Chapter 10

715 57 0
                                    

Aku masih tertegun mendengar ucapan Namjoon sebelumnya. Bingung harus merespon apa karena ya memang aku hanya mengetahui dirinya di depan kamera. Selebihnya pengetahuanku tentangnya nihil, apa aku terdengar sok tahu dan membuatnya tersinggung? Semua pikiran itu berkutat di kepalaku. Hingga ia terkekeh pelan dan kembali merebahkan dirinya di tempat tidur.
"Aku tak sebaik yang kau pikir, akupun sama seperti manusia lainnya. Aku bisa kuat dan seperti sekarang itu berkat dukungan yang aku dapatkan dari ARMY. Kau akan tahu setelah  kau mengenalku lebih jauh. Bahkan sampai detik ini pun aku selalu berusaha memperbaiki diriku secara terus menerus. Dan setelah mendengar ucapanmu tadi aku merasa bangga bisa menjadi salah satu motivasi untukmu." Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya. Tak lama ia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. "Apa kau lapar? Mau makan malam?" Aku mengangguk kecil , ia lantas bangun dari tempat tidur dan menarik tanganku.

"Ayo kita coba restoran di hotel ini!"
Aku mengikuti langkahnya, dia juga menyamai besar langkahku agar aku dapat mengikutinya dengan mudah. Kami pun tiba di balkon restoran itu dan mendapatkan pemandangan yang menakjubkan.

Aku berjalan perlahan dan memilih kursi yang dekat dengan kanal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berjalan perlahan dan memilih kursi yang dekat dengan kanal. Malam itu langit sangat cerah sehingga kami dapat melihat bintang berkelap-kelip menyapa satu sama lain.

Namjoon memesan makanan untuk kami, lalu kembali menatapku setelah duduk tepat di hadapanku. "Managermu? Apa tidak makan malam juga?"

"Dia sedang berkemas untuk besok, tadi aku sudah mengajaknya namun ia bilang akan makan di kamar saja." Aku hanya mengangguk kecil dan kembali menikmati pemandangan kota Venesia malam itu. Lampu-lampu yang terpancar di setiap bangunan seperti membentuk rasi bintang. Udara malam itu juga sangat sejuk, sesekali aku mengeratkan genggaman tanganku sendiri menahan dinginnya angin yang berhembus. Namjoon meraih kedua tanganku dan menghangatkan dengan tangannya, sesekali ia meniupkan nafas hangatnya. "Kau mau pakai jaketku?" Aku hanya menggeleng pelan.

"Ri, aku minta maaf soal kejadian sore tadi." Pikiranku melayang ke setiap kejadian yang terjadi di sore hari. Mencari bagian mana yang membuatnya harus meminta maaf dan tak berhasil menemukan apapun.

"Untuk apa?" Namjoon mengeratkan genggamannya.

"Ah itu tadi di gondola, aku terbawa suasana. Aku tidak bermaksud begitu." Detik itu juga jantungku serasa mencuat dan mempercepat debarannya. Kini aku paham apa yang sedang dibicarakannya.

"Iya aku mengerti, aku pun. Maaf jika selama dua hari ini aku sering kali bersikap lancang." Namjoon tersenyum mendengar ucapanku.

"Ri, besok aku sudah harus kembali ke negaraku." Mendengar kalimatnya itu membuatku refleks memotongnya namun tanpa ku sangka kalimat yang keluar dari mulut kami merupakan hal yang sama persis.

"Boleh aku tetap menghubungimu?"
Sontak kami berdua tertawa bersama.

Hingga akhirnya pesanan kami tiba dan kami disibukkan dengan makanan kami masing-masing. "Ri, aku ingin mengenalmu lebih jauh lagi. Kau tidak keberatan kan?"

Our Dream • KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang