral. Namun saat Ri akan memberikan handphone itu Namjoon datang merebutnya. “She’s with me.” Namjoon menarik Ri menjauh dari pria itu. “Jangan sembarangan memberikan barang berhargamu di sekitar sini, biasanya mereka akan memintamu untuk membayar dalam jumlah besar. Jika tidak maka handphonemu akan di ambilnya.” Jelas Namjoon panjang lebar dengan bahasa Inggris. Ri berpikir cukup lama untuk mencerna kalimat panjang itu.
“Ah.. Thank you.” Ia nampak menghela nafas panjangnya mengingat kejadian yang mungkin terjadi jika tidak ada Namjoon kala itu.

“Jadi kau mengenaliku?” Namjoon menatap Ri lekat. Ri hanya mengangguk kecil lalu menunjukkan wallpaper handphonenya.

“Kau ini benar-benar dia?” Ri menunjuk wajah yang terpampang di layar handphonenya itu.

“Kau ini benar-benar dia?” Ri menunjuk wajah yang terpampang di layar handphonenya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Our Dream • KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang