10 - Fall In Love

609 25 114
                                    

HUJAN semalam, masih terus mengguyur Ibu Kota hingga sampai pada pagi hari ini. Oleh sebab itu, upacara bendera yang sudah menjadi rutinitas di hari senin pagi, terpaksa harus ditiadakan. Hal tersebut, membuat seluruh penghuni sekolah masih memiliki waktu 30 menit sebelum jam mata pelajaran pertama dimulai.

The Richest memilih menghabiskan waktu mereka, untuk berkumpul. Kali ini, kelas Raja menjadi tempat utama untuk berkumpulnya anak konglomerat itu. Walaupun pada kenyataannya, kini mereka berempat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Mereka semua asyik menatap layar ponsel. Kendati begitu, Gavin lebih memilih membaca buku mata pelajarannya, sebagai bekal ulangan hariannya nanti.

Kevin memandang takjub layar ponselnya, yang memperlihatkan berita tentang pengeluaran miniatur sepeda motor balap terbaru, dari seorang pembalap yang berasal dari negara Italy. Pembalap tersebut merupakan pembalap idola kakaknya. Seorang pembalap dengan bernomorkan 46. Kali ini, ia membulatkan tekad untuk bisa memiliki benda tersebut, yang merupakan limited edition. Sebab, hanya ada lima buah saja di seluruh penjuru dunia.

Mendadak tekadnya menjadi ciut saat mengetahui harga untuk satu buah miniatur tersebut. Angka yang cukup fantastis hanya untuk sebuah miniatur sepeda motor saja. Tapi, untuk mereka yang sangat gemar mengoleksi benda tersebut, berapapun harganya pasti akan berlomba-lomba untuk mendapatkan benda itu.

Kali ini, Kevin melirik ke arah Gavin yang berada di sampingnya. Ia yakin jika sahabatnya itu pasti telah mendapatkan benda tersebut lebih dulu, sebelum penayangannya di berita. Kevin tersenyum. Ia harus bisa meminjamnya dari Gavin untuk bisa dipamerkan ke kakaknya.

"Vin, Valent Rossi ngeluarin lima miniatur motor balap. Lo pasti sudah punya, ya?" tanyanya antusias.

"Gue nggak dapat," jawab Gavin singkat, dengan pandangan tetap tertuju ke arah buku.

Kevin terperangah. Ia tak percaya mendengar jawaban singkat cowok yang selalu bersikap dingin itu. Pasalnya, Gavin selalu berhasil mendapatkan miniatur tersebut untuk kelengkapan koleksinya. "Hah! Lo serius, Vin?"

"Hhmm ... Yang dapet cewek. Dia orang Indonesia. Sayangnya, gue nggak tahu nama dan alamatnya. Kalau tahu, gue udah pasti samperin tuh cewek dan gue bayar 2x lipat buat miniaturnya," terang Gavin. Lalu, meletakkan bukunya di atas meja. Kemudian, menatap Kevin yang seakan masih belum memercayai ucapannya. "Lagian, itu kan berita udah lama, Vin."

Kevin tercengung. Lagi-lagi, tak langsung percaya begitu saja. Ia segera melihat layar ponselnya kembali, untuk membaca tanggal postingan berita yang tadi dibacanya. Setelah itu, Kevin menyeringai lebar seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Benar. Jika berita tersebut merupakan berita dua bulan yang lalu.

"Kamu tumben banget baca berita seperti itu, Kev. Biasanya juga kamu suka bacaan tentang politik," sahut Lisa yang duduk di seberang kursi Kevin.

Kevin melenggut. Benar. Ia memang sangat menggemari dunia politik. Pun, begitu antusias dengan perkembangan apapun yang menyangkut tentang negaranya. Sayangnya, negara Indonesia sekarang ini, sedang tidak baik-baik saja. Di mana reformasi tengah dikorupsi oleh mereka para pejabat negara.

Mengingat hal itu, Kevin begitu menyayangkan dan juga berduka. Yang pasti, Kevin yang memiliki impian menjadi orang nomor satu di Indonesia. Selalu berjanji kepada dirinya sendiri supaya kelak jika menjadi seorang presiden nanti, akan mengayomi rakyatnya, terutama orang-orang kecil. Semoga saja.

••••

Wisata GLAMPING hanya tinggal beberapa hari lagi. Oleh sebab itu, jam istirahat dipergunakan oleh Arvin untuk memimpin rapat di ruang OSIS. Memberitahukan apa saja yang akan dilakukan seluruh panitia selama berada di sana. Sedangkan Awes, cowok itu merekrut Yoga untuk bergabung menjadi bagian dari tim keamanan guna untuk membantunya.

WOLF (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang