30 - Permintaan Maaf

104 20 57
                                    

ALWAYS mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan lambat, saat memasuki sebuah komplek perumahan elit yang berada di daerah Menteng, Jakarta. Tujuannya, ialah mencari alamat yang tertera pada kartu nama yang diberikan oleh Leo kemarin.

Kini, Awes celingukan, merasa tak asing dengan daerah perumahan ini. “Sepertinya aku pernah melewati jalan ini deh, Py,” beritahunya kepada Happy.

“Kamu yakin, Wes?”

Awes melenggut. “Iya. Seingat aku, aku pernah mengantar customer-ku ke daerah sini.”

Happy pun hanya menganggukkan kepala. Kemudian, mereka berdua kembali fokus untuk mencari nomor rumah yang akan dituju. Terlalu sepi, sehingga mereka tak bisa menemukan seseorang untuk ditanyai. Pun, jalan dua arah yang cukup lebar, membuat mereka kesulitan untuk mencari.

Happy menolehkan kepalanya ke kanan, ketika netranya tak sengaja melihat seseorang yang dikenalinya. Ia mengerutkan keningnya samar. “Wes, bukannya itu Raja, ya?” tanyanya heran, saat melihat penampilan cowok itu yang sangat berubah drastis.

Awes menolehkan kepalanya ke seberang kanan jalan, dan benar saja bahwa orang yang mereka lihat, ialah Raja. Akan tetapi … ada apa dengan penampilan cowok itu? Cowok itu tengah berada di depan rumah mewah, dengan duduk di atas motor bebek, pun mengenakan jaket Ojolali sama seperti dirinya. Mungkinkah Raja telah beralih profesi? Entahlah.

“Apa dia sekarang bekerja jadi ojek online sama kayak kamu, ya, Wes?”

Awes menggeleng, karena jujur saja ia tak tahu apapun. “Kita samperin saja dia.” Happy melenggut.

Awes segera memutar arah sepeda motornya, saat menemukan arah putaran jalan di seberang kanan.

Di lain sisi, Raja menunggu dengan sabar sang customer keluar dari rumah mewahnya itu untuk mengambil uang tips untuknya.

Tak lama kemudian, Raja tersenyum saat melihat wanita paruh baya yang ditunggunya keluar dari gerbang rumah, menghampirinya.

“Ini Kak uangnya. Maaf ya lama,” ucap wanita itu yang merupakan customer Raja.

Raja tertegun saat wanita itu memberikannya tips yang begitu banyak kepadanya. “Eh, maaf, Bu. Ini banyak sekali. Saya nggak ada uang kecil untuk kembalian.”

“Nggak apa, Kak. Ambil saja. Itu untuk Kakak.” Wanita itu tersenyum, sebelum melangkahkan kakinya masuk kembali ke dalam rumahnya.

“TERIMAKASIH, YA, BU,” ucap Raja setengah berteriak senang, ketika wanita itu telah menutup pagar rumahnya yang cukup tinggi.

Raja tak henti untuk tersenyum bahagia, seraya menatap uang selembar kertas sebesar 100.000 rupiah. Baginya, uang itu sangatlah banyak untuk dijadikan uang tips. Bahkan, ongkos perjalanannya saja tak sampai sebesar itu. Dan … Raja sangat mensyukurinya. Ia pun segera menyalakan mesin motornya untuk kembali mencari order-an ketika seseorang memanggil namanya dengan cukup keras.

“Raja!”

Raja menoleh ke belakang, ke arah sumber suara, dan terkejut ketika netranya mendapati Awes dan juga Happy yang tengah menghampirinya.

Happy segera turun dari motor dan melepas helm. Setelah itu, berjalan mendekat ke arah Raja. “Ja, kamu ke mana saja selama ini? Semua temanmu mencari kamu ke mana-mana.”

Raja bergeming. Ia menatap Happy di samping kanannya. Ada debaran tak wajar, juga sesuatu mengalir hangat di rongga dada, saat menatap wajah itu. Wajah yang selama ini dirindukannya. Terlalu rindu, sehingga ingin sekali memeluk, akan tetapi hanya rasa malu yang membalutnya saat ini.

WOLF (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang