Chapter 7

758 58 4
                                    

Setelah 30 menit perjalanan, rupanya Namjoon sudah terlelap tidur. Kepalanya bersandar di bahu Ri dengan nyaman. Ri yang sudah puas tidur berjam-jam memutuskan untuk memakai earphonenya dan mendengarkan beberapa buah lagu untuk menemani perjalanannya.

 Ri yang sudah puas tidur berjam-jam memutuskan untuk memakai earphonenya dan mendengarkan beberapa buah lagu untuk menemani perjalanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kereta terlihat tidak begitu ramai karena memang ini bukan waktu liburan. Masih ada dua jam perjalanan yang harus mereka lalui. Ri hanya diam karena canggung dan bingung harus berbincang apa dengan manager Namjoon yang duduk berhadapan dengannya.
Hingga akhirnya sang managerlah yang membuka suara setelah hampir satu jam keheningan.
"Jadi kau benar-benar hanya sendiri kesini?" Ia menyeruput kopi yang belum lama dipesannya.

"Iya, seharusnya berdua. Tapi orang itu membatalkannya sepihak." Ri menoleh sedikit ke arah Namjoon yang kini memindahkan posisi kepalanya.

"Ah begitu rupanya. Aku ingin minta satu permohonan padamu." Sang manager menatap Namjoon yang semakin pulas. "Tolong jangan beritahu media manapun soal liburan bersama kita."

"Tentu saja. Aku juga tidak ingin membuatnya kesulitan apalagi jika itu karenaku." Ri melirik ke arah Namjoon, membuat sang manager paham siapa yang dimaksud Ri.

"Terima kasih banyak Ri."
Ri mengangguk dan tersenyum kecil.

Mulai saat itu keheningan dimulai, manager Namjoon ikut terlelap. Tinggal Ri sendirian sedangkan masih tersisa 1 jam perjalanan lagi. Ri kembali memasang earphonenya. Ia buka salah satu website media berbagi video, dan dicarinya video itu. Video yang selalu berhasil membuatnya tertawa setiap kali melihatnya. Ri terhanyut hingga tak sadar dengan Namjoon yang sudah bangun dari tidurnya sejak beberapa menit lalu.

Namjoon pov

Ku rasakan leherku agak pegal karena posisi tidur yang tidak benar. Ri sedang serius menatap layar handphonenya tanpa menghiraukan aku yang sudah terbangun disebelahnya. Ku arahkan pandanganku ke layar handphonenya, ku perhatikan dalam beberapa detik. Rupanya anak ini sedang melihat kompilasi video konyolku. Dia terlihat sangat senang bahkan sesekali bergumam yang aku tidak mengerti. Hingga tanpa sengaja ku lihat panggilan masuk di handphonenya, ia menamai orang itu mine dengan tanda hati di belakangnya. Sepertinya itu kekasihnya namun ku lihat raut wajah Ri berubah kesal. Ia bahkan tak menjawab panggilannya dan malah menghapus kontak bernama mine itu.

Aku mencoba tak penasaran tapi sungguh hatiku tak bisa diajak berkompromi detik ini. Ku berdeham untuk mendapatkan perhatiannya. Ia menoleh ke arahku dan tersenyum dengan senyuman mematikan itu lagi.
"Maaf jika aku lancang, tapi kenapa kau tak menjawab panggilan tadi?"
Ri tersenyum namun ku tahu senyuman itu tak setulus senyuman sebelumnya. Kemudian ia menyilang kedua jari telunjuknya dan berkata "My". Mantan kekasihnya, apa itu Satria? Pria yang ia sebut semalam.
Bodohnya mulut lancangku itu sekali lagi tak dapat menahannya.
"Satria?" Ri nampak terkejut kemudian ia terlihat berpikir sejenak.

"Bagaimana kau bisa tahu? Ah apa aku menyebutnya saat aku mabuk kemarin ya?" Ri terlihat seperti menyembunyikan perasaan sakitnya saat mendengar nama itu ku sebut.

Our Dream • KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang