Chapter 12

669 57 1
                                    

Aku sudah berada di bandara dengan koper biruku menunggu penerbangan ke Jakarta setengah jam lagi. Ku lihat handphoneku tidak ada satupun notifikasi masuk. Hanya satu pesan terakhir dari Naya beberapa menit lalu yang memintaku untuk berhati-hati. Tidak terasa liburanku harus berakhir, rasanya aku tak ingin meninggalkan negara ini. Terutama kenangan yang terukir di sini, kalau aku harus terbangun setelah ini dan ternyata semua kenangan itu hanya sebuah mimpi aku tetap sangat mensyukurinya.

Ku matikan handphoneku sepanjang perjalananku pulang, aku menghabiskan waktu dengan buku yang aku beli di Venesia kemarin. Enam belas jam terasa begitu lama, satu buku novel berhasil aku tamatkan, sudah beberapa kali aku memutar playlist lagu BTS, punggung ini terasa panas. Ku pandangi awan awan yang tadinya cerah menjadi gelap. Tanpa terasa mataku ini menyerah, aku tertidur lelap hampir 3 jam. Leherku terasa nyeri karena posisi tidurku yang kurang baik namun tak masalah karena sebentar lagi aku akan tiba di tanah kelahiranku. Ku sandarkan tubuhku menikmati awan-awan yang dapat ku lihat dari jendela. Pengumuman untuk landing sudah terdengar, ku pasang sabuk pengamanku dan tentu saja ku pejamkan mataku karena proses ini tidak kalah menakutkannya dengan take off.
Roda pesawat sudah menyentuh tanah Jakarta, getarannya membuatku berani untuk membuka mataku lagi.

Aku melangkah keluar, menikmati sejuknya angin pagi di Jakarta. Ku tarik koperku perlahan melangkah keluar terminal kedatangan, baru saja aku ingin memesan taksi online ketika Naya dan Manda berlari menghampiriku.

"How was your holiday?" Tanya Naya setelah puas memelukku.
"Great."

Ternyata mereka menjemputku padahal terakhir kali ku ingat Naya hanya mengatakan hati-hati saja. Sungguh aku bersyukur memiliki mereka. Aku duduk di kursi belakang sedangkan mereka langsung mengintrogasiku mengenai Namjoon yang dilihat Naya saat kami videocall. Aku tak berkata apa-apa, aku hanya mencari foto Namjoon yang ia ambil di handphoneku.

 Aku tak berkata apa-apa, aku hanya mencari foto Namjoon yang ia ambil di handphoneku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ah ini mah bisa dapat dimana aja." Manda memprotesku. "Foto berdua loh. Masa kalian gak foto berdua?"
Aku berpikir sejenak namun memang kami tidak sempat foto berdua dan yang terakhir kali itu diambil di handphone milik Namjoon. Aku hanya diam dan membiarkan saja jika memang mereka tidak ingin mempercayaiku. Aku baru sadar bahwa aku belum menghidupkan mobile dataku sejak tadi. Baru ku nyalakan sudah ada beberapa notifikasi panggilan masuk tak terjawab dari Namjoon. Tak lama sebuah panggilan video darinya terpampang di layar handphoneku. Ragu-ragu ku usap layar ku untuk menjawabnya. Wajah berantakanku ini akhirnya terpampang di sana. Begitu juga Namjoon yang terlihat tanpa make up, sepertinya ia sedang bersantai di kamarnya.

 Begitu juga Namjoon yang terlihat tanpa make up, sepertinya ia sedang bersantai di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau darimana saja? Kenapa nomormu tidak aktif berjam-jam? aku mengkhawatirkanmu." Suara khasnya terdengar keluar melalui speaker handphoneku membuat Naya menoleh dan Manda mengurungkan niatnya untuk melajukan mobil. Mereka menunjuk-nunjuk handphoneku seraya bertanya apakah itu Namjoon. Aku mengangguk kecil.
"Kau sedang bersama siapa? Apa aku mengganggumu?"

"Aku baru saja tiba di Jakarta dan di jemput teman-temanku."

Saat aku berkata begitu, terlihat Jimin dan Jungkook menatap ke layar handphone Namjoon karena aku dapat melihat mereka tersenyum ke arahku sekarang. Namjoon yang bingung melihatku menahan tawa lantas menoleh ke belakang. Sedetik kemudian aku hanya dapat melihat langit-langit kamarnya saja. Terdengar teriakan Namjoon memanggil kedua adiknya itu. Tak lama ia kembali "Ri, I'll call you later."
Kemudian ia memutuskan panggilan itu. Kini aku ditatap tajam oleh kedua sahabatku yang berada di kursi depan. "Iya iya nanti ceritanya kalau udah sampai kamar gue ya." Namun mereka menolak dan membuatku harus menceritakan semuanya dari awal pertemuanku dengan Namjoon hingga hari dimana kami berpisah karena ia harus pulang terlebih dahulu.

"Dia ga ikut konser malah dapat jackpot di Italia Nay." Naya masih terdiam, matanya tertuju ke arah jalan. "Nay lu kenapa?" Aku ikut menepuk bahu Naya untuk menyadarkannya.

"Lu kenapa Nay?" Aku ikut bingung melihat tingkahnya itu.

"Itu tadi berarti beneran ada Jimin pas Namjoon teriak manggil dia?"
Naya berbicara tanpa melihat ke arahku.

"Hmm harusnya sih iya Nay soalnya Namjoonnya kan beneran Namjoon." Jelasku walaupun terdengar sangat berbelit-belit.

"Cerita lu itu mirip sama fan fiction yang pernah gue baca Ri." Tambah Naya. Aku dan Manda hanya terdiam karena sadar sepertinya Naya belum sepenuhnya sembuh dari post concert depression nya.

Akhirnya ku tiba di tempat ternyaman di seluruh dunia, kamarku. Naya dan Manda dengan baiknya merawat kamar ini selama aku pergi. Kini mereka sedang asik memilah oleh-oleh yang ku bawa. Sedangkan aku memutuskan untuk mandi dan menyegarkan tubuhku yang sangat lelah karena duduk selama 16 jam. Tubuhku masih dipenuhi busa sabun ketika Naya mengetuk pintuku dengan terburu-buru. Aku membukanya sedikit dan ku temukan Naya membawa handphoneku disana ada panggilan masuk dari Namjoon.
"Ah biarkan saja."

"Lu gila ya Ri ini kan Namjoon."

"Tapi gue belum selesai Naya." Aku lantas menutup pintu kamar mandiku dan tak menghiraukan Naya. Namun dia mengetuknya lagi.

"Kenapa lagi Nay?"

"Ini." Aku melihat deretan angka yang sudah sangat ku hafal di layar. Satria, mau apalagi pria itu.

...

Namjoon pov

Setalah menunggunya hampir seharian akhirnya aku dapat menghubunginya lagi, aku benar-benar lupa padahal sebelumnya ia telah memberitahuku bahwa ia juga akan pulang esok paginya. Ku lihat wajah polosnya itu kini mengangguk seperti ada orang lain yang menemaninya di sana. Entah kenapa hatiku menjadi sedikit lega telah melihat wajahnya lagi.
Ia tiba-tiba saja terlihat ingin tertawa, namun ia menahannya. Ku perhatikan wajahku dengan seksama tak ada yang aneh, dan aku menemukan dua bocah itu di pojok layarku sedang tersenyum menggoda.
"Yak, Jungkook-ah, Jimin-ah." Aku refleks berlari mengejar mereka.

"Aku sudah melihatnya, kekasih Namjoon hyung." Jimin terlihat bersemangat berteriak-teriak di telinga Hoseok yang sedang menyantap makanannya.

"Dia bukan kekasihku. Haisssh."
Aku kembali lagi ke kamar dan melihat handphoneku yang tergeletak. Ri masih di sana menahan tawanya. "Aku akan menghubungimu lagi nanti." Ku matikan handphoneku tepat di saat Hoseok masuk ke kamarku. Ia ikut berbaring bersamaku seperti sedang menungguku untuk memulai bercerita.

"Dia bukan kekasihku, sungguh!!"
Hoseok hanya tersenyum kecil, lalu merebut paksa handphoneku. Ia terus menatap wallpaper yang ku gunakan. Seperti sedang meneliti sesuatu, matanya benar-benar menatap fokus ke wajah Ri yang tertutup jemarinya.

"Lalu kenapa kau pasang foto kalian menjadi wallpaper?" Hoseok nampak menyelidikku, tatapannya tak lepas seperti menunggu jawabanku.

"Tidak ada alasan apa-apa, nanti akan ku ganti." Dia kini menatap langit-langit kamar seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Sejujurnya aku memang tak ada hubungan apa-apa dengannya, hanya saja saat pertama kali aku bertemu dengannya di Milan ia sungguh menarik perhatianku." Hoseok menoleh ke arahku sejenak dan kembali masuk ke dalam lamunannya.

"Setidaknya kau harus lebih mengenalnya, pekerjaan kita itu sangat beresiko. Jika dia jahat maka karirmu yang akan hancur, jika dia baik maka ada resiko lain yang menghantuinya, yang pasti kau lebih tahu soal itu ketimbang aku."
Hoseok tersenyum tipis lalu bangun dari tempat tidurku, meninggalkanku yang masih mencerna setiap kalimatnya.

Aku harus lebih mengenalnya ya? Baiklah.

...

Hai.. semoga masih mau dengan sabar menunggu kelanjutan ceritaku ini ya. Hehe... Bahagia selalu wahai pembaca-pembaca ku.

Our Dream • KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang